Dijelaskan dokter penyakit menular anak di Nemours/Alfred I. duPont Hospital for Children di Amerika Serikat, Craig Shapiro, bahwa kulit yang rusak akan membuat sabun dan produk pembersih dengan alkohol tidak berfungsi dengan baik.
Selain itu, ketika kulit pecah-pecah, kita akan merasa tidak nyaman dan akan cenderung lebih sedikit mencuci tangan.
Kondisi ini akan memengaruhi pencegahan penyebaran kuman dan infeksi penyebab penyakit.
Tangan yang pecah-pecah dan luka juga lebih rentan terhadap infeksi.
"Dinding penghalang kulit yang rusak memungkinkan kuman dan bakteri masuk dan menyerang daerah kulit," ujarnya dilansir dari Kompas.com (2/4/2020).
Dikatakan penasihat medis senior dan Jurubicara PM Paediatrics, Christina Johns, seperti dilansir the Sydney Morning Herald, bahwa setiap mikroba secara teknis dapat masuk melalui luka yang terbuka, meski virus corona cenderung masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan.
Potensi penularan melalui kulit biasanya terjadi pada bakteri kulit yang khas, seperti infeksi staph and strep.
Johns dan Shapiro menegaskan, menjaga kelembapan tangan dapat mengurangi pelepasan mikroba dari kulit.
Selain itu, menggunakan pelembab juga merupakan bagian dari menjaga kebersihan yang penting dalam melindungi kita dari infeksi virus.
Johns merekomendasikan untuk memilih pelembap bertekstur tebal dan lembut dalam bentuk salep daripada mengandalkan krim atau lotion.
Sebab, pelembap krim dan lotion bisa saja mengandung alkohol sehingga semakin menyebabkan tangan kering.
Selain itu, Shapiro juga merekomendasikan memilih sabun atau hand sanitizer yang lembut serta menghindari parfum dan pewarna karena akan membuat kulit iritasi.
Source | : | Kompas.com,Insider |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar