GridHEALTH.id - Dalam beberapa waktu terakhir kasus positif Covid-19 di Indonesia terus melandai.
Berdasarkan data di situs resmi covid19.go.id, hingga Minggu (19/9/2021), tercatat ada tambahan kasus terkonfirmasi Covid-19, yakni 2.234 kasus.
Sehingga, total kasus infeksi corona di Indonesia berjumlah 4.190.763.
Sementara untuk jumlah kematian harian bertambah 145 orang sehingga totalnya menjadi 140.468 orang.
Sedangkan yang dinyatakan sembuh bertambah 6.186 orang, kini berjumlah 3.989.326 orang sejak awal pandemi.
Baca Juga: Gejala Rosacea, Penyakit Kulit Maia Estiaty yang Sulit Disembuhkan
Adapun jumlah kasus aktif di Indonesia mengalami penurunan sebanyak 4.097. Jadi, kasus aktif di Indonesia mencapai 60.969.
Meski demikian, Ahli epidemiologi Universitas Grifftith Australia Dicky Budiman mengimbau masyarakat untuk tidak terlena karena potensi gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia tetap ada.
Terlebih mayoritas masyarakat di tanah air belum memiliki imunitas untuk melawan virus alias tingkat vaksinasinya masih rendah.
“Dalam artian imunitas itu dari vaksin, vaksinasi dosis penuh, apapun vaksinnya. Ini kan 80 % (masyarakat) masih rawan karena belum mendapat vaksin,” kata Dicky, dilansir dari Kompas.com (18/9/2021).
Tak hanya varian Delta, tetapi juga varian Alpha maupun varian lain yang dapat membuat kondisi rentan dan mendorong potensi terjadinya gelombang ketiga infeksi.
Baca Juga: Akibat Varian Delta Pandemi Covid-19 di Asia Tenggara dan Eropa Dihadapi dengan Cara Berbeda
Dicky menuturkan, adanya varian-varian baru Covid-19 juga sangat rawan memunculkan kembali gelombang ketiga.
“Ini yang harus dipahami dan tidak ada negara yang meskipun vaksinasinya sudah lebih dari 60 % bisa menghindari gelombang ketiga, sulit,” ujarnya.
Dicky menjelaskan, potensi gelombang ketiga infeksi bersifat dinamis.
“Dulu saya memprediksi Oktober, tapi ini berubah lagi, mundur lagi, jadi Desember. Desemberpun gelombangnya menurun juga, merendah, nggak sebesar seperti prediksi sebelumnya,” tutur dia.
“Prediksi-prediksi ini tidak statis, dinamis banget. Artinya semakin kita konsistem, semakin disiplin dalam memberikan intervensi, termasuk capaian vaksinasi, ini akan membuat potensi (gelombang ketiga) itu semakin jauh atau mengecil tapi tetap ada, jauh mengecil,” tambah dia.
Sementara saat ini, Dicky mengatakan, dalam prediksi terakhir sesuai dengan perkembangan situasi terkini mundur ke Desember.
Baca Juga: Penyakit Kulit Rosacea ada 4 Jenis, Ini Perbedaannya dengan Jerawat
Dicky menilai, jika terjadi gelombang ketiga Covid-19, diharapkan tidak akan sebesar gelombang sebelumnya.
“Kecuali kalau ada varian yang jauh lebih hebat atau setidaknya seperti varian Delta, itu bisa sama (gelombang infeksinya),” ucapnya.
Terkait antisipasi, lanjut Dicky, dapat dilakukan dengan memperketat pintu-pintu masuk di Indonesia.
Selain itu juga dilakukan karantina yang memadai, setidaknya selama 7 hari bagi pendatang yang telah divaksinasi secara penuh dan PCR negatif.
Sedangkan dilakukan karantina selama 14 hari bagi pendatang yang belum divaksinasi dengan PCR negatif.
Sementara antisipasi di dalam negeri dapat dilakukan dengan 3T (testing, tracing, tracking, menerapkan protokol kesehatan (5M), percepatan vaksinasi, dan pembatasan kegiatan masyarakat.
“PPKM berlevel tetap dilakukan. Harapannya PPKM yang diterapkan level 1 dan level 2. Artinya semua berupaya agar level pandemi kita terkendali atau membaik. (Tentunya) dengan peran semua pihak,” papar Dicky.
“Karena berarti kemampuan kita mendeteksi kasus-kasus di masyarakat menjadi tinggi. Sudah dicapai (nilai standar) dari WHO, itu tidak dijamin,” lanjutnya.
Kecukupan testing, jelas Dicky, mengikuti ekskalasi pandemi.
“Misalnya ada terkonfirmasi 1.000 kasus positif, harus ada tracing minimal 1.000 x 15 (orang), itu minimal. Karea WHO juga menyarankan (tracing ke) 30 orang. Nah ini harus dilakukan,” ujarnya.
“Saat ini belum (dilakukan), dan menempatkan posisi Indonesia sangat rawan terjadi (gelombang ketiga),” jelasnya.
Dicky menambahkan, untuk mencegah varian baru harus ditingkatkan pengawasan terhadap genom-genom virus.
Hal ini sangat penting untuk mendeteksi keberadaan varian baru dan potensi, tren, atau progres penyebaran dari jenis virus baru.
Adapun kasus-kasus orang yang telah divaksinasi tapi terpapar virus juga harus menjadi perhatian, dengan dilakukan pemeriksaan genom.
Dicky menegaskan, adanya peningkatan status yang lebih baik tidak dapat dijadikan dasar untuk melakukan apapun.
“Pandemi masih belum selesai, ini yang harus disadari masyarakat,” paparnya.(*)
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijangGGL
Source | : | Covid19.go.id,Kompas.com |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar