GridHEALTH.id - Selama ini masyarakat awam umumnya hanya mengenal dua hingga empat jenis diabetes, seperti diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes gestasional dan pradiabetes.
Diabetes melitus atau lebih dikenal kencing manis adalah penyakit yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Penting diketahui, Indonesia merupakan negara dengan kasus diabetes melitus paling tinggi nomor enam setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko.
Meski memiliki angka kejadian yang tinggi, diabetes melitus tergolong sebagai penyakit yang sulit dikenali sejak dini.
Oleh sebab itu, mengetahui tanda-tanda awal, jenis diabetes, dan pemeriksaan secara berkala sejak usia 30-an sangat disarankan.
Baca Juga: Manfaat Ciplukan Sebagai Pengobatan Rumahan Untuk Mengatasi Diabetes
Melansir dari Center for Disease Control and Prevention (CDC), penyakit diabetes mellitus terbagi menjadi menjadi 12 jenis;
1. Diabetes melitus tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 adalah jenis penyakit autoimun yang menyebabkan pankreas, yaitu organ yang memproduksi hormon insulin, mengalami kerusakan.
Hal ini menyebabkan tubuh tidak bisa menghasilkan insulin, padahal hormon tersebut dibutuhkan untuk mengolah gula darah menjadi energi.
Diabetes jenis ini bisa dijumpai sejak masa anak-anak. Maka untuk mengatasi gula darah yang terlalu tinggi, penyandang diabetes melitus tipe 1 harus mendapatkan suntikan insulin setiap hari.
2. Diabetes melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 terjadi pada orang dewasa dan lanjut usia. Jenis diabetes ini terjadi karena adanya resistensi insulin.
Pada awalnya, kondisi resistensi insulin bisa diatasi oleh tubuh dengan menghasilkan lebih banyak insulin untuk menjaga gula darah normal.
Tapi lama-kelamaan, pankreas mengalami kelelahan akibat memproduksi insulin dalam jumlah yang banyak.
Sebagai akibatnya, organ tersebut tak mampu lagi menghasilkan jumlah insulin yang memadai sehingga tubuh tidak mampu mengelola gula darah untuk diubah menjadi energi. Saat itulah penyakit diabetes terjadi.
Baca Juga: 5 Tips Mencegah Diare Selama Kehamilan Agar Tidak Berdampak Pada Janin
Baca Juga: Selalu Ingin Marah Sepanjang Waktu? Kenali 5 Faktor Pemicunya
Penyebab diabetes tipe 2 sering dikaitkan dengan faktor gaya hidup seperti kelebihan berat badan, tidak aktif dan makan junk food.
Untuk mengatasi gula darah yang tinggi pada penyakit ini, dibutuhkan kombinasi olahraga, pengaturan makan dan obat-obatan. Jenis obat yang dikonsumsi bisa berupa tablet atau suntikan insulin.
3. Diabetes gestasional
Disebut juga diabetes kehamilan. Umumnya, diabetes gestasional mulai terjadi pada usia kehamilan 24–28 minggu, dan ditandai dengan gula darah setelah makan yang tinggi.
Diabetes gestasional harus ditangani dengan baik untuk mencegah berbagai komplikasi dalam kehamilan dan menurunkan risiko terjadinya persalinan prematur, bayi yang terlalu besar, atau gula darah yang rendah pada bayi saat lahir.
4. Diabetes Tipe 3
Belum diketahui pasti penyebabnya, namun sejauh ini diketahui bahwa diabetes tipe 3 berkaitan dengan resistensi insulin.
Tetapi kondisi tersebut tidak mengakibatkan gula darah melonjak naik, melainkan menyebabkan gangguan daya ingat berupa demensia Alzheimer.
5. Diabetes akibat penggunaan steroid
Steroid adalah obat antiradang yang sering digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit autoimun dan penyakit serupa lainnya. Salah satu efek samping steroid adalah meningkatnya gula darah.
Baca Juga: Meski PPKM, Sesekali Perlu Menghirup Udara Segar di Alam Bebas
Baca Juga: Keputihan, Gangguan Organ Reproduksi Paling Sering Muncul Pada Wanita
Oleh karena itu, jika seseorang mendapatkan pengobatan steroid secara jangka panjang, risiko terjadinya diabetes akan semakin tinggi. Walau begitu, jika pengobatan steroid dihentikan, lama-kelamaan risiko diabetes bisa menghilang.
6. Brittle diabetes
Brittle diabetes adalah istilah yang digunakan untuk kondisi diabetes melitus tipe 1 dengan kondisi gula darah yang sulit dikendalikan. Karena kadar gula darah pada diabetes jenis ini sangat tidak stabil, para pakar sering menyebutnya sebagai diabetes labil.
Pada brittle diabetes, gula darah kadang bisa melonjak sangat tinggi dan kadang bisa anjlok menjadi sangat rendah.
Jenis diabetes ini lebih rentan terjadi pada penyandang diabetes melitus tipe 1 yang mengalami masalah psikologis, seperti gangguan cemas atau depresi.
7. Diabetes sekunder
Diabetes sekunder adalah kondisi gula darah yang tinggi terus-menerus akibat penyakit lain, seperti sindrom Cushing, pankreatitis kronik, dan sindrom polikistik ovarium.
Pengobatan diabetes sekunder adalah dengan mengobati penyakit yang mendasarinya.
8. Diabetes LADA
LADA merupakan singkatan dari latent autoimmune diabetes of adulthood. LADA serupa dengan diabetes melitus tipe 1 yang baru muncul saat seseorang sudah dewasa. Umumnya penyakit ini terjadi saat seseorang berusia 30 tahun ke atas.
Baca Juga: Risiko Stroke Meningkat Bila Pengobatan Hipertensi Tidak Tepat, Studi
Baca Juga: Beras Merah Aman Dikonsumsi Penyandang Diabetes Bila Takarannya Pas
Pada awal pengobatan, LADA bisa diobati dengan obat-obatan diabetes tablet. Namun dalam angka panjang, penyandangnya membutuhkan suntikan insulin guna mengontrol kadar gula darah di dalam tubuhnya.
9. Diabetes MODY
Kepanjangan MODY adalah maturity onset diabetes of the young. Penyebab dan gejala MODY mirip dengan diabetes melitus tipe 2, namun terdapat dua hal yang membedakannya.
Pertama, MODY umumnya terjadi sebelum seseorang berusia 25 tahun (remaja). Kedua, MODY biasanya merupakan bagian dari penyakit yang diturunkan orangtua ke anak, karena kondisi ini biasanya disebabkan oleh mutasi genetik.
Berdasar penelitian, jika ayah atau ibu mengalami MODY, anak akan memiliki risiko 50% lebih tinggi untuk mengalami penyakit yang sama.
10. Diabetes insipidus
Berbeda dengan diabetes lain yang ditandai dengan kadar gula darah tinggi, diabetes insipidus tak memiliki hubungan dengan gangguan insulin atau gula darah yang tinggi.
Diabetes insipidus disebabkan akibat gangguan produksi hormon antidiuretik di dalam tubuh. Hal ini membuat tubuh tak bisa menahan air.
Diabetes insipidus ditandai dengan buang air kecil yang sangat sering dan banyak. Jumlah urine yang keluar bisa lebih dari 20 liter per hari.
Baca Juga: Segelas Jus Apel Setiap Hari Dapat Mencegah Alzheimer, Studi
Baca Juga: Penelitian Terbaru di Jepang, Ternyata Nasi Bukan Penyebab Kegemukan
Hal ini menyebabkan penyandangnya rentan mengalami dehidrasi dan gangguan elektrolit, yang ditandai dengan pusing, mudah lelah, bahkan penurunan kesadaran.
11. Diabetes remaja (juvenile diabetes)
Adalah bentuk diabetes langka yang ditandai dengan kegagalan pankreas untuk memproduksi insulin karena kelainan pada sistem kekebalan tubuh. Diperkirakan hanya 5% pasien diabetes yang memiliki bentuk spesifik ini.
Insulin adalah hormon yang digunakan tubuh untuk mengubah glukosa menjadi energi, yang dibutuhkan sel untuk tetap sehat.
Pankreas bertugas untuk memproduksi insulin. Namun, dalam kasus diabetes remaja, sistem kekebalan menyerang sel-sel di pankreas, mencegahnya menyelesaikan tugasnya. Tanpa insulin, kadar gula darah naik, menyebabkan berbagai macam komplikasi, seperti kerusakan organ lain.
Diabetes juvenil disebut demikian karena biasanya dimulai pada anak-anak dan dewasa muda, tetapi gangguan ini dapat menyerang siapa saja dari segala usia.
Baca Juga: Anak Stunting Berisiko Mengalami Gangguan Pendengaran Saat Dewasa
Baca Juga: Pelecehan Oleh Keluarga Terhadap Lansia dengan Demensia Sering Terjadi, Studi
12. Double diabetes
Double diabetes adalah kondisi yang terjadi saat penyandang diabetes melitus tipe 1 mengalami resistensi insulin layaknya yang terjadi pada diabetes melitus tipe 2. Jadi, pada double diabetes, terjadi diabetes tipe 1 dan 2 bersamaan.
Double diabetes membutuhkan pengobatan dan pemantauan yang lebih intensif. Penyandangnya berisiko tinggi mengalami berbagai komplikasi, seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan gagal ginjal kronik.
Beda jenis diabetes, beda pula cara mengobatinya. Oleh karena itu, terjadinya penyakit tersebut menuntut penyandang untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut guna memastikan jenis diabetes mana yang dialaminya.
Baca Juga: Masih Jadi Tanda Tanya Awam, Mengapa Sudah Vaksin Lengkap Tetap Bisa Positif Covid-19?
Baca Juga: Mucormycosis, Infeksi Jamur Hitam yang Dipenuhi Mitos, Ini Faktanya
Jika ditangani dengan baik, kesemua jenis diabetes tersebut tidak perlu berujung komplikasi yang bisa merenggut nyawa. (*)
Source | : | Center for Disease Control and Prevention |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar