GridHEALTH.id - Jika memiliki ibu, ayah, saudara laki-laki, atau saudara perempuan dengan diabetes, kita berisiko lebih tinggi terkena diabetes dibandingkan dengan seseorang yang tidak.
Tetapi diabetes tidak disebabkan oleh genetika saja, dan memiliki kerabat dengan penyakit ini tidak berarti kita akan benar-benar mendapatkannya.
Dalam beberapa kasus, seperti diabetes tipe 2, gaya hidup berperan, dan skrining dini dapat mencegah atau menunda perkembangan penyakit.
Karena diabetes tipe 2 sering membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berkembang, orang dapat berjalan-jalan dengan gangguan toleransi glukosa (resistensi insulin) atau pradiabetes selama bertahun-tahun tanpa menyadarinya.
Jika mengetahui kondisi ini lebih awal, kita mungkin dapat mencegah atau menunda terjadinya diabetes.
Baca Juga: Genetik versus Gaya Hidup, Mana Paling Berpengaruh Munculkan Diabetes?
Baca Juga: Perusahaan di Swedia Kembangkan Implan Chip Covid-19 Tersembunyi
Skrining awal dianjurkan jika kita memiliki salah satu dari faktor risiko berikut ini;
1. Di atas usia 45: Jika hasil normal, pengujian harus diulang setidaknya dengan interval minimal dua tahun, dengan pertimbangan pengujian yang lebih sering tergantung pada hasil awal (mereka yang memiliki pradiabetes harus diuji setiap tahun).
2. BMI tinggi: BMI lebih dari 25 kg/m2 atau lingkar pinggang lebih dari 90 cm pada pria atau 80 cm pada wanita merupakan faktor risiko. Batas BMI untuk orang Asia-Amerika lebih rendah (23 kg/m2).
3. Termasuk dalam populasi berisiko tinggi: Populasi dengan risiko pradiabetes yang lebih tinggi termasuk orang kulit hitam Amerika, Amerika Hispanik/Latinx, Penduduk Asli Amerika, Penduduk Asli Alaska, Orang Amerika Asia, dan Penduduk Kepulauan Pasifik.
4. Riwayat keluarga: Memiliki orangtua atau saudara kandung dengan diabetes.
5. Pernah mengalami diabetes gestasional: Riwayat diabetes gestasional atau melahirkan bayi dengan berat lebih dari 9 pon merupakan faktor risiko.
6. Gaya hidup: Biasanya, gaya hidup yang tidak aktif secara fisik merupakan faktor risiko.
7. Hipertensi: Ini didefinisikan sebagai tekanan darah yang sama dengan atau lebih besar dari 140/90 mmHg atau sedang menjalani terapi untuk hipertensi.
Baca Juga: 5 Cara Menggunakan Madu Untuk Membantu Meredakan Radang Tenggorokan
Baca Juga: Serumen Prop, Kotoran Telinga yang Bisa Berdampak Pendengaran Berkurang
8. Kadar lemak dan kolesterol tinggi: Jika memiliki kadar kolesterol high-density lipoprotein (HDL) yang rendah atau kadar trigliserida yang tinggi, kita memiliki risiko yang lebih tinggi.
9. Kondisi predisposisi: Ini termasuk acanthosis nigricans, steatohepatitis nonalkohol, sindrom ovarium polikistik, dan penyakit kardiovaskular aterosklerotik.
10. Mengonsumsi obat-obatan tertentu: Seperti antipsikotik atipikal atau glukokortikoid meningkatkan risiko.
Baca Juga: 3 Juta Orang Meninggal Setiap Tahun Karena 'Overdosis' Garam, WHO
Baca Juga: Wanita Hamil Perlu Hati-hati Mengonsumsi Obat Depresi, Ini Alasannya
Ada beberapa tes non-invasif yang dapat mengingatkan kita jika kita berisiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2. Ini termasuk hemoglobin A1C, tekanan darah, kolesterol, dan trigliserida. Lakukan segera. (*)
Source | : | American Diabetes Association,BMJ Nutrition, Prevention and Health |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar