Diketahui, tes antigen memerlukan konsentrasi virus yang lebih tinggi daripada tes PCR untuk menunjukkan hasil positif. Ini memungkinkan terjadi hasil negatif palsu.
Tes antigen mencari potongan protein yang terinfeksi virus.
Sementara tes PCR mencari materi genetik virus, seperti asam nuleat dan RNA.
Sampai saat ini, tidak ada teknologi yang diciptakan untuk mendeteksi asam nukleat dan RNA yang terinfeksi Covid-19 dengan benar tanpa metode ekstraksi dan amplifikasi yang dilakukan di lab.
Baca Juga: Suka Ngemall di Bandung, Bisa Tiba-tiba Ditest Covid-19 Oleh Petugas Satgas Covid-19
Apakah metode tes baru ini bisa jadi cara lain untuk mendeteksi Covid-19?
Andrew Ching, profesor ekonomi yang ditunjuk bersama di Departemen Ekonomi Johns Hopkins dan Sekolah Kesehatan Masyarakat Bloomberg mengatakan, penelitian di Fudan University dilakukan pada sampel kecil.
Jika tingkat akurasi 100 persen dipertahankan dalam sampel uji yang lebih besar, maka itu bisa jadi terobosan baru, menurut Ching dikutip dari dw.com, Kamis (10/02/2022).
Baca Juga: Kekurangan Vitamin D Sebabkan Keparahan Infeksi Covid-19, Konsumsi 5 Makanan Ini
Tapi, kalau tingkat akurasi tidak bertahan pada skala lebih besar dan menjadi serupa dengan tes antigen, maka itu tidak membuat perbedaan.
Pernyataan itu dibuat oleh Andrew Ching karena dia menilai kalau struktur pemerintah China menempatkan otoritas lebih ke atas.
Jadi ia tidak merasa heran, jika sewaktu-waktu alat tes tersebut diproduksi secara masal dalam waktu dekat.
Source | : | dw.com,Nature Biomedical Engineering |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar