GridHEALTH.id – Kelebihan berat badan atau sering disebut obesitas, sangat berisiko bagi kesehatan secara umum.
Orang yang obesitas, berisiko tinggi terkena penyakit diabetes tipe 2, penyakit jantung koroner, kanker (payudara dan usus), dan stroke.
Dalam kehidupan sehari-hari pun, obesitas menimbulkan menyebabkan seseorang sering kehabisan napas, keringat berlebih, sulit beraktivitas, mudah lelah, dan nyeri, dilansir dari NHS.uk, Kamis (10/02/2022).
Selain itu, obesitas ternyata juga dapat menganggu fungsi kognitif.
Obesitas membuat otak lebih cepat tua dibandingkan usia sebenarnya.
Ini merupakan hasil studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Kanada yang dipublikasikan di JAMA Network, pada Selasa (01/02/2022).
Mereka melibatkan sekitar 9.000 orang partisipan dalam penelitian ini.
Para peneliti mengukur total lemak dan jaringan lemak di bawah perut (visceral).
Selama ikut dalam penelitian ini, para partisipan diminta untuk menjalankan dua tes untuk menguji kemampuan kognitif.
Baca Juga: 6 Makanan Spesial Bagi yang Isolasi Mandiri, Percepat Penyembuhan
Tes tersebut terdiri dari Digital Symbol Substitution Test (DSST) dan Montreal Cognitive Assessment (MoCA).
Lalu, para peneliti menyesuaikan skor untuk faktor risiko kardiovaskular, tingkat pendidikan, dan cedera otak vaskular yang terdeteksi oleh MRI.
Faktor-faktor tersebut, diketahui memiliki hubungan dengan gangguan kognitif.
Setelah tes selesai, peneliti menemukan total lemak tubuh dan lemak perut yang tinggi, menyebabkan kedua hasil tes mereka bernilai rendah. Kinerja otak mereka diketahui setara dengan 3 tahun penuaan kognitif.
Profesor dan direktur Program Perawatan, Penelitian dan Pendidikan Penyakit Alzheimer (AD-CARE) di Pusat Medis Universitas Rochester, Dr Anton Porsteinsson mengatakan tidak menduga hal ini.
“Sudah diketahui bahwa adipositas (lemak perut) dan lemak tubuh yang lebih besar dikaitkan dengan peningkatan faktor risiko kardiovaskular dan itu terkait dengan peningkatan risiko penurunan kognitif,” ujarnya dikutip dari Medical News Today, Kamis (10/02/2022).
Baca Juga: Healthy Move, Ayo Bergerak, Risiko Kematian Akibat Obesitas Terus Meningkat
“Studi cross-sectional ini menemukan bahwa kelebihan adipositas merupakan faktor risiko penurunan skor kognitif, terlepas dari faktor risiko kardiovaskular, tingkat pendidikan, dan cedera otak vaksular yang terdeteksi MRI,” sambung Dr Porsteinsson.
Diperkirakan kondisi ini terjadi akibat dari peradangan akibat obesitas.
Beberapa waktu sebelumnya, terdapat studi yang menemukan bahwa protein penanda inflamasi, dimiliki oleh orang dengan BMI tinggi dan rasio pinggang-pinggul yang tinggi.
Baca Juga: Obesitas Pintu Masuk Segala Penyakiti, Ini Saran Ahli Gizi Untuk Mencegahnya
“Peradangan sistemik dan intoleransi glukosa muncul sebagai tersangka utama,” ungkapnya.
Berdasarkan hasil penemuannya, Dr Porsteinsson memberikan beberapa tips untuk mengurangi risiko penuaan otak.
“Menurunkan berat badan, berolahraga (baik aerobic dan pelatihan ketahanan), pengendalian diabetes/intoleransi glukosa, atau kecepatan pemrosesan pelatihan kognitif adalah beberapa yang terlinta dalam pikiran,” ujarnya.
Dr Eamon Laird, peneliti senior di Trinity College Dublin sepakat dengan tips yang diberikan oleh Portseinsson.
“Karena aktivitas fisik berpotensi memoderasi asosiasi obesitas/aliran darah, (meningkatkan aktivitas fisik) ini mungkin merupakan cara yang hemat biaya dan relatif mudah untuk membantu mengurangi dampak negatif obesitas,” pungkasnya.(*)
Baca Juga: Indeks Massa Tubuh yang Tinggi Lebih Berisiko Munculkan Diabetes
Source | : | Medical News Today,JAMA Network |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar