GridHEALTH.id - Wajar jika kita mendambakan makanan yang digoreng, minuman beralkohol, kopi, atau cokelat. Tapi, tahukah bahwa pola makan dan gaya hidup seperti ini dapat menyebabkan GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)?
GERD, gangguan pencernaan yang mempengaruhi sfingter esofagus bagian bawah (lower esophageal sphincter/ LES), yang merupakan kumpulan otot di ujung bawah kerongkongan.
Ini menyebabkan aliran terus menerus (bolak-balik) asam lambung di kerongkongan. mengakibatkan sering mulas, kesulitan menelan, batuk, mengi dan/atau nyeri dada.
Meskipun GERD tidak mengancam jiwa secara langsung, penyakit ini dapat mengakibatkan beberapa komplikasi yang harus diwaspadai seperti komplikasi peradangan pada saluran kerongkongan atau esofagus serta kanker esofagus.
Apabila tidak diobati dengan tepat, GERD dapat menyebabkan kekambuhan dan komplikasi sehingga menurunkan kualitas hidup bagi penderitanya.
Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, Dokter Spesialis Gastroenterologi FKUI- RSCM dalam Virtual Media Briefing 'Apakah Benar GERD Tidak Mengancam Jiwa. Harapan Baru Untuk Tingkatkan Kesembuhan dan Mencegah Kekambuhan (10/02/2022) menjelaskan,
“GERD merupakan penyakit yang tidak mengancam jiwa, namun apabila terjadi terus menerus, diabaikan, dan tidak diobati dengan benar dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada dinding dalam kerongkongan (esofagus), lama kelaman akan menyebabkan luka kronis, penyempitan pada kerongkongan bawah, sampai terjadi kanker esofagus.”
Ia juga mengatakan, “Beberapa faktor risiko yang memang dapat meningkatkan risiko terjadinya GERD adalah obesitas, hernia hiatal, kehamilan, pengosongan lambung yang terlambat dan skleroderma.
Selain itu, kekambuhan dari GERD juga dapat dipicu oleh beberapa aktivitas seperti merokok, mengkonsumsi makanan dalam porsi besar sekaligus, makan di waktu yang terlalu larut, mengonsumsi makanan yang berlemak atau digoreng, mengonsumsi minuman atau makanan berkafein, serta mengonsumsi obat tertentu seperti aspirin.”
Baca Juga: GERD Dapat Memicu Kondisi Berbahaya dan Mengancam Jiwa, Ini Buktinya
“Penanganan GERD yang tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi peradangan pada dinding dalam kerongkongan atau esofagus.
Peradangan tersebut dapat menyebabkan munculnya luka hingga jaringan parut di kerongkongan sehingga penderita menjadi sulit menelan.
Kondisi ini juga memicu terjadinya Esofagitis, Striktur Esofagus, dan Barrett’s Esophagus yaitu penyakit yang berisiko menimbulkan kanker esofagus.
GERD dapat menyebabkan kematian apabila sudah terjadi perubahan striktur esophagus dan bertransformasi menjadi kanker esophagus,” lanjutnya.
Selain itu, H.pylori juga sering menyebabkan gastritis atau radang lambung. Jadi, harus diwaspadai untuk penderita gastritis kronis atau yang sudah lama, apakah ada infeksi H.pylori dan sebaiknya melakukan pemeriksaan. H. pylori juga sudah diketahui dapat menyebabkan kanker lambung.”
Gejala yang biasa terjadi saat asam lambung naik adalah rasa asam atau pahit di mulut dan sensasi perih atau panas terbakar di dada dan ulu hati.
Kedua gejala ini biasanya akan semakin memburuk saat penderita membungkuk, berbaring, atau setelah makan.
Selain mulut terasa asam dan nyeri ulu hati, gejala lain yang juga dapat menyertai GERD adalah kesulitan menelan atau perasaan seperti ada benjolan di tenggorokan.
Adanya gangguan pernapasan, seperti batuk-batuk dan sesak napas. Orang yang memiliki penyakit asma akan sering kambuh ketika gejala GERD kambuh.
Baca Juga: Penyandang Diabetes Wajib Berolahraga Setiap Hari, Ini Alasannya
Baca Juga: Bukan Hanya Paru-paru, TBC Ternyata Juga Bisa Menginfeksi Mata
Suara serak, mual dan muntah, sakit tenggorokan, keluarnya isi lambung tanpa disadari, gangguan tidur, kerusakan gigi karena sering terkena asam lambung dan bau mulut juga menjadi gejala GERD.
Jika mengalami salah satu dari gejala ini atau semuanya, kunjungi rumah sakit terdekat di mana kita harus menjalani tes seperti Upper Endoscopy, yang memeriksa bagian dalam kerongkongan dan perut untuk mencari peradangan atau kerusakan.
Dokter umumnya merekomendasikan perubahan gaya hidup dan pola makan dalam pengobatan GERD. Jauhkan diri dari makanan berlemak, rasa pedas dan asam. Beberapa mungkin mendapatkan bantuan dengan obat-obatan.
Saat ini terdapat inovasi baru yang digunakan untuk pengobatan GERD dan H. Pylori, yaitu Vonoprazan.
Vonoprazan merupakan obat penekan asam lambung baru, yang pertama tersedia di Indonesia, dari kelas yang berbeda dengan obat-obat sebelumnya, yaitu kelas Potassium-Competitive Acid Bloker (PCAB).
Vonoprazan dapat meningkatkan Ph lambung secara cepat, pereda nyeri ulu hati yang cepat, menyembuhkan esofagitis erosif yang parah secara cepat dan lebih baik daripada PPI, dan mampu mengontrol dengan baik sekresi asam pada malam hari.
Obat ini sudah digunakan sebagai first line terapi dalam eradikasi infeksi H. pylori di Jepang, dan dipercaya dapat menggantikan peran Proton Pump Inhibitor (PPl) dengan tingkat eradikasi yang lebih baik.
Vonoprazan memiliki tingkat eradikasi lebih tinggi, durasi aksi yang lebih lama, lebih stabil dan tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan dengan PPI.
Vonoprazan dapat diindikasikan bagi penderita tukak lambung, refluks esophagitis, untuk pemberantasan H.pylori dan pencegahan tukak lambung berulang pada penggunaan aspirin dosis rendah dan penggunaan NSAID.
Baca Juga: Tak Cuma Alkohol, Obesitas Ternyata Juga Bisa Merusak Organ Hati
Baca Juga: Agar Tak Menggangu Tidur, Jam Berapa Sebaiknya Berhenti Minum Kopi? Riset Ini Membuktikan
Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) atau 0bat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) atau adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengurangi peradangan, meredakan nyeri, dan menurunkan demam.
NSAID sering digunakan untuk mengatasi sakit kepala, nyeri menstruasi, keseleo, atau nyeri sendi. (*)
Source | : | Virtual Media Briefing |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar