GridHEALTH.id - Minyak goreng saat ini di Indonesia sedang langka dan mahal.
Minyak goreng di Indonesia paling umum digunaan saat ini adalah minyak goreng dari sawit.
Memang dahulu minyak goreng paling banyak digunakan adalah dari kelapa.
Tapi seiring industri minyak goreng saewit lebih maju dan pesat, masyarakat pun beralih lebih banyak menggunakan minyak goreng sawit.
Saat minyak goreng sawit langka dan mahal seperti saat ini, minyak goreng kelapa kembali naik daun.
Malah tidak sedikit yang menyebutkan jika minyak goreng kelapa jauh lebih baik dan menyehatkan dibanding minyak goreng sawit, yang banyak disinyalir banyak merugikan kesehatan manusia yang mengonsumsinya.
Apakah hal itu benar adanya, sesuai dengan fakta keilmuan dan ilmiah?
Supaya kita bisa menjadi konsumen cerdas dan bijak, dan lebih mendahulukan kesehatan, baiknya mengetahui terlebih dahulu mulai dari kandungannya yang terdapat pada minyak goreng sawit dan minyak goreng kelapa.
Penting diketahui, minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari pohon kelapa sawit.
Baca Juga: Kontribusi Minyak Goreng Sawit Bagi Kesehatan yang Saat Ini Langka dan Mahal, Buruk atau Baik?
Sementara minyak kelapa adalah dibuat dari kelapa segar yang diambil minyaknya (kernel).
Untuk mengetahui perbedaan keduanya, harus dilihat dari nilai gizinya.
Perbandingan nilai gizi dalam satu sendok makan (14 gram) minyak kelapa sawit dan minyak kelapa, dilansir dari gizigo.id pada artikel yang ditulis oleh Garin Megan Pangestika, S. Gz, dijabarkan di tabel berikut:
Minyak Kelapa Sawit | Minyak Kelapa | |
Kalori | 114 | 120 |
Lemak | 14gram | 14gram |
Lemak jenuh | 7gram | 12gram |
Lemak tak jenuh tunggal | 5gram | 0,84gram |
Lemak tan jenuh ganda | 1,5gram | 0,252gram |
Vitamin E | 11% dari RDI |
Mana yang Lebih Sehat, Minyak Goreng Sawit atau Kelapa?
Semua kalori minyak sawit berasal dari lemak. Kandungan asam lemak jenuh dan tak jenuh pada minyak kelapa sawit memiliki proporsi yang seimbang.
Baca Juga: Puncak Covid-19 di Indonesia Semakin Dekat, Kemenkes Peringatkan Ini
Minyak kelapa sawit didominasi asam lemak tak jenuh 60,3% dengan proporsi tertinggi asam oleat 39,8%.
Sedangkan asam linoleat dan asam linolenat masing-masing 10,2% dan 0,3% (Sambanthamurthi et al., 2000).
Selain itu, menurut Megan yang menekuni passion-nya sebagai Nutrition Educator di Lebah Ceria Community sejak 2017, dan bepengalaman sebagai Enumerator Researcher pada beberapa project penelitian, minyak kelapa sawit juga mengandung vitamin E dan Vitamin A yang lebih tinggi dibanding minyak lain, selain itu juga mengandung asam lemak esensial (oleat, linoleiat, linolenat) yang berperan penting sebagai antioksidan dan mencegah berbagai penyakit degeneratif pada manusia.
Sebaliknya, pada minyak kelapa proporsi lemak jenuh lebih mendominasi ketimbang lemak tidak jenuh.
Baca Juga: Jangan Digaruk, Hilangkan Anus Gatal dengan 5 Bahan Alami Ini
Nilai gizi minyak kelapa mengandung asam lemak jenuh sebanyak 91,60% dan sisanya asam lemak tak jenuh hanya 9,40% (Karouw et al., 2013).
Nah, dari kandungan gizi tersebut, dapat dilihat perbedaan keduanya adalah proporsi jumlah lemak jenuh dan tidak jenuhnya.
Pada minyak kelapa lebih banyak mengandung lemak jenuh (lemak tanpa ikatan rangkap).
Dengan bahasalain minyak kelapa lebih stabil saat berada di suhu tinggi, dan tidak mudah teroksidasi dibanding minyak kelapa sawit.
Sebagai hasilnya, minyak kelapa tidak mudah rusak dan menghitam ketika dipakai menggoreng.
Tapi ingat, tingginya kandungan lemak jenuh pada minyak kelapa ini jugalah yang menyebabkan resiko penumpukan lemak dalam tubuh jika dikonsumsi berlebihan.
Karin Michels, seorang professor di Harvard T.H. Chan School of Public Health menyatakan sesuatu yang menarik di videonya yang viral beberapa waktu lalu.
Minyak kelapa yang selama 3 dekade ini diklaim sebagai minyak yang baik dikonsumsi ternyata merupakan “pure poison” atau racun murni.
Hal itu dikarenakan kandungan lemak jenuh dalam satu sendok makan minyak kelapa sangat tinggi.
Baca Juga: 6 Hal Ini Sebabkan Wanita Memiliki Payudara Kendur, Jangan Kaget
Walhasil, sangat berisiko meningkatkan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) atau lebih dikenal sebagai kolesterol jahat dalam tubuh.
Kolesterol jahat ini lama kelamaan dapat mengendap dalam pembuluh darah dan berakibat terkena penyakit kardiovaskular seperti jantung dan stroke.
Adapun pada minyak kelapa sawit, yang banyak diklaim berbahaya bagi kesehatan, fakta gizinya minyak ini memiliki banyak manfaat yang belum diketahui sebagian besar orang.
* Minyak kelapa sawit ini tidak mengandung asam lemak trans (trans fat-free).
Ini adalah jenis lemak jahat yang memiliki dampak buruk bagi tubuh.
* Minyak sawit mengandung vitamin A dan E yang berperan sebagai antioksidan
* Minyak sawit memiliki proporsi lemak jenuh dan tidak jenuh yang seimbang.
Namun, tetap saja jangan gunakan minyak sawit secara berlebihan.
Konsumsi berlebihan memicu penumpukan lemak. Efeknya menyebabkan obesitas dan penyakit kardiovaskular.
Baca Juga: Long Covid Disebabkan Infeksi Varian Omicron itu Nyata Adanya
Selain itu, jika minyak dipanaskan terus menerus sampai suhu tinggi dan digunakan secara berulang, maka minyak akan teroksidasi menjadi gliserol dan asam lemak bebas.
Gliserol akan membentuk senyawa akrolein yang bersifat karsinogenik dan menyebabkan iritasi.
Itulah mengapa kita sering merasa sakit tenggorokan setelah mengonsumsi minyak jelantah.
Minyak Goreng Sawit X Minyak Goreng Kelapa
Jadi, minyak goreng sawit dan mimyak goreng kelapa keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Jika memilih menggunakan minyak kelapa sawit untuk memasak disarankan untuk mengganti minyak setelah 1-2 kali pakai.
Jika memilih minyak kelapa, maka disarankan menggunakan dengan porsi yang tidak berlebihan yakni kurang dari 20 gram sehari (setara dengan maksimal 2 sendok makan perhari).
Alternatif lainnya adalah mencoba minyak kelapa murni atau Virgin Coconut Oil (VCO) yakni minyak kelapa murni yang diproses dan disaring lebih lama.
VCO diduga sedikit lebih baik karena mengurangi efek bahayanya dibanding minyak kelapa olahan, meski komposisi asam lemaknya mirip.
Melansir repository.ipb.ac.id pada artilkel Kajian HACCP pada Industri Minyak Kelapa Murni (2005), diketahui, minyak kelapa mumi merupakan minyak kelapa yang diperoleh dari daging kelapa segar (non kopra) melalui proses dengan penggunaan panas minimal dan tanpa proses pemumian kimiawi.
Kandungan asam lauratnya yang sangat tinggi (45-50%) merupakan nilai tambah minyak kelapa murni.
Minyak kelapa murni banyak digunakan sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetika.
Penggunaan minyak kelapa murni yang dikonsumsi secara langsung tanpa perlakuan pemasakan terlebih dahulu, serta adanya tuntutan pasar terhadap produk yang bermutu dan aman dikonsumsi menyebabkan perlunya penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan pada produk minyak kelapa murni.
Hasil kajian menunjukkan bahwa bahan baku dan proses pembuatan minyak kelapa murni memiliki bahaya fisik yang berupa cemaran logam, kotoran-kotoran seperti tanah dan pasir; dan mikrobia terutama yang berasal dari manu$ia (Salmonella sp, Streptococcus aureus dan Escherichia cali).
Kondisi di atas menuntut agroindustri minyak kelapa murni untuk menerapkan HACCP untuk menjamin kualitas, mutu, dan keamanan pangan produknya.
Satu hal yangharus kita ingat sebagai konsumen cerdas minyak goreng, apapun yang kita pilih sebisa mungkin batasi konsumsi minyak dan lemak dalam sehari.
Apalagi jika Anda memiliki kebutuhan khusus, misalnya menderita penyakit asam lambung naik.(*)
Baca Juga: Healthy Move, Pentingnya Tes Kebugaran Sebelum Memulai Olahraga Rutin
Source | : | Gizi.id-Minyak goreng,IPB-minyak goreng |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar