GridHEALTH.id - Peringatan yang disebutkan oleh seorang pakar ini tidak main-main.
Son of Omicron alias Omicron siluman yang jelang Ramadan ini kasusnya sudah ditemukan di Indonesia, bisa sebabkan ledakan kasus Covid-19 baru.
Dikhawatirkan ledakannya bisa terjadi saat Ramadan atau saat Lebaran.
Tentu kita semua tidak menginginkan hal ini terjadi.
Karenanya sejak sekarang perlu mewaspadainya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan varian SARS-CoV-2 B.1.1.529 Omicron BA.2 yang disebut sebagai 'Omicron siluman' atau juga 'Son of Omicron' telah mendominasi di wilayah Indonesia.
"Hasil genome terakhir dalam dua bulan lebih kita sudah melakukan 8.032 genome di akhir BA.2 sudah dominan di Indonesia," kata Budi jumpa pers secara virtual, Senin (14/3).
Susah Dideteksi
Untuk diketahui, SGTF adalah S-gene Target Failure (SGTF), merupakan metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi varian Omicron.
Baca Juga: Meski Punya Komorbid, 3 Hal Ini Dapat Membuat Pasien Covid-19 Terhindar Dari Keparahan
Menurut Kemenkes Omicron siluman yang juga dijuluki 'Son of Omicron' ini, memiliki kemampuan untuk menghindar dari hasil pemeriksaan SGTF.
Karena itu, untuk mendeteksi varian Omicron siluman, tidak bisa dilakukan dengan tes PCR biasa melalui pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS), termasuk pada subvariannya.
"(Pada) BA.2 tidak ada fenomena SGTF itu, sehingga pada pemeriksaan SGTF untuk menentukan apakah kemungkinan seseorang probable Omicron, bisa terdeteksi pada pemeriksaan WGS," sambung dia.
"Varian siluman ini, kan, dibilang BA.2, kenapa dibilang begitu karena biasanya (pada varian) Omicron protein S-nya tidak bisa kita deteksi karena ada mutasi di protein S-nya," jelas dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI; Juru Bicara Pemerintah untuk Program Vaksinasi COVID-19.
Meski demikian, Omicron siluman sangat bisa dicegah penularannya. Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menghindari terinfeksi Covid-19 varian BA.2:
* Menggunakan masker
Gunakan masker dengan tepat dan rapat. Sehingga menghindari masuk atau keluarnya virus.
Sepanjang musim pandemi, banyak orang yang menggunakan masker dengan benar, merasakan manfaatnya.
Di antaranya adalah lebih kuat dari paparan virus dan polusi udara. Oleh karena itu, menggunakan masker di masa pandemi yang lebih banyak penyakit adalah hal yang esensial.
Baca Juga: 6 Penyebab dan Faktor Risiko Osteoporosis, Hati-hati yang Suka Mager
* Menghindari kerumunan
Hindari pertemuan atau kerumunan yang memungkinkan kita berdekatan atau berinteraksi dengan orang lain.
Di tengah lonjakan kasus, hindari mengambil risiko dengan datang ke tempat yang ramai atau pertemuan. Karena kita tidak tahu riwayat perjalanan orang lain sebelumnya.
* Mencuci tangan dan jaga kebersihan
Merasa lebih sering cuci tangan atau membersihkan permukaan? Selama hal tersebut bisa membuat kita yakin akan kebersihan dan keamanan bersama, maka pertahankan sikap tersebut. Karena bisa menghindarkan kita dan orang lain dari paparan virus.
* Menjaga asupan makanan
Bagi yang memiliki kecenderungan kesehatan seperti gula darah, asam urat, darah tinggi, usahakan untuk menjaga asupan makanan tetap seimbang.
Konsumsi lebih banyak sayur, buah dan serat larut, serta batasi gula. Kesehatan prima sebenarnya berawal dari pencernaan. Saat tubuh tidak fit, malah memudahkan kita terserang penyakit.
* Olahraga
Baca Juga: Covid-19 Bikin Badan Pegal dan Linu, Ini 4 Cara untuk Meredakannya
Beraktivitas fisik bisa membantu kita menjaga stamina dan kekuatan tubuh. Misalnya, kapasitas paru-paru, kekuatan otot jantung, serta menjaga kadar gula hingga lemak tubuh.
Olahraga juga bisa meningkatkan metabolisme sehingga daya tahan tubuh kita lebih baik.
* Istirahat cukup dan tidak begadang
Bila kita bekerja dengan shift malam, maka cukupkan tidur di waktu istirahat. Sedangkan bila jam istirahat kita normal, usahakan untuk tidak begadang.
Epidemiolog Mengingatkan
Mengenai munculnya kasus Omicron siluman yang terdeteksi di Indonesia jelang Ramadan, Epidemiolog Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menyebut subvarian BA.2 Omicron bisa menyebabkan ledakan baru kasus Covid-19.
Untuk itu, ia mengingatkan pelonggaran berbagai aturan seharusnya tidak dilakukan secara bersamaan.
"BA.2 ini berpotensi menyebabkan adanya ledakan baru. Saya tidak menakut-nakuti, saya bicara apa adanya," ujar Dicky saat dihubungi Kompas.com, Kamis (10/3/2022).
Bukan tanpa dasar Dicky menyimpulkan subvarian BA.2 yang dikenal dengan sebutan Omicron Siluman bisa menyebabkan Indonesia kembali mengalami lonjakan kasus Corona.
Baca Juga: Mengapa Pra-Remaja Penting Mendapatkan Vaksin HPV? Ini Alasannya
Sebab berdasarkan penelitian terbaru, Omicron Siluman punya daya infeksi yang lebih tinggi.
"BA.2 serius sekali ancamannya karena dari hasil laporan, salah satunya seperti (riset) dari Tokyo, kita melihat bahwa BA.2 ini 4x lebih dari Delta. Dan yang paling menjadi catatan atau perhatian juga adalah, dia memiliki potensi 10x lebih besar dari BA.1,' sebut Dicky.
Untuk itu ia meminta masyarakat tidak menganggap enteng Omicron yang masuk dalam varian of concern (VoC) WHO. Dicky meminta jangan lagi ada anggapan Omicron tidak berbahaya.
"BA.2 terbukti semakin menguat, ini menjadi suatu ancaman yang sangat serius. Dia lebih cepat menular, menginfeksi, dan juga lebih mematikan daripada BA.1," tuturnya.
"Ketika dia menginfeksi, virusnya banyak. Jadi kalau kita longgar masker, tidak jaga jarak, tidak batasi kapasitas, ventilasi sirkulasi tidak diperbaiki, ya kita dalam posisi berbahaya dan angka kasus serta kematian bisa tinggi. Itu yang terjadi sekarang di banyak negara seperti di Hong Kong," tambah Dicky.
Karenanya Dicky heran dengan kebijakan pemerintah Indonesia saat ini.
Karenanya Ia mengkritisi kebijakan pemerintah yang melakukan pelonggaran kebijakan secara bersamaan.
"Temuan (ancaman Omicron Siluman) ini semakin harus kita seriusi di tengah fenomena baik pemerintah maupun masyarakat begitu menggebu melakukan pelonggaran, begitu menganggap bahwa saat ini (pandemi) sudah mau selesai," ucapnya.
Baca Juga: Dokter Sarankan Makan Makanan Ini Agar Asam Urat Tinggi Tidak Kambuh
Dicky pun meminta agar pemerintah lebih waspada dalam menerapkan kebijakan. Peluang dihapuskannya kewajiban memakai masker dan penerapan jaga jarak dinilai belum bisa dilakukan untuk saat ini.(*)
Source | : | Kompas.com,GSILab-omicron siluman |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar