GridHEALTH.id - Penelitian telah menunjukkan bahwa puasa dapat menempatkan orang dengan epilepsi pada risiko lebih sering kejang.
Jadi sebelum berpuasa untuk alasan apa pun, penting untuk mendapatkan saran dari dokter keluarga, perawat epilepsi, atau spesialis epilepsi.
Mengapa puasa bisa menjadi masalah? Beberapa penelitian dilakukan pada penderita epilepsi yang sedang berpuasa selama bulan Ramadan.
Penelitian menunjukkan bahwa beberapa dari mereka mengalami lebih sering kejang selama puasa dilakukan. Peningkatan ini kemungkinan disebabkan oleh:
- Perubahan cara minum obat epilepsi
- Pola tidur terganggu
- Kondisi perut kosong untuk waktu yang lama tanpa makanan
- Stres emosional dan kelelahan
Ini semua adalah hal yang diketahui memicu kejang pada beberapa orang dengan epilepsi. Jadi, setiap pasien epilepsi yang ingin berpuasa, perlu menyadari risiko ini. Dan penting untuk mendapatkan nasihat medis sebelum memutuskan apakaha akan berpuasa.
Baca Juga: Komposisi Sonata dari WA Mozart Dapat Mencegah Epilepsi, Studi
Baca Juga: Belum Banyak yang Tahu, Jamur Mampu Turunkan Tekanan Darah Tinggi
Jurnal Science Direct pada tahun 2014 mengeluarkan hasil studi pada pasien epilepsi yang mengikuti puasa Ramadan.
Sebanyak 114 pasien epilepsi yang berpuasa selama Ramadan diteliti di Rumah Sakit Pelatihan dan Penelitian Kementerian Kesehatan Ankara - Turki, Departemen Neurologi Epilepsi
Dari 114 pasien yang dilibatkan dalam penelitian ini, 38 pasien mengalami kejang dan salah satu dari pasien tersebut mengalami status epileptikus selama bulan Ramadan.
Ketika frekuensi kejang pasien ini selama Ramadan dibandingkan dengan dalam 1 tahun terakhir dan periode 3 bulan terakhir sebelum Ramadan, peningkatan yang signifikan secara statistik diamati.
Selain itu, ada peningkatan penting dalam risiko kejang pada pasien yang mengubah rejimen obat dibandingkan dengan mereka yang tidak.
Baca Juga: Penyebab Radang Tenggorokan, dari Infeksi Virus Hingga Bronkitis
Baca Juga: Jamur Cordyceps Militaris Dipercaya Dapat Meningkatkan Sistem Imunitas Tubuh, Studi
Pada pasien yang menerima monoterapi atau politerapi, tidak terlihat perbedaan frekuensi kejang selama bulan Ramadan.
Kesimpulan dari penelitian, selama Ramadan, terjadi peningkatan frekuensi kejang pasien epilepsi.
Alasan paling penting untuk situasi ini adalah perubahan dalam farmakokinetik dan farmakodinamik obat, dan akibatnya, dalam kemanjurannya.
Para peneliti percaya bahwa pada pasien yang menerima monoterapi dan yang tidak mengubah rezim obatnya, peningkatan frekuensi kejang mungkin terkait dengan perubahan ritme harian, stres emosional, kelelahan, dan puasa sepanjang hari mereka.
Epilepsi adalah gangguan pada sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik yang berlebihan di otak.
Baca Juga: Suplemen Zinc Untuk Terapi Tambahan Covid-19, Berapa Dosis yang Tepat?
Baca Juga: 5 Cara Alami Membersihkan Batu Ginjal, dari Lemon Hingga Air Kelapa
Hal ini menyebabkan penderitanya mengalami kejang secara berulang pada sebagian atau seluruh tubuh.
Seseorang dinyatakan menderita epilepsi jika pernah mengalami kejang lebih dari satu kali tanpa penyebab yang jelas.
Epilepsi dapat diderita oleh semua kelompok usia, tetapi biasanya epilepsi dimulai saat masih anak-anak. (*)
Source | : | Science Direct,epylepsy.org.uk |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar