Dikutip dari ABC News, Rabu (20/7/2022), selama periode 10 hingga 18 Juli, sudah tercatat ada 273 kematian yang disebabkan oleh gelombang panas.
Peneliti dari fakulitas sains Universitas Lisbon, Carlos Antunes, mengatakan bahwa rata-rata orang yang meninggal karena gelombang panas adalah lansia.
Ia menyebutkan, angka kematian akibat gelombang panas di masa depan tergantung pada tindakan pencegahan untuk melindungi diri sendiri.
Juga, bagaimana perawatan rumah dan infrastruktur bangunan. Pasalnya, di beberapa negara Eropa, bangunan dirancang tidak bisa mengendalikan panas.
"Dengan adanya perubahan iklim, kematian akan semakin meningkat dan oleh karena itu kita harus mengambil langkah-langkah di tingkat kesehatan masyarakat untuk meminimalkan dampaknya," pungkasnya.
Bahaya gelombang panas pada lansia
Suhu ekstrim memang berbahaya bagi semua orang, tapi lansia memiliki risiko mengalami masalah kesehatan yang lebih tinggi.
Baca Juga: Gelombang Panas di India Mengkhawatirkan, Puluhan Orang Tewas Akibat Heatstroke
Melansir nia.nih.gov, gelombang panas menyebabkan lansia berisiko mengalami kondisi berikut, yang dikelompokkan dengan nama hipertermia.
* Sinkop panas: Pusing mendadak yang terjadi ketika beraktivitas di cuaca panas. Istirahat di tempat sejuk, mengangkat kaki, dan minim air dapat mengurangi gejalanya.
* Kram panas: Otot-otot di perut, lengan, atau kaki mengencang akibat udara yang panas. Jika lansia mengalaminya, segera cari tempat sejuk dan minum air.
* Edema panas: Pembengkakan di pergelangan kaki, saat suhu tubuh menjadi panas. Untuk mengatasinya, bisa dengan cara membuat posisi kaki lebih tinggi.
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar