GridHEALTH.id - Masih banyak kasus yang menjadikan anak sebagai korban akibat perlakuan bejat orang dewasa.
Kali ini, kasus terbaru dari bocah asal Medan yang masih berusia 12 tahun harus menjadi pengidap HIV setelah dirinya dijual.
Sungguh miris mendengarnya, inilah yang masih menjadi tugas bersama dari seluruh elemen, baik pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat.
Kisah JA, Bocah Terdampak HIV Setelah Dijual dan Diperkosa
Dilansir dari TribunJateng (15/09/2022), kisah JA menjadi perhatian setelah dirinya dinyatakan mengidap HIV di usianya yang masih sangat kecil, 12 tahun.
Kondisi ini terjadi setelah JA memiliki ayah tiri yang tidak bekerja dan hidup dengan utang piutang.
Tidak lama dari pernikahan itu, ibunya meninggal saat JA berusia 7 tahun karena sakit.
JA pun harus menerima kenyataan tinggal bersama ayah dan saudara tirinya, yang berpindah-pindah untuk menghindari tagihan hutang.
Sebelumnya JA juga sempat tinggal bersama dengan neneknya, KT dan di sinilah JA menjadi korban pencabulan dari adik neneknya, inisial CA.
Tidak sampai situ, hidup nomaden membuat JA juga sempat dititip kepada pamannya, AL.
Semakin parah, JA tidak hanya jadi korban pemerkosaan, tetapi dijual kepada acek-acek (laki-laki tua) dan pria hidung belang seharga Rp 300 ribu.
Baca Juga: 10 Gejala yang Timbul Akibat Penyakit Infeksi AIDS, Salah Satunya Demam Berkepanjangan
AL juga tega menjual anaknya sendiri kepada pria hidung belang, selain menjual JA.
Syukurnya, JA masih bisa diselematkan dan kini tengah menjalani perawatan dan pendampingan khusus.
Kondisi JA Saat Ini, Setelah Diselematkan
JA berhasil diselamatkan oleh Perhimpunan Tionghoa Demokrat Indonesia (PERTIDI), setelah sebelumnya kisah JA didengar oleh Team Fortune Community.
Sesuai dengan aturan yang ada, sebagai korban pemerkosaan, bocah asal Medan ini dilakukan skirining terkait HIV, nahas hasilnya positif setelah dijual sebagai budak seks.
Mengutip dari TribunJateng, kasus ini akan dibawa ke jalur hukum oleh PERTIDI dengan menunjuk kantor hukum CN Iustitia sebagai kuasa hukum JA.
"Dalam penanganan ini, Yayasan Peduli Anak Terdampak HIV juga ikut bersama-sama agar JA dapat ditangani. Kami akan memperjuangkan hak-hak hukum terhadap JA dan mengupayakan hadirnya rumah singgah,"kata David Ang, selaku Ketua PERTIDI pada Selasa (13/09/2022).
Kasus HIV pada Anak Indonesia
HIV pada anak, menjadi salah satu masalah yang hingga kini masih belum terselesaikan dengan baik di Indonesia.
Data yang didapat IDAI dari Laporan Kemenkes RI hingga bulan Juni 2022 disebutkan total ada 1.188 anak di Indonesia yang telah terdeteksi sebagai penyandang HIV.
Dengan sebaran usianya, yaitu:
Baca Juga: Anak Terinfeksi HIV Sangat Mungkin Diobati, Mau Tahu Caranya? Klik di Sini
- Anak usia 0-4 tahun sebanyak 274 orang
- Anak usia 5-14 tahun sebanyak 173 orang
- Anak usia 15-19 tahun sebanyak 741 orang
Pelecehan Seksual, Pemerkosaan, dan HIV
Menanggapi maraknya pelecehan seksual dan pemerkosaan pada anak dan kemungkinan tertular HIV, dr Endah Citraresmi, SpA(K) mengatakan tidak menutup kemungkinan jika ini terjadi, "Pasti ada (kasus anak tertular HIV dari pemerkosaan), karena betul, jika yang melakukan pelecehannya atau pemerkosaannya adalah penderita HIV, bisa banget menular."
Dalam kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual pada anak, maka biasanya akan ada pemeriksaan lengkap untuk sekaligus dites terkait kemungkinan tertularnya HIV.
"Jadi gini, pelecehan seksual itu yang biasanya kita (dokter) kerjakan kalau ada pemerkosaan anak, itu biasanya ada paketnya ya untuk melakukan skrining HIV," lanjut dr Endah Citraresmi, SpA(K) selaku Ketua Satgas HIV IDAI dalam acara Media Group Interview terkait HIV pada Anak pada Jumat (02/09/2022).
"Semua tindakan pemerkosaan itu, terutama pada anak dan remaja selalu ada skrining dan pencegahan HIV," kata dr Endah Citraresmi, SpA(K) melanjutkan terkait cara mendeteksi anak dengan HIV dari kasus pemerkosaan.
Penanganan Anak Terdampak HIV di Indonesia
Anak yang terdeteksi positif HIV, termasuk dari hasil korban pemerkosaan akan mendapatkan pemantauan dari dokter hingga dirinya dewasa, sehingga harapan hidup anak dengan HIV tetap tinggi.
HIV pada anak dapat ditangani dengan baik, jika manajemen penyakit yang dilakukan benar, seperti selalu minum obat ARV setiap hari, tidak lupa untuk kontrol, dan melengkapi semua imunisasi yang diperlukan. (*)
Source | : | Tribun Jateng,Media Group Interview dengan Satgas HIV IDAI |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar