GridHEALTH.id - Jika kita pernah menemui ahli terapi fisik atau menjalani rehabilitasi karena cedera, kita ungkin tidak akan melakukan squat berat.
Sebaliknya,kita mungkin akan melakukan beberapa latihan isokinetik pada mesin. Mesin isokinetik memungkinkan kita untuk menguji kekuatan otot dan memberi pembacaan kemajuan kita.
Alat ini juga dapat menunjukkan area kelemahan di sepanjang rentang gerak tertentu yang perlu ditingkatkan.
Latihan isokinetik menggunakan dinamometer untuk mengontrol kecepatan gerakan tertentu, seperti siklus stasioner.
Daripada menggunakan kekuatan atau daya tahan kita untuk menerobos setiap putaran, dinamometer memperbaiki putaran.
Misalnya, terapis fisik mungkin meminta kita melakukan 80 putaran per menit pada siklus stasioner.
Jika kita mencoba untuk melaju lebih cepat, dinamometer akan menambah lebih banyak hambatan sehingga kita tetap pada kecepatan yang ditetapkan. Jika kita erjalan lebih lambat, mesin akan mereda.
Menurut Fusion Rehabilitative Medicine, latihan isotonik melibatkan penguatan otot dengan menggerakkan beban tetap melalui berbagai gerakan.
Misalnya, kita bisa mengambil dumbbell untuk bicep curl, dan seberapa cepat kita mengangkat dumbbel.
Dengan latihan isokinetik, baik sendi maupun otot di sekitarnya tetap terjaga. Kita bisa memegang dumbbell setinggi bahu untuk mendapatkan kontraksi isometrik.
Meskipun beratnya mungkin berbeda, itu tidak bergerak. Pikirkan latihan isometrik sebagai mencoba mendorong batu besar. Berat tidak bergerak, tetapi otot kita akan mendapatkan kekuatan.
Latihan isokinetik juga dapat digunakan untuk menentukan apakah atlet cukup kuat untuk bersaing setelah operasi.
Baca Juga: Healthy Move, 7 Latihan Kekuatan Otot Untuk Lansia Agar Sehat di Rumah
Baca Juga: Ini 5 Penyebab Hipertensi dan Cara Mencegah yang Baik dan Benar
Sebuah studi 2018 di Journal of Athletic Training menggunakan perangkat isokinetik untuk mengukur kekuatan atlet setelah operasi lutut. Penelitian tersebut menentukan kekuatan optimal untuk lutut yang direhabilitasi sehingga aman untuk atlet kembali bermain.
Studi lain menemukan bahwa latihan isokinetik lebih baik daripada latihan manapun untuk meningkatkan rentang gerak di bahu.
Sebuah studi tahun 2020 di Orthopedic Journal of Sports Medicine mempelajari peserta yang sehat untuk menemukan bahwa latihan isokinetik dapat memperkuat otot infraspinatus dengan lebih baik, yang merupakan salah satu otot kunci di rotator cuff.
Studi tersebut menunjukkan bahwa latihan isokinetik mungkin lebih baik untuk menyembuhkan cedera rotator cuff.
Baca Juga: Lihat Perbedaan Serangan Jantung yang Dirasakan Pria dan Wanita
Baca Juga: Manfaat Bekam Bagi Penyandang Hipertensi, Atasi dengan Cepat!
Source | : | The Health Site,health digest |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar