GridHEALTH.id - Sempat ramai di masyarakat terkait adanya risiko paparan kandungan BPA atau Bisphenol-a dalam kemasan. Khususnya pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).
Imasnya muncul pro dan kontra, baik dari para pakar dan masyarakat.
Walhasil banyak masyarajat awam yang bingung.
Bahkan tidak sedikit masyarakat yang menjadi khawatir, karena merasa sering menggunakan barang dengan kandungan bisphenol-a ini.
Misal mereka yang selama ini, belasan tahun atau bahkan sudah puluhan tahun menggunakan galon air minum.
Baca Juga: 4 Cara Mencegah Kolesterol Tinggi, Kunci Terhidar dari Penyakit Jantung dan Stroke
Tidak sedikit yang menyebutkan bahwa BPA berisiko besar terhadap munculnya kanker karena bersifat karsinogenik.
Ditambah lagi saat ini angka kanker di Indonesia dan global memang tengah mengalami peningkatan yang sangat tajam, inilah yang juga menjadi kekhawatiran dalam bidang kesehatan.
Bahkan untuk di Asia sendiri diprediksi pada tahun 2030 akan terus mengalami peningkatan kasus melebihi negara Barat.
Dengan itu semua, masyarakat awam mana yang tidak takut?
Belum Ada Bukti Kuat BPA Dapat Menyebabkan Kanker
Baca Juga: Sariawan di LIdah Menyakitkan, Berikut Penyebab dan Cara Cepat Mengobatinya
Mengenai kondisi ini, semakin liarnya informasi juga pemberitaan prihal BPA yang banyak menyebut dan dihubungkan dengan kanker, Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM selaku Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dalam acara Ngobars dengan tema Kupas Tuntas Polemik Kesehatan Terkait BPA pada Jumat (30/09/2022) menjawab kontroversi yang selama ini beredar di masyarakat.
Prof. Aru menyebutkan bahwa bisphenol-a yang disebut-sebut berisiko memicu kanker belum ada bukti yang kuat.
"Memang betul bisphenol-a itu banyak ditemukan di lapisan dalam kaleng, segala macam, itu masih ada konflik data atau masih kontroversial dalam kanker, memang belum ada buktinya sebenarnya," kata Prof. Aru.
Akan tetapi mengantisipasi bahwa ke depannya bisphenol-a (BPA) dapat menjadi berbahaya, itu boleh saja, namun untuk saat ini masyarakat dihimbau untuk jangan terlalu khawatir.
"Tahun 50-an, rokok tidak dianggap sebagai berbahaya di Amerika, kemudian lama-lama dengan data yang ada, diketahui bahwa ada, nah bagaimana dengan BPA ini? Jujur saja, mengenai BPA ini datanya belum cukup,"
"Kita tidak mengatakan bahwa dia tidak menyebabkan kanker, datanya belum cukup untuk menyatakan, bahkan belum tentu menyebabkan kanker, kita ga tau apakah 10 tahun 20 tahun lagi datanya sudah mulai masuk," ujar Prof. Aru.
Jadi, sejauh ini dapat dikatakan bukan berarti BPA disebut tidak menyebabkan kanker, namun masih memerlukan data yang lebih kuat untuk menyatakan paparan dari bisphenol-a berisiko terjadinya kanker.
BPA Tidak Terkait Langsung Dengan Kanker
Prof. Aru juga menegaskan untuk isu terkait kandungan BPA dalam galon isi ulang yang menimbulkan polemik, diharapkan tidak mengaitkannya dengan kanker.
Berdasarkan yang disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM selaku Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI), justru 90-95 persen faktor risiko kanker berasal dari lingkungan.
"Saya hanya menyampaikan sebagai seorang yang berkecimpung dengan kanker, bahwa masalah-masalah lingkungan yang kita hadapi itu jauh lebih banyak dari pada BPA," ujar Prof. Aru menegaskan.
Ada tiga komponen utama dalam kehidupan sehari-hari yang sangat mempengaruhi kanker, yaitu:
1. Berat badan
Berat badan dapat sangat berisiko terjadinya kanker karena berhubungan langsung dengan diabetes, "Pasien diabetes lebih banyak kemungkinannya terkena kanker daripada non-diabetes,"sambung Prof. Aru.
2. Olahraga
Bukan berarti dengan olahraga dapat menyebabkan kanker, namun faktor risiko menekan adanya pertumbuhan kanker.
Baca Juga: BPOM Medan Temukan Air Galon di 6 Daerah Ini Terpapar BPA Lebihi Ambang Batas
"Olahraga itu bisa dibuktikan secara biokimiawi menghasilkan manfaat dalam tubuh yang dapat menekan kanker," jelas Prof. Aru.
3. Makanan
Cara makan dan gaya hidup saat ini sudah berubah, masyarakat lebih banyak mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi kalori dan lemak.
Komponen-komponen inilah yang perlu diperhatikan oleh masyarakat jika ingin mencegah pertumbuhan kanker, sedangkan untuk faktor lingkungan lainnya seperti polusi, bahan-bahan di sekitar presentasenya sangatlah kecil.
Termasuk paparan bisphenol-a ini jumlahnya jauh lebih kecil dan masih dapat dikeluarkan dari tubuh.
Berdasarkan pemaparan dari dr. Laurentius Aswin Pramono, M.Epid, Sp.PD di dalam kesempatan yang sama, dikatakan bahwa senyawa kimia termasuk bisphenol-a (BPA) yang masuk ke dalam tubuh dapat dikeluarkan oleh berbagai organ, mulai dari hati, ginjal, dan pernapasan.
Bicara Kanker, Masih Banyak PR Lain Terkait Kanker
Masih menurut Prof. Aru, masyarakat perlu berhati-hati menyebutkan bisphenol-a (BPA) ini berisiko kanker, karena data yang ada belum cukup dan masih sangat awal penelitian yang ada.
"Belum berani dan belum boleh bilang bisphenol-a (BPA) ini menyebabkan kanker, tapi kalau nanti ada data yang baru, ya silahkan, karena dulu rokok juga tidak dianggap sebagai hal yang berhubungan dengan orang yang merokok," Prof. Aru menyampaikan bahwa ke depannya bisa saja berubah jika ditemukan data yang kuat.
Jika ingin membicarakan risiko kanker, Prof. Aru menilai lebih banyak faktor risiko lainnya yang bisa menyebabkan kanker, ketimbang paparan BPA bagi tubuh, salah satu yang paling besar dan sulit dikendalikan adalah rokok.
Inilah yang seharusnya menjadi perhatian masyarakat, jika masyarakat ingin meningkatkan pengetahuan mengenai kanker. (*)
Baca Juga: Mitos dan Fakta BPA dalam Kemasan Plastik, Benarkah Membahayakan Tubuh?
Source | : | Liputan langsung acara Ngobars |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar