GridHEALTH.id - Osteoporosis adalah kondisi ketika tulang menjadi lemah atau lebih tipis dari biasanya sehingga jadi rentan patah.
Pada anak, kondisi ini disebut dengan juvenile osteoporosis.
Umumnya, kondisi ini terjadi pada anak usia 8–14 tahun.
Di masa pertumbuhan, jaringan tulang akan terus bertambah dan melakukan regenerasi, yaitu memperbaiki bagian yang rusak serta menggantinya dengan yang baru.
Osteoporosis pada anak dapat menjadi satu masalah yang signifikan karena seharusnya pada usia tersebut merupakan waktu optimal pembentukan tulang.
Massa tulang mencapai puncaknya hingga usia 30 tahun.
Semakin tinggi puncak massa tulang, semakin rendah kemungkinan akan terjadinya osteoporosis di kemudian hari.
Pembentukan massa tulang dipengaruhi faktor keturunan (genetik) dan gaya hidup, terutama jumlah asupan kalsium, serta tingkat aktivitas fisik.
Gejala osteoporosis pada anak
Osteoporosis pada anak tidak selalu menunjukkan gejala yang jelas.
Baca Juga: 4 Vitamin Untuk Kesehatan Tulang Lansia Usia di Atas 50 Tahun
Namun, gejala yang mungkin timbul adalah nyeri pada punggung bawah, pinggang, lutut, pergelangan kaki, dan telapak kaki.
Selain itu, tampak pada kesulitan berjalan, bentuk tulang belakang yang abnormal seperti tulang membungkuk atau tulang belakang yang bengkok, fraktur/ patah tulang patologis (patah tulang yang terjadi akibat trauma yang tidak adekuat).
Melansir dari artikel GridHEALTH.id sebelumnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan osteomalasia atau rapuh serta lunaknya tulang sehingga mudah patah.
Kekurangan kalsium
Kalsium adalah mineral yang sangat dibutuhkan dalam proses pembentukan tulang.
Kemudian pada proses terakhir pembentukan tulang akan terjadi apa yang disebut mineralisasi, yaitu proses pengendapan kalsium.
Anak dengan asupan kalsium yang cukup akan mengalami fase ini dengan baik.
Kurang vitamin D
Salah satu fungsi vitamin D adalah untuk membantu penyerapan kalsium di dalam tubuh dan mempertahankan kesehatan tulang.
Lantaran itu, kekurangan vitamin D juga dapat membuat anak rentan mengalami osteomalasia.
Mengalami gangguan hati
Baca Juga: 7 Langkah Menjaga Kesehatan Tulang, Rajin Berolahraga dan Konsumsi Makanan Sehat
Anak yang mengalami gangguan hati seperti sirosis juga berisiko mengalami osteomalasia.
Sebab anak dengan gangguan hati organ hati tak mampu memproses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi.
Gangguan ginjal
Jika organ ginjal tidak berfungsi baik, pada kasus gagal ginjal umpamanya, proses ekskresi/pembuangan kalsium akan meningkat.
Otomatis kalsium untuk pembentukan tulang berkurang sehingga menghambat proses mineralisasi. Dampaknya tulang anak pun jadi lunak.
Penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka panjang
Dalam beberapa kasus, osteomalasia juga dapat dialami anak-anak yang diharuskan mengonsumsi obat-obatan dalam jangka panjang.
Misalnya, steroid dengan dosis tertentu yang memiliki efek samping, salah satunya osteomalasia.
Apabila terjadi fraktur patologis (patah tulang yang terjadi akibat trauma yang tidak adekuat), sebaiknya kesehatan tulang diperiksakan lebih lanjut.
Baca Juga: Dua Vitamin Ini Harus Dipenuhi Untuk Perkembangan Tulang Sehat Anak
Source | : | hellosehat.com,Gridhealth.id,Idai.or.id,Alodokter.com |
Penulis | : | Magdalena Puspa |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar