GridHEALTH.id - Kisah nyata penyintas HIV/AIDS yang menceritakan pengalaman tersulitnya saat menghadapi penyakit mematikan ini.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang dan menghancurkan imunitas tubuh manusia, khususnya pada sel darah putih yang disebut sebagai sel CD4.
Jadi, HIV akan melemahkan tubuh manusia terhadap infeksi oportunistik (opportunistic infection), seperti pneumonia, salmonella, kandidiasis, toxoplasma, and tuberkulosis (TB).
Tidak dipungkiri, jika masih banyak orang-orang yang hidup dengan HIV (ODHIV).
Bahkan, banyak penyintas HIV yang tak kuasa untuk menerima penyakit tersebut.
Tak sedikit orang yang merasa terasingkan oleh orang sekitar karena penyakit HIV tersebut.
Sama halnya dengan kisah nyata penyintas HIV/AIDS yang sempat mengaku putus asa ini.
Seorang wanita bernama Meli Yulian menceritakan masa kelam dalam hidupnya.
Hal itu terjadi saat dirinya divonis mengidap HIV.
Melansir dari Kompas.com, Meli mengalami sakit berkepanjangan pada tahun 2019 silam.
Ia sering bolak-balik ke rumah sakit tetapi tak kunjung sembuh.
Baca Juga: Dianggap Orang Pertama Sebagai Penyintas HIV, Profesinya Pramugara
Hingga akhirnya, ia justru dinyatakan mengidap HIV.
"Akhirnya disarankan untuk tes VCT (voluntary counselling and testing). Awalnya masih sangat awam dengan HIV," ujar Meli dalam Active Case Finding (ACF), belum lama ini.
Hasil VCT menunjukkan Meli mengidap HIV stadium 3 dan bukan hal mudah bagi Meli mendapatkan kenyataan ini.
Semangat hidupnya menurun hingga berat badan Meli yang tadinya 45 kg turun drastis hingga menyentuh angka 28 kg.
"Bahkan saya sampai lumpuh. Badan sisa tulang doang. Saya sudah pakai kursi roda," kenang Meli.
Bukan hanya itu saja, keinginan Meli untuk bunuh diri pun sempat terlintas di benaknya.
Namun, ia mengaku sekuat tenaga untuk bangkit.
Hingga pada akhirnya, Meli menjalani terapi Antiretrovial (ARV) pada tahun 2020 silam.
Jika tidak ditindak dengan terapi ARV, infeksi HIV kronis ini akan terus tumbuh hingga 10 tahun ke depan.
Melalui pengobatan ARV, pengidap HIV mampu mempertahankan risiko penularan virus yang rendah, meskipun melakukan aktivitas seksual kepada orang dengan negatif HIV.
Menjadi seorang pengidap HIV ini juga tak mudah untuk bisa terbuka dengan keluarga.
Baca Juga: Kisah Jimmy, Penyandang HIV/AIDS yang Sempat Putus Asa dan Akhirnya Jadi Relawan
Mengetahui kondisinya membaik, ia pun membuka statusnya ke keluarga, saudara, dan teman terdekat.
"Suami juga sangat mendukung saya. Alhamdulillah suami negatif HIV. Support system keluarga ini pula yang membuat saya cepat bangkit," ungkapnya.
Itu pula yang membuatnya kini aktif menjadi pendamping layanan HIV di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS).
Banyak penyintas yang tidak berobat dengan benar karena tidak memiliki support system yang baik.
"Jadi mereka merasa sendiri, ingin bunuh diri dan seperti tidak ada harapan hidup. Saya membantu teman-teman yang sendiri untuk mendapat support system juga," lanjutnya.
Meli ini jadi salah satu orang dengan kisah nyata penyintas HIV/AIDS yang sempat putus asa.
Namun ternyata, hidupnya kini mulai membaik dan semakin semangat sembukan penyakitnya tersebut.
Baca Juga: Kisah Para Pejuang Sembuh dari HIV, Berikan Pelajaran dan Perjuangan
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Magdalena Puspa |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar