Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM IV) adalah orang dengan satu periode ketakutan sangat hebat atau kegelisahan dimana empat atau lebih gejala-gejala di atas ditemukan dan mencapai puncaknya dalam waktu 10 menit.
Beberapa faktor risiko yang dapat memicu agorafobia, antara lain:
- Memiliki gangguan panik atau fobia (reaksi ketakutan yang berlebihan)
- Mengalami peristiwa kehidupan yang penuh tekanan, seperti pelecehan, bencana alam, atau kematian orangtua
- Memiliki kepribadian gugup atau cemas
- Memiliki kerabat dekat atau keluarga dengan agorafobia
- Konsumsi zat-zat yang bisa menginduksi terjadinya serangan panik
Gangguan mental agorafobia memerlukan perhatian medis, maka mendiagnosis orang dengan gangguan ini perlu secara tepat dan terdeteksi dini, sehingga bisa mempercepat proses penyembuhan dan memastikan kualitas hidup yang baik.
Mengatasi agorafobia ini bisa dengan terapi atau pun obat-obatan, bisa juga kombinasi keduanya. Dengan terapi, seperti terapi perilaku kognitif (CBT) atau terapi perilaku dialektik (DBT), pengidap akan dapat mengidentifikasi pikiran negatif yang terkait dengan situasi pubik dan akhirnya mengatasi ketakutan mereka.
Terapi CBT online atau berbasis web juga akan sangat membantu pengidap yang mengalaminya secara intens dan mungkin takut menjalani terapi secara fisik.
Tidak lupa, dukungan dari keluarga dan teman juga sangat penting bagi seseorang yang menderita atau pulih dari agorafobia, karena ketika mereka harus menghadapi kerumunan, mereka bisa menjadi yakin saat ditemani, berbeda bila sendirian, gejalanya dapat memburuk. (*)
Source | : | Healthline,Mind.help,Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.36. Juli-Desember 2012 |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar