GridHEALTH.id - Tak banyak tahu, inilah yang terjadi pada depresi melankolis.
Belakangan ini, kesehatan mental jadi salah satu hal yang perlu diperhatikan.
Menjaga kesehatan bukan hanya dari fisiknya saja, mental seseorang juga perlu dijaga.
Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar.
Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan positif dengan orang lain.
Sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali emosi yang pada akhirnya bisa mengarah pada perilaku buruk.
Jika semakin memburuk, depresi bisa jadi salah satu gejala kesehatan mental terganggu.
Depresi bisa terjadi pada siapa saja.
Orang yang pernah mengalami pelecehan, kehilangan yang parah, atau peristiwa stres lainnya lebih mungkin mengalami depresi.
Wanita lebih cenderung mengalami depresi daripada pria.
Depresi juga memiliki beberapa jenis, salah satunya depresi melankolis.
Baca Juga: 11 Cara Menjaga Kesehatan Mental Saat Menghadapi Kegagalan dalam Bisnis
Depresi melankolis adalah bentuk gangguan depresi mayor (MDD) yang muncul dengan ciri-ciri melankolis.
Meskipun depresi melankolis dulu dilihat sebagai gangguan yang berbeda, American Psychiatric Association (APA) tidak lagi mengenalinya sebagai penyakit mental yang terpisah.
Sebaliknya, melankoli sekarang dipandang sebagai penentu MDD - yaitu, subtipe dari gangguan depresi mayor.
Kata 'melancholia' telah digunakan sejak zaman Yunani kuno untuk menggambarkan perasaan sangat sedih dan putus asa.
Depresi melankolis, juga dikenal sebagai 'depresi berat dengan fitur melankolis', biasanya merupakan penyakit yang parah.
Itu membuat orang kehilangan minat pada hampir semua aktivitas dan memiliki gejala fisik lain yang berbeda.
Menurut WebMD, perubahan di dalam otak dan sistem hormon bisa menjadi penyebab depresi melankolis.
Kondisi ini kemudian membuat hipotalamus, kelenjar pituitari, dan kelenjar adrenal tidak bisa bekerja dengan baik untuk mengatur stres dan nafsu makan.
Penderita depresi melankolis kemudian akan memiliki level kortisol atau hormon stres yang lebih tinggi sehingga berdampak negatif terhadap nafsu makan, metabolisme, dan daya ingat.
Penderita juga akan mengalami perubahan pada sinyal otak yang disebut neuron sehingga berdampak pada respon tubuh terhadap kondisi di sekitar.
Gejala melankolia mirip dengan gejala umum depresi tetapi biasanya lebih parah. Kebanyakan orang dengan melankolia melambat.
Baca Juga: Kenali 5 Ciri-ciri Pertemanan Toxic dan Efeknya Bagi Kesehatan Mental
Gerakan, pikiran, dan ucapan mereka bisa sangat lambat.
Lebih jarang, orang dengan melankoli dapat mengalami agitasi dan kegelisahan.
Gejala depresi melankolis biasanya terjadi di kemudian hari.
Jenis depresi ini cenderung diturunkan dalam keluarga.
Orang-orang dalam silsilah keluarga mungkin memiliki masalah suasana hati atau bahkan meninggal karena bunuh diri.
Gangguan ini dapat memengaruhi banyak bidang kehidupan, termasuk pekerjaan, sekolah, dan hubungan.
Ini juga dapat memengaruhi suasana hati dan perilaku serta berbagai fungsi fisik, seperti nafsu makan dan tidur.
Orang dengan depresi melankolis biasanya sering kehilangan menikmati dan menjalani aktivitas.
Kadang-kadang, mereka mungkin juga merasa seolah-olah hidup tidak layak untuk dijalani.
Sebagian besar gejala dapat ditangani dengan pengobatan, yang mungkin terdiri dari pengobatan dan terapi bicara.
Baca Juga: Stres Akibat Putus Cinta Pengaruhi Kesehatan Mental, Ini 5 Cara Mengatasinya
Source | : | healthline.com,WebMD.com,kemkes.go.id,Healthdirect.gov.au |
Penulis | : | Magdalena Puspa |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar