GridHEALTH.id - Kenali tanda stunting pada balita yang perlu diperhatikan.
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak adekuat.
Anak-anak dikatakan stunting jika, tinggi badan untuk usia mereka lebih dari dua standar deviasi di bawah median Standar Pertumbuhan Anak WHO.
Stunting pada awal kehidupan khususnya 1000 hari pertama sejak konsepsi hingga usia dua tahun.
Gangguan pertumbuhan memiliki konsekuensi fungsional yang merugikan pada anak.
Tidak jarang masyarakat menganggap kondisi tubuh pendek merupakan faktor genetika dan tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan.
Faktanya, faktor genetika memiliki pengaruh kecil terhadap kondisi kesehatan seseorang dibandingkan dengan faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan.
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian anak dibawah lima tahun.
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).
Saat usia batita, anak masih tergantung penuh pada orangtua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.
Baca Juga: Dampak Stunting Saat Anak Dewasa: Implikasi Jangka Panjang, Kualitas Hidup
Selain itu, disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi.
Menurut Kemenkes RI, balita bisa diketahui stunting bila sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasil pengukurannya ini berada pada kisaran di bawah normal.
Seorang anak termasuk dalam stunting atau tidak, tergantung dari hasil pengukuran tersebut.
Jadi tidak bisa hanya dikira-kira atau ditebak saja tanpa pengukuran.
Selain tubuh yang berperawakan pendek dari anak seusianya, ada juga ciri-ciri lainnya yakni:
- Pertumbuhan melambat
- Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
- Pertumbuhan gigi melambat
- Berat badan balita tidak naik, bahkan cenderung menurun
- Mudah terserang berbagai penyakit infeksi
Stunting pada anak menjadi permasalahan karena berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian, gangguan pada perkembangan otak, gangguan terhadap perkembangan motorik dan terhambatnya pertumbuhan mental anak.
Baca Juga: Fakta Nyata, Konsumsi 2 Telur dalam Sehari Atasi Anak Stunting
Pertumbuhan tidak optimal dalam masa janin dan atau selama periode 1000 HPK memiliki dampak jangka panjang.
Bila faktor eksternal (setelah lahir) tidak mendukung, pertumbuhan stunting dapat menjadi permanen sebagai remaja pendek.
Upaya pencegahan untuk mengatasi stunting adalah hal yang utama.
Para orangtua diharapkan bisa rutin melakukan pemeriksaan kandungan ke fasilitas kesehatan terdekat, rutin mengkonsumsi Tablet Tambah Darah.
Penting juga memenuhi asupan gizi, seperti protein hewani yang baik bagi tumbuh kembang janin.
Pemberian ASI eksklusif pada bayi selama 6 bulan.
Bayi di atas enam bulan diberikan konsumsi protein hewani dan tetap melanjutkan ASI.
Jangan lupa datang ke Posyandu setiap bulan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan serta imunisasi balita.
Baca Juga: Cara Mencegah Stunting Sejak dalam Kandungan, Ini yang Bisa Dilakukan
Source | : | kemkes.go.id,Gridhealth,Who.int |
Penulis | : | Magdalena Puspa |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar