GridHEALTH.id - Gangguan kesuburan mengakibatkan pasangan mengalami kesulitan untuk mendapatkan keturunan.
Penting diketahui, faktor penyebab terjadinya kondisi ini tidak hanya datang dari kelompok perempuan saja, tapi juga pria.
Dokter spesialis urologi dr. Hery Tiera, Sp.U, mengatakan bahwa setidaknya faktor pria menyumbang 30% kasus ketidaksuburan.
Jenis gangguan kesuburan yang umum dialami oleh pria salah satunya adalah azoospermia.
Dokter Hery menjelaskan, azoospermia adalah kondisi saat tidak adanya sperma pada cairan ejakulasi atau air mani seorang pria, sehingga tidak bisa terjadi pembuahan.
"Azoospermia dibagi menjadi dua, obstruktif yaitu spermanya ada tapi tidak bisa keluar karena tersumbat dan non-obstruktif (yakni) sperma tidak ada, karena gangguan pembentukan sperma," kata dokter Hery dalam diskusi media di Jakarta Selatan, Senin (26/6/2023).
Lebih lanjut, ia menjabarkan faktor-faktor penyebab azoospermia dari kedua jenis tersebut.
Misalnya pada pria yang mengalami jenis obstruktif atau penyumbatan, mempunyai riwayat infeksi pada saluran urinari atau melakukan vaksetomi.
Sementara pada penderita azoospermia non-obstruktif, faktor-faktor risikonya antara lain:
1. Pernah menjalani kemoterapi, sehingga sel-sel yang menghasilkan sperma ikut rusak
2. Faktor pekerjaan, misalnya sering zat kimia atau zat metal
Baca Juga: Benarkah Terlalu Banyak Olahraga Sebabkan Kemandulan pada Wanita?
3. Penyakit infeksi seperti godongan yang juga memengaruhi tubuh bagian bawah ataupun demam
4. Sempat menjalani pengobatan radiasi
5. Mengalami kelainan hormon
Dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah-Bintaro Jaya ini mengatakan, gangguan kesuburan ini sulit diketahui tanpa pemeriksaan.
"Gimana cara diagnosisnya? Kita enggak bisa lihat pakai mata kepala sendiri ada sperma atau tidak karena ukurannya sangat kecil," ujar dokter Hery.
Untuk mendiagnosis kondisi ini, biasanya pasien akan diberikan beberapa pertanyaan terkait pernikahan hingga riwayat kesehatannya.
Dari anamnesis, akan ada gambaran apakah ada masalah kesuburan atau tidak. Kemudian, dilakukan pemeriksaan analisis sperma, dengan hasil yang dirasa paling akurat.
Pemeriksaan lain untuk mengetahui risiko azoospermia yakni pemeriksaan hormon yang mendukung fungsi sistem reproduksi pria seperti testoteron, gonadotropin, folicle-stimulating hormone (FSH), dan luteinizing hormone (LH).
"Hormon ibarat bahan bakar dan testis sebagai pabrik. Bahan bakar ini harus ada, sehingga pabrik bisa menghasilkan produk," pungkasnya.
Ada juga pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk melihat gambaran atau anatomi organ reproduksi pria. Sehingga jika ada kelainan dapat diketahui.
Itulah penjelasan lengkap mengenai gangguan kesuburan yang bisa dialami oleh pria dan cara untuk mengetahuinya.
Bila mempunyai faktor-faktor risikonya, jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan ke dokter, ya! (*)
Baca Juga: Ingin Program Hamil Berhasil, Hindari 6 Jenis Makanan dan Minuman Ini
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar