Selain itu, kurangnya asupan cairan dan makanan selama berpuasa juga dapat mempengaruhi keseimbangan elektrolit, yang bisa memicu komplikasi serius.
Seseorang yang mempunyai gangguan gastrointestinal, seperti maag, GERD, atau sindrom iritasi usus mungkin mengalami gejala yang serius saat puasa.
Ketika kambuh, diperlukan asupan makanan dan minuman yang teratur untuk mengendalikan gejala.
Berpuasa dapat meningkatkan risiko kekambuhan atau keparahan gejala, serta menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan.
Pengidap penyakit ginjal mempunyai batasan dalam konsumsi cairan dan elektrolit.
Berpuasa dapat menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit yang berpotensi membahayakan kondisinya.
Tak hanya itu, sejumlah pengidap penyakit ini mungkin juga memerlukan asupan makanan tertentu untuk menjaga kadar nutrisi dan fungsi ginjalnya tetap optimal.
Selain yang sudah disebutkan, terdapat beberapa masalah kesehatan kronis lainnya yang juga tidak dianjurkan berpuasa.
Ini termasuk, penyakit pernapasan kronis seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), penyakit autoimun misalnya lupus, arthritis rematoid, serta kanker dalam tahap lanjut.
Puasa merupakan salah satu ibadah pada bulan Ramadan, yang bermanfaat juga untuk kesehatan.
Namun, jika memiliki kondisi kesehatan tertentu, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk mengetahui risiko yang mungkin muncul bila berpuasa. (*)
Baca Juga: Apa Efek Minum Air Es Yang Terlalu Dingin Saat Buka Puasa?
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Komentar