Find Us On Social Media :

Orangtua Tak Perlu Khawatir, Mengisap Jempol Hingga Usia Batita Wajar

Mengisap jempol adalah refleks normal sebagai kebiasaan atau tindakan yang menenangkan hingga usia batita. Orangtua tak perlu khawatir.

GridHEALTH.id - Anak-anak memiliki bahasa sendiri dalam cara berkomunikasi hingga mereka mengembangkan keterampilan bahasanya.

Mengisap jempol mungkin dimulai sebagai kebiasaan atau tindakan yang menenangkan hingga usia batita. Tetapi jika dilakukan di tahun-tahun berikutnya, hal itu dapat dianggap sebagai faktor yang mendasari masalah lain.

Kebiasaan mengisap jempol pada anak-anak hingga usia empat tahun adalah refleks yang normal dan polos.

Tetapi hati-hati, mengisap jempol setelah usia empat tahun bisa menjadi tanda ketidakamanan dan ketidaknyamanan pada anak.

Fatih Aydın, seorang dokter anak di Medical Park Hospital di Ankara, Turki, memberikan informasi dan menyanggah beberapa mitos tentang kebiasaan umum mengisap jempol pada anak-anak.

Mengisap jempol adalah refleks normal yang terlihat pada anak-anak tanpa dampak psiko-patologis, sampai usia tiga atau empat tahun.

Baca Juga: Hentikan Kebiasaan Mengisap Jempol di Usia Batita, Begini Caranya

Baca Juga: Penyakit Tidak Menular Jadi Gangguan Kronis, Gula Dituding Jadi Penyebab

Kebiasaan mengisap jempol adalah perilaku tidak berbahaya yang ditemukan di hampir setiap bayi. Bayi menemukan ibu jari mereka di dalam rahim dan mengisap adalah salah satu refleks paling awal dan terkuat yang dimiliki bayi.

Kebanyakan orangtua berpikir bahwa alasan di balik mengisap jempol adalah rasa lapar. Namun, sekitar 70% dari mengisap jempol terjadi terlepas dari waktu dan kuantitas makan.

 

Sekitar setengah dari bayi usia satu tahun memiliki kebiasaan mengisap jempol. Dari sembilan bulan, tampaknya ada hubungan antara tidur dan mengisap jempol.

Beberapa bayi juga mengisap jempolnya sebagai indikasi gigi susu mereka tanggal, dan beberapa untuk rasa malu dan menahan diri saat dihadapkan pada suatu 'masalah'. Misalnya takut bertemu orang baru.

Mengisap jempol adalah kebiasaan umum di antara anak-anak hingga usia tiga dan empat tahun terlihat hampir di setiap bayi.

Bayi mungkin akan mengisap jempolnya saat gigi tanggal dan karena langit-langit mulut yang gatal.

Satu-satunya saat hal ini mungkin menimbulkan kekhawatiran adalah jika kebiasaan tersebut berlanjut karena efek psikologis yang merugikan yang mungkin diindikasikannya.

Baca Juga: Tanpa Disangka, Alam Mampu Mendukung Sistem Kekebalan Tubuh

Baca Juga: Senam Pelvic Pria, Atasi Stres Hingga Bikin Hubungan Intim Makin Mesra

Jika orangtua sangat mengontrol atau menindas, anak yang kesulitan mendapatkan kepercayaan diri dapat melanjutkan kebiasaan mengisap jempol.

Anak-anak yang mencoba menarik perhatian orangtuanya mungkin juga memiliki kebiasaan mengisap jempol. Contohnya, masalah keluarga (perselisihan perkawinan) bisa menjadi penyebab kebiasaan ini.

Para peneliti telah menemukan bahwa jika mengisap jempol berlanjut setelah usia lima atau enam tahun, juga dapat merubah bentuk gigi.

Mengisap jempol dapat menyebabkan ketidaksejajaran dengan menekan otot dan tulang yang masih berkembang. Gigi depan atas bayi bisa didorong ke depan dan gigi bawah ke belakang.

Sejauh mana perpindahan gigi akan tergantung pada berapa lama bayi mengisap jempolnya dan bagaimana dia memposisikan jempolnya.

Baca Juga: Diet Mediterania, Pola Makan Paling Baik Bagi Kesehatan Jantung

Baca Juga: World Obesity Day: Sepertiga Penduduk Dunia Kegemukan, Ahli : 'Ini Pandemi Nyata yang Terabaikan'

Secara umum, anak-anak berhenti mengisap jempol dengan waktu yang dianggapnya tepat dan dengan sendirinya. Jadi orangtua tidak perlu khawatir tentang hal itu dan kebiasaan ini tidak boleh dicegah dengan paksa.

Memaksakan dapat menyebabkan kedutan, menggigit kuku, dan mengompol. Orangtua juga harus menghindari mengikat dan menampar tangan.

Baca Juga: Benarkah Rahim Membesar Selama Periode Menstruasi? Cek Faktanya

Baca Juga: LADA, Diabetes Autoimun Sering Keliru Diagnosis Mirip Diabetes Tipe 2

Jika kebiasaan mengisap jempol berlangsung lebih lama dari yang diharapkan, orangtua sebaiknya meminta nasihat dari psikiater anak atau dokter anak. (*)

#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL