Find Us On Social Media :

Melacak Menurunnya Kasus Covid-19 di Indonesia, Karena Vaksin, PPKM, atau Libur Panjang?

Kasus Covid-19 di Indonesia menurun drastis sejak awal tahun hingga Maret 2021.

GridHEALTH.id - Sejak Januari 2021 fakta yang bisa kita lihat bersama prihal kasus Covid-19, ada penurunan drastis di seluruh dunia. Termasuk di Indonesia.

Awal Februari, kasus konfirmasi positif Corona di Indonesia telah berkurang sampai 25 persen.

Baca Juga: Setelah Divaksin Covid-19, Jangan Coba Lakukan 4 Hal Ini Jika Tidak Ingin Menyesal

"Penurunan ini adalah penurunan terdrastis yang pernah terjadi dalam kurun waktu satu minggu selama pandemi," kata Prof. Wiku dalam konferensi pers yang disiarkan BNPB pada Kamis (18 Februari 2021).

Padahal 30 Januari lalu, penambahan kasus masih konsisten di atas 10 ribu hingga 7 Februari.

Kemudian 8-15 Februari penambahan kasus rata-rata berada 8.200 kasus.

Sementara itu jumlah orang yang diperiksa dalam sepekan terakhir turun naik.

Jadi, "Jumlah kasus positif harian yang kita amati turun," ujar Menkes Budi saat melakukan konferensi pers secara daring, Rabu(17 Februari 2021).

"Jadi yang terjadi adalah puncak dari kasus konfirmasi setelah liburan panjang Nataru (Natal dan Tahum Baru) itu sudah terlampaui, sehingga confirmed case-nya menurun," kata Budi, melansir RRI.co.id (17 Februari 2021).

Baca Juga: 2 Buah-buahan dan 1 Bumbu Dapur yang Ampuh Turunkan Hipertensi

Selain itu, Menkes juga menyebut penurunan kasus COVID-19 pun berkaitan dengan penerapan PPKM yang berhasil membatasi mobilitas masyarakat pasca libur Natal dan Tahun Baru 2021.

Meski begitu, Budi menjelaskan jika angka positivity rate disituasi normal, bukan di masa liburan, tetap masih tinggi.

Hal ini kemungkinan disebabkan karena data negatif COVID-19 yang masih belum banyak diinput.

Untuk diketahui, sepanjang 23 Februari-3 Maret, rata-rata penambahan kasus Covid-19 di Indonesia sebesar 7.222 kasus per hari.

Adapun jumlah masyarakat yang diperiksa, Pada 25 Februari tercatat, melansir cnnindonesia (4 Maret 2021), jumlah orang yang diperiksa sebanyak 50.019 orang, 26 Februari 39.766 orang, 27 Februari 31.394 orang, 28 Februari 21.229 orang, 1 Maret 18.940 orang, 2 Maret 29.990 orang, dan 3 Maret 47.582 orang.

Baca Juga: Setelah Divaksin Covid-19, Jangan Coba Lakukan 4 Hal Ini Jika Tidak Ingin Menyesal

Karenanya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) belum bisa memastikan faktor penyebab kasus virus corona (Covid-19) Indonesia menurun beberapa hari terakhir ini.

Kementerian yang dipimpin Budi Gunadi Sadikin itu masih menunggu analisa para ahli.

"Kita tunggu dulu analisa para ahli ya. Kita tentunya masih mengikuti perkembangan yang ada, apakah memang kasus menurun sebagai dampak dari PPKM atau memang pemeriksaan laboratorium yang menurun ya," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, melansitr CNNIndonesia.com, Kamis (4 Maret 2021).Nadia pun menjelaskan, hingga saat ini pemerintah masih belum bisa memastikan kapan Indonesia mencapai puncak tertinggi kasus atau gelombang pertama pandemi di tengah kondisi penambahan kasus Covid-19 yang masih fluktuatif.

Baca Juga: Cara Mudah Kendalikan Ngidam Hanya Dalam 20 Menit, Supaya Tidak Bablas Makan Makanan Tidak Dianjurkan

Mengenai hal tersebut, dilain hari Menkes ternyata punya pendapat sendiri.Budi Gunadi Sadikin menegaskan, seperti diberitakan CNNIndoensia (4 Maret 2021), fenomena penurunan sebaran kasus Covid-19 di Indonesia yang terjadi dalam sepekan terakhir tidak disebabkan karena jumlah pemeriksaan yang juga ikut turun.Budi menyebut penurunan kasus itu terjadi karena Indonesia baru saja melewati libur panjang.

PPKM mikro pun menurut Prof. Wiku turut andil menciptakan menurunnya kasus Covid-19 di Indoensia.

"Jika dibanding kenaikan kasus harian pada awal tahun 2021 maka masuk Maret tren menurun cukup signifikan, hal ini disebabkan utamanya oleh PPKM Mikro," ujar Wiku dalam konferensi pers, Selasa (2 Maret 2021).Menurutnya, kepatuhan masyarakat akan protokol kesehatan juga berperan menurunkan kasus baru harian.

Baca Juga: Joe Biden Agresif Beri Vaksin Covid-19 Dua Juta Perhari, Warga AS Kini Percaya Diri Lakukan Kegiatan Outdoor

"Bahwa penularan masih terjadi di masyarakat makan akan ada risiko kematian. Kunci menekan kasus tetap waspada dan disiplin," tegas Wiku, melansir CNBCIndonesia (2 Maret 2021).

Tapi ingat, "Penurunan saja tidak cukup. Kasus covid harus ditekan sampai tak ada lagi. Kekebalan dipengaruhi antibodi, baik alami/vaksnasi. Kekebalan vaksinasi dicapai jika 70% masyarakat sudah mendapat vaksin. Imbauan kepada masyarakat tetap protokol kesehatan sebelum/sesudah vaksin," jelasnya.

Sementara itu, Epidemiolog Universitas Griffith Dicky Budiman punya pendapat berbeda prihal menurunnya kasus Covid-19 di Indonesia.Dicky malah mengaku sangsi jika penurunan jumlah ini adalah akibat dari vaksinasi COVID-19.

Baca Juga: Takut Gemuk, Makan Malam Sering Dihindari, Padahal Ini Manfaatnya

Sebab menurut Dicky, "Vaksinasi kita masih 1 persen sampai 2 persen, jadi belum berdampak signifikan terhadap penurunan kasus positif," paparnya, Selasa (16 Maret 2021), dikutip dari Wowkeren.com (16 Maret 2021).Dicky yakin dengan apa yang dikatakannya karena, data per Sabtu (13 Maret 2021), jumlah orang yang divaksin dosis kedua mencapai 1,4 juta, sedangkan sebanyak 3,9 juta lainnya telah menerima suntikan pertama.

Bila dibandingkan dengan jumlah populasi Indonesia, maka persentase orang yang sudah divaksin di Indonesia masih kecil, di bawah Amerika Serikat dan Israel.Karena itulah ia kemudian menduga ada faktor lain yang menyebabkan penurunan jumlah kasus ini, termasuk pengetesan dan pelacakan yang belum baik.

Baca Juga: Solusi Bagi Penderita Nyeri di Leher Tanpa Obat, Gunakan Bantal Seperti Ini

"Menjadi tanda tanya besar ketika kasus menurun karena aspek tracing yang tidak memadai," ujar Dicky, dilansir dari Tempo.Selain itu, perbedaan laporan masih terjadi antara pemerintah pusat dan daerah, terutama dari segi jumlah kasus positif serta kematian COVID-19.

Kasus kematian di Tanah Air yang masih di atas 100 orang per hari, menurut Dicky adalah tanda lemahnya deteksi dini terhadap kasus-kasus positif."Saya menjadi tidak terlalu percaya diri, walaupun senang, tapi tidak terlalu percaya diri karena intervensi di aspek yang mendasari ini belum optimal. Jadi penurunan COVID-19 ini mungkin ada banyak faktor yang harus dilihat," papar Dicky.(*)

Baca Juga: Cara Mudah Menurunkan Kolesterol Tinggi, Ternyata Cukup Makan 5 Sayuran Ini Secara Rutin

#berantasstunting

#HadapiCorona

#BijakGGL