Find Us On Social Media :

Wamenkes Sebut Tingkat Perlindungan Vaksin Covid-19 Sinovac Cuma 65,3%

Vaksin Covid-19 dari Sinovac diklaim memberikan kekebalan hanya sekitar 65%.

GridHEALTH.id -Merasa kebal setelah disuntik vaksin Covid-19, banyak masyarakat yang menganggap akan terlindung dari bahaya virus corona. Sehingga, banyak yang mengabaikan protokol kesehatan (Prokes).

Menanggapi hal tersebut, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) dr Dante Saksono Harbuwono menyampaikan bahwa persepsi masyarakat yang seperti itu salah.

"Ya, banyak masyarakat yang menganggap bahwa setiap orang yang sudah menerima vaksin akan aman dari virus corona. Untuk itu saya tegaskan, bahwa itu persepsi yang salah.

Bahkan karena persepsi itu, banyak masyarakat yang akhirnya mengabaikan protokol kesehatan," jelasnya di Posko Penanganan Covid-19 Provinsi Riau, saat berkunjung ke Pekanbaru, Rabu (24/03/2021).

Memang, dengan adanya vaksin bukan berarti Prokes bisa diabaikan. Terlebih pemerintah sejak awal telah mengingatkan masyarakat agar tetap menjaga Prokes meskipun sudah menerima vaksin.

"Sebab itu jangan ada lagi yang mengabaikan Prokes. Bahkan faktanya, masih ada orang yang telah disuntik vaksin lantas tetap terpapar virus corona, karena tak semua orang yang sudah divaksin serta merta mempunyai kekebalan tubuh maksimal.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Telah Diproduksi Jutaan, WHO Sesalkan Negara Miskin Tidak Kebagian

Baca Juga: Tidak Cukup Minum Air? Beberapa Gangguan Kesehatan Bakal Muncul

Hanya saja, bagi orang yang telah divaksin, kalau sempat terpapar Covid-19 tidak seberat kalau dia tidak divaksin," tambahnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, melihat hasil studi Sinovac yang dilakukan di Bandung, menyebutkan tingkat kekebalan atau perlindungan yang dihasilkan dari Vaksin Sinovac hanya sebesar 65,3%.

"Berarti ada sisa yang tidak terlindungi, atau masih ada kemungkinan untuk terinfeksi Covid-19. Inilah yang harus diwapadai," tukasnya.

 

Sebelumnya diberitakan vaksin Covid-19  Sinovac Biotech mungkin tidak memicu respons antibodi yang cukup terhadap varian virus corona yang diidentifikasi di Brasil, sebuah studi laboratorium sampel kecil menunjukkan.

Munculnya varian virus corona telah menimbulkan kekhawatiran bahwa vaksin dan perawatan yang dikembangkan berdasarkan jenis sebelumnya mungkin tidak berfungsi dengan baik.

Sampel plasma yang diambil dari delapan orang yang divaksinasi dengan CoronaVac Sinovac gagal secara efisien menetralkan varian garis keturunan P.1, atau 20J / 501Y.V3, kata para peneliti dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada hari Senin (08/02/2021).

Baca Juga: Hindari Makanan Setengah Matang Agar Aman Dari Toksoplasmosis

Tips Turunkan Trigliserida, Makan Lebih Sedikit Hingga Banyak Bergerak

"Hasil ini menunjukkan bahwa virus P.1 mungkin lolos dari antibodi penetral yang diinduksi oleh CoronaVac," para peneliti di Universitas São Paulo di Brasil bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Washington di Amerika Serikat dan beberapa institusi lain mengatakan dalam makalah itu. (*)

#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL

CoronaVac digunakan dalam program vaksinasi massal di negara-negara termasuk Cina, Brasil, Indonesia dan Turki.

Baca Juga: Mudah dan Cepat, Begini Cara Menghilangkan Jerawat dengan Jus Wortel

Baca Juga: Hasil Studi : Serangan Jantung Bisa Muncul Akibat Kurang Tidur

Meskipun penelitian menunjukkan infeksi ulang dapat terjadi pada individu yang divaksinasi, perlindungan yang diberikan oleh CoronaVac terhadap Covid-19 yang parah dapat menunjukkan mekanisme lain dalam sistem kekebalan manusia, selain antibodi, juga dapat berkontribusi untuk mengurangi keparahan penyakit, kata para peneliti. (*)