GridHEALTH.id - Belum lama ini, aktor Gary Iskak keluar dari rumah sakit setelah menjalani perawatan medis karena menderita hepatitis C kronis. Ia mengalami penurunan berat badan yang cukup signifikan.
"Iya (kurusan) Ehhm (turun) 12 kilogram yah, dari 90 kilo lah," ungkap Gary Iskak dalam jumpa pers virtual, Rabu (30/06/2021).
Untuk diketahui, hepatitis adalah penyakit yang menyerang hati atau liver. Penyakit ini terjadi ketika organ tersebut mengalami peradangan akibat infeksi virus maupun hal lain, seperti efek samping obat-obatan, keracunan, konsumsi alkohol dalam jangka panjang, perlemakan hati, dan penyakit autoimun.
Hepatitis ada yang bersifat akut (sembuh dalam waktu 6 bulan), namun ada yang menetap hingga berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun. Hepatitis yang berlangsung selama lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis.
Terkadang, gejala hepatitis pada tahap awal cenderung tidak khas atau bahkan tidak bergejala. Itulah sebabnya banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya sedang menderita hepatitis, sehingga penanganan pun terlambat dilakukan.
Penyebab Hepatitis C seperti yang dialami Gary Iskak adalah infeksi virus hepatitis C (HCV). Jenis hepatitis ini dapat menular melalui kontak darah dari penderita hepatitis C.
Baca Juga: Siapa Saja yang Berisiko Terinfeksi Virus Hepatitis C? Ini Kata Dokter
Baca Juga: Pernikahan yang Tidak Bahagia Bisa Mematikan Bagi Pria, Studi
Misalnya, melalui transplantasi organ, transfusi darah, penggunaan jarum suntik, atau berbagi barang pribadi, seperti sikat gigi dan pisau cukur, dengan penderita hepatitis C.
Terkadang, hepatitis C tidak menunjukkan gejala-gejala yang khas. Namun, penderita hepatitis C bisa mengalami gejala hepatitis yang mirip dengan hepatitis A dan hepatitis B.
Gejala tersebut berupa demam, nafsu makan menurun, urine berwarna gelap, sakit perut, nyeri sendi, dan penyakit kuning.
Sama seperti hepatitis B, hepatitis C bisa berkembang menjadi kronis dan dapat menyebabkan kerusakan hati permanen atau sirosis.
Karena gejalanya bisa mirip satu sama lain dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, penyakit hepatitis perlu diperiksa langsung oleh dokter.
Untuk menentukan diagnosis hepatitis dan mencari penyebabnya, dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa tes urine, tes darah untuk menilai fungsi hati, tes antigen hepatitis, misalnya HBsAg, hingga pemeriksaan radiologi, seperti USG hati, foto Rontgen dan CT scan.
Setelah dokter memastikan diagnosis hepatitis dan mengetahui penyebabnya, dokter akan memberikan penanganan, misalnya dengan pemberian obat antivirus, suntikan interferon, serta obat-obatan untuk memulihkan fungsi hati.
Baca Juga: CT Value, Angka yang Perlu Diperhatikan Saat Melihat Hasil Tes PCR
Baca Juga: Eropa Sedang Mengembangkan Vaksin Hipertensi Agar Pasien Darah Tinggi Tak Perlu Sering Minum Obat
Jika kesulitan makan dan minum, dokter juga mungkin akan memberikan terapi cairan melalui infus.
Agar terhindar dari hepatitis, kita bisa melakukan beberapa langkah pencegahan berikut ini:
- Rutin cuci tangan, terutama sebelum makan dan memasak serta setelah menggunakan toilet.
- Hindari perilaku seks tidak aman, yaitu berhubungan seks tanpa kondom dan sering berganti pasangan.
- Batasi atau hentikan konsumsi minuman beralkohol.
- Hindari konsumsi obat-obatan dalam dosis tinggi atau jangka panjang, terlebih jika tidak dianjurkan oleh dokter.
Baca Juga: Diabetes Tipe 1 Yang Tak Terkendali Dapat Mempersingkat Hidup Wanita Hingga 18 tahun, Studi
Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Cuka Sari Apel Tak Boleh Dikonsumsi Berlebihan
- Lengkapi imunisasi, termasuk imunisasi hepatitis B.
Selain itu, kita juga perlu rutin menjalani pemeriksaan kesehatan ke dokter untuk mengetahui kondisi kesehatan secara umum, termasuk fungsi hati.
Akan tetapi, bila sudah merasakan gejala-gejala hepatitis seperti disebutkan di atas, segera hubungi dokter.
Baca Juga: Berantas Stunting: Pernikahan Dini, Salah Satu Penyebab Tingginya Angka Stunting di Indonesia
Dengan deteksi dan penanganan hepatitis sejak dini, penyakit hepatitis memiliki risiko lebih rendah untuk berkembang menjadi penyakit hati yang berbahaya, seperti sirosis dan kanker hati. (*)