Pemerintah Pusat dan Daerah hingga hari ini terus berjuang untuk sedapat mungkin melakukan upaya pemadaman.
Baca Juga : Bau Badan yang Aneh dan Tajam Jadi Ciri Khas Penyakit , Coba Cek
Bantuan terakhir datang dari TNI AU yang mengerahkan satu unit pesawat Casa 212 untuk membantu upaya penanggulangan ke wilayah yang telah menetapkan status siaga Karhutla tersebut melalui operasi hujan buatan.
Seiring dengan mulai berkurangnya kabut asap di beberapa titik, perhatian bergeser pada penanganan dampak kesehatan dari bencana tersebut.
Menurut Zulkifli Amin, dokter spesialis penyakit dalam dan respirologi, menghirup asap dalam jumlah besar dan secara tiba-tiba dapat menyebabkan komplikasi serius, bahkan kematian. Apalagi asap yang bersifat racun atau iritan akibat kebakaran hutan.
Dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, ini mengatakan kebakaran hutan di Indonesia berasal dari kayu dan gambut yang menghasilkan petroleum.
Partikel ini sangat beracun bila berkumpul menjadi satu dengan partikel lain di udara dalam bentuk asap. Angka pencemaran udara akibat kebakaran hutan yang terjadi berbulan-bulan bisa mencapai 300 dalam indeks standar pencemaran udara (ISPU).
“Kadar ini sangat membahayakan, terutama bagi para manula, penderita jantung koroner, bayi, anak-anak, dan ibu hamil,” ujar dokter Zulkifli seperti dikutip dari Koran Tempo.
Kebanyakan pemicu kerusakan adalah gas iritan yang terhirup mengandung asam atau basa yang terlalu kuat. Misalnya asam hidroklorida dan asam sulfur atau amonia.
Baca Juga : Kunci Panjang Umur Ternyata Mudah, Hanya Ikuti 6 Langkah Ini
Gas seperti itu dapat mengganggu keseimbangan derajat keasaman (pH) dalam saluran pernapasan. Ketidakseimbangan pH ini mengakibatkan kerusakan sel yang lebih cepat, terutama pada bagian mukosa atau lapisan saluran tersebut.
Source | : | WebMD,suara.com,tempo.com |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar