GridHEALTH.id - Penderita obesitas ekstrem asal Karawang, Jawa Barat, Sunarti meninggal dunia pada Sabtu (2/3/2019) sekitar pukul 04.00 WIB di rumahnya.
Wanita yang sebelumnya memiliki berat 148 kilogram ini pernah dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RHSH) Bandung pada 31 Januari 2019 lalu.
Sunarti dirujuk ke RSHS Bandung dari RSUD Karawang lantaran agar bisa ditangani lebih lanjut dengan fasilitas medis yang lebih memadai.
Baca Juga : Di Jayawijaya Mobil Ambulans Jadi Angkot, Bagaimana Nasib Peralatan Medis di Dalamnya yang Banyak dan Mahal
Setelah dirujuk ke RHSH Bandung, Sunarti menjalani serangkaian pemeriksaan, mulai dari pemeriksaan darah, analisa gas darah hingga fungsi ginjal.
Setelah itu tim dokter yang menangani Sunarti ini melakukan bedah bariatrik atau bedah lambung dengan upaya untuk menurunkan berat badan Sunarti dengan mengangkat atau mengurangi sebagian lambungnya secara permanen pada Senin, 18 Februari 2019 lalu.
Operasi ini juga bertujuan untuk mengontrol asupan makannya.
Alat penunjang operasi bariatrik disebut sebagai stepler, alat ini akan mengecilkan lambung penderita obesitas dengan memotong 2/3 lambungnya.
Alat ini hanya digunakan sekali, dan bisa didapatkan secara impor dari negeri paman Sam Amerika.
Harganya pun tak main-main, sekali operasi bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah.
"Alat namanya stepler, dia seperti stepler khusus buat lambung. Alat ini digunakan untuk memotong sebagian lambung penderita obesitas," ujar Dokter Reno Rudiman, dokter Spesialis Konsultan Bedah Digestif (bedah pencernaan) RSHS Bandung dalam konferensi persnya di RSHS Bandung, pada 4 Februari 2019.
Berdasarkan penuturannya, operasi bariatrik ini memang menjadi jalan terakhir pada penderita obesitas yang sudah frustasi dengan program dietnya.
Operasi bedah lambung ini bisa menurunkan berat badan penderita obesitas secara drastis sekaligus menjadi obat bagi penyakitnya itu.
"Akan secara drastis menurunkan berat badan yang tadinya berlebih (obesitas) menjadi normal," tutur Reno, seperti yang dilansir dari Kompas.com.
Reno menambahkan, untuk persiapan operasi bariatrik ini membutuhkan waktu sekitar 2 minggu.
"Persiapan satu sampai dua minggu saja. Biasanya diet hanya seminggu. Setelah seminggu dua minggu baru tindakan (operasi bariatrik)," ujarnya.
Seperti prosedur pembedahan pada lainnya, operasi bariatrik juga mempunyai sejumlah risiko komplikasi dan terbagi dalam 2 kalompok, yaitu akut dan jangka panjang.
Melansir NCBI, komplikasi akut hanya terjadi pada 5-10% pasien, tapi tergantung prosedur yang mereka jalani, risiko pasien, usia dan kondisi pasien.
Koplikasi tersebut bisa berupa pendarahan, obstruksi, kebocoran anastomosis, infeksi, aritmia dan emboli paru.
Sedangkan untuk komplikasi jangka panjang mungkin akan sedikit membingungkan bagi mereka yang tidak terbiasa dengan operasi bariatrik.
Baca Juga : Abdee Slank Mengaku Tubuhnya Lebih Ringkih Usai Transplantasi Ginjal, Ternyata Obat Ini Penyebabnya!
Untuk jangka jangka panjangnya antara lain, neuropati karena defisiensi nutrisi, hernia internal, stenosis anastomosis, dan gangguan emosi.
Komplikasi lain yang kadang membingungkan adalah hipoglikemia, suatu kondisi yang dapat muncul selama 14 tahun setelah operasi dengan kadar glukosa plasma serendah 30 mg%.
Dan apabila pasien mengalami komplikasi jangka panjang ini, dia harus segera ditangani oleh dokter.
Sedangkan dalam kasus Sunarti, dokter menganjurkannya untuk mengonsumsi vitamin seumur hidup pascabedah.
Dokter Spesialis Konsultan Bedah Digesif (bedah pencernaan) RSHS Bandung, Reno Rudiman mengatakan, hal itu dilakukan karena bedah lambung memiliki efek samping berupa kekurangan vitamin.
"Efek samping itu berupa kekurangan vitamin, karena penyerapan selain makanan, vitamin juga berkurang," kata Reno di RSHS Bandung, Selasa (19/2/2019).
Baca Juga : Lengan Kiri Atas Terasa Nyeri, Waspadai Munculnya Gangguan Jantung
Reno mengatakan, pascabedah lambung, asupan makanan yang dikonsumsi Sunarti mulai berkurang.
"Jadi karena asupan makanan dikurangi otomatis asupan vitamin juga berkurang. Padahal vitamin diperlukan oleh tubuh. Jadi untuk menambah asupan vitamin (dari makanan) yang berkurang, diharuskan mengkonsumsi suplemen vitamin," jelasnya.
"Jadi oleh karena itu mereka yang menjalani pemotongan lambung seperti ini dianjurkan seumur hidupnya mengkonsumsi vitamin," kata Reno melanjutkan.
Setelah itu Sunarti masih mendapat perawatan intensif di RHSH Bandung hingga akhirnya dokter penanggung jawab perawatan Sunarti, Ervita menyarankan dirinya pulang karena kondisinya sudah membaik.
"Kondisi pasien saat dipulangkan baik. Di ruangan sudah bisa posisi duduk dan tidak ada keluhan sesak napas," kata Ervita dalam keterangan tertulis, Sabtu (2/3/2019).
Sunarti dimakamnkan di dekat pusara ibunya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dusun Anjun, Kelurahan Karawang Kulon, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang. (*)
Source | : | Kompas.com,ncbi.nlm.nih.gov |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar