Penyebabnya pun bermacam-macam.
Glaukoma primer paling banyak diderita masyarakat Indonesia dan identik dengan penyebab genetik.
Bila ada anggota keluarga yang menderita glaukoma, kita perlu waspada terutama jika sudah berusia di atas 40 tahun.
Sebab apabila dalam riwayat keluarga terdapat glaukoma, kita akan 2 kali lebih beresiko terkena glaukoma dibanding orang lain.
Baca Juga : Mudah Berkeringat Tanpa Sebab Bisa Jadi Tanda Mengidap 10 Penyakit Ini
Ada pula glaukoma sekunder yang timbul akibat dipicu oleh hal lain di luar genetik.
Bisa disebabkan diabetes, katarak, pendarahan, trauma hantaman benda keras, radang mata, dan penggunaan obat tetes mata yg mengandung steroid secara berlebihan.
Karena glaukoma adalah penyebab utama irreversible blindness atau kebutaan yang tidak bisa diobati lagi, maka penderita glaukoma tidak akan bisa mendapatkan penglihatan seperti sedia kala meski melalui jalur operasi.
Namun bukan berarti penyakit ini tidak dapat dicegah.
Menurut dokter Emma, cara terbaik mencegah glaukoma adalah dengan deteksi dini dan skrinning.
Baca Juga : Baru Menjadi Vegetarian Beberapa Minggu Musisi Jessica Drue Alami Kerontokan Rambut Hebat
"Deteksi dini melalui medical check up dengan memeriksa tekanan bola mata. Sedangkan skrinning dilakukan pada individu dengan faktor resiko tinggi, seperti positif keturunan glaukoma" tutur dokter Emma.
Dokter Emma menjelaskan bila kita atau anggota keluarga didiagnosis mengalami glaukoma, hal pertama yang akan dilakukan dokter adalah terapi melalui obat-obatan.
Namun bila glaukoma cukup parah maka akan disarankan perawatan menggunakan laser.
Baca Juga : Kim Kardashian Ternyata Penderita Psoriasis di Wajah! Skin Tightening Solusinya Supaya Bisa Tampil Sempurna
"Cara terakhir yang dapat dilakukan adalah operasi untuk meredakan rasa nyeri atau gangguan lain yang timbul akibat glaukoma, sehingga pasien glaukoma akan mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik" tutup dokter Emma.
Cegah glaukoma sebelum terlambat. (*)
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar