GridHEALTH.id - Tanggal 22 Mei setiap tahunnya, diperingati sebagai Hari Preeklamsia Sedunia. Ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang preeklampsia atau keracunan kehamilan dan tanda-tanda bahaya untuk menghindari komplikasi kehamilan yang mengancam jiwa ini.
Keracunan kehamilan alias preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai oleh tekanan darah tinggi dan tanda-tanda kerusakan pada sistem organ lain, paling sering pada hati dan ginjal.
Melansir dari Mayo Clinic, preeklamsia biasanya dimulai setelah 20 minggu kehamilan pada wanita yang tekanan darahnya normal.
Namun tak hanya ibu hamil saja yang dapat mengalami preeklamsia, ternyata wanita setelah melahirkan juga dapat mengalami keracunan kehamilan ini.
Keracunan kehamilan setelah melahirkan ini disebut dengan tekanan darah sangat berbahaya bagi ibu dan bayi.
Postpartum preeklampsia dapat terjadi dalam waktu 48 jam setelah persalingan bahkan menurut hasil penelitian dari North York General Hospital, Toronto, hal ini bisa berjalan hingga hari ke-5 setelah melahirkan.
Baca Juga: Kandungan Gas Air Mata Bikin Pedih di Mata, Begini Cara Mengatasinya
Kondisi ini ditandai dengan tekanan darah yang melebihi 140/90 milimeter merkuri (mm Hg) atau lebih (hipertensi), protein dalam urine, pandangan kabur, sesak napas, muntah, gangguan fungsi hati, penurunan trombosit dalam darah.
Bahkan keracunan kehamilan ini dapat menjalar menjadi post partum hemorrhage (PPH) atau pendarahan hebat saat melahirkan.
Kondisi ini dapat mempengaruhi ibu hamil kehilangan jumlah darah yang mengancam jiwa saat melahirkan.
Baca Juga: Miris, Gadis Ini Alami Menopause di Usia 15 Tahun, Ternyata Ini Penyebabnya
Ada berbagai penyebab di balik preeklamsia yang melibatkan kerusakan pada pembuluh darah, aliran darah ke uterus yang tidak mencukupi, masalah sistem kekebalan tubuh, dan faktor genetik.
Untuk perawatannya, ibu hamil biasanya diresepkan obat untuk menurunkan tekanan darah, mencegah kejang, dan untuk meningkatkan fungsi trombosit dan hati.
Bagimana dokter bisa mengetahui jika ibu hamil mengalami kondisi ini? Berikut beberapa tes untuk mendiagnosis preeklampsia pada ibu hamil seperti mengutip The Health Awareness;
Baca Juga: Bolehkah Makan Pedas di Saat Sahur? Ini Penjelasan Ahli
1. Tes hipertensi
Seorang ibu hamil dengan tekanan darah di atas 140/90 mm dianggap abnormal pada kehamilan. Ini bisa menjadi salah satu tanda preeklampsia.
2. Tes deteksi proteininuria
Jika protein terdeteksi dalam urine berada dalam jumlah yang tinggi, ibu hamil tersebut mungkin menderita preeklamsia.
3. Tes darah
Ini dilakukan untuk mengetahui status ginjal dan fungsi hati apakah kadar protein tinggi atau tidak.
4. Ultrasonografi (USG) janin
Dokter akan terus memantau perkembangan bayi untuk mengetahui apakah mereka tumbuh secara normal.
Pada ibu hamil yang preeklamsia, biasanya hal tersebut akan terlihat pada kondisi bayi mereka ketika melakukan USG.
5. Tes non-stres
Ini dilakukan untuk memeriksa detak jantung bayi ketika mereka bergerak. Jika detak jantung meningkat 15 detak selama setidaknya 15 detik sebanyak dua kali di setiap 20 menit, itu berarti semuanya normal. Di luar itu, ada masalah terhadap kandungan ibu hamil tersebut.
Baca Juga: Alasan Penderita Diabetes Diminta Batasi Makan Kurma Saat Berbuka
Bila tidak segera ditangani, keracunan kehamilan ini dapat menjalar menjadi post partum hemorrhage (PPH) atau pendarahan hebat saat melahirkan.
Kondisi ini dapat memengaruhi ibu hamil kehilangan jumlah darah yang mengancam jiwa saat melahirkan.
Dilansir dari laman Mayo Clinic, kejadian ini banyak ditemui pada ibu hamil di negara-negara berkembang. (*)
Source | : | The Health Awareness |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar