GridHEALTH.id - Baru-baru ini, anak sulung pasangan david Beckham dan Victoria Beckham, Brooklyn Beckham membuat sebuah kehebohan kembali.
Setelah putus dari artis cantik, Chloe Moretz, kini Brooklyn Beckham menjalin hubungan dengan Hana Cross yang selalu disorot berbagai media.
Walau selalu tampil mesra dengan Hana Cross, ada pemberitaan bahwa hubungan pacaran Brooklyn dan Hana merupakan 'hubungan beracun' (toxic relationship)
Baca Juga: Ciri-ciri Patah Hati itu Seperti Luna Maya dan Syahrini yang Saling Menghindar
Keributan para kekasih muda di Cannes pekan lalu adalah yang terbaru dalam serangkaian barisan publik yang memalukan yang dikatakan telah membuat frustrasi Keluarga Beckham.
Bahkan Brooklyn dan Hana sempat dilerai oleh petugas keamanan yang sedang berjadi di situ.
Baca Juga: Gunakan Minyak Rem untuk Sembuhkan Sakit Gigi, Malapetaka Hampiri Pria Ini Hingga Pipinya Bolong
Pasangan yang sudah berpacaran selama 6 bulan ini terlihat berdebat di restoran terbuka di Hotel Martinez di resor Prancis.
Seorang sumber yang dekat dengan Hana menceritakan sepertinya pertengkaran ini dipicu akibat kecemburuan Brooklyn terhadap pria yang mendektai Hana.
Bahkan tak hanya itu saja, dalam festival musik Coachella beberapa bulan lalu, pasangan ini tampak berseteru.
Bahkan Brooklyn terlihat mencengkeram kepalanya dengan putus asa, dan Hana hampir menangis ketika mereka meninggalkan restoran Madeo di Beverly Hills.
Perseteruan remaja dalam menjalin hubungan pacaran ini sepertinya umum terjadi.
Namun bagaiman dampak kesehatan yang akan dialami keduanya jika sering bertengkar seperti ini?
Berdasarkan laman Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), dalam Catatan Tahunan Komisi Nasional Perempuan 2017, disebutkan bahwa 19% kekerasan di ranah rumah tangga atau relasi personal adalah kekerasan dalam pacaran, menempati peringkat ketiga dengan jumlah 1.873 kasus.
Kekerasan dalam pacaran (KDP) atau dating violence merupakan perilaku kasar, agresif, dan membatasi dalam sebuah hubungan pacaran.
Secara umum, kekerasan dalam pacaran dibagi menjadi tiga macam, yaitu fisik, emosional (psikis), dan seksual.
Kekerasan dalam pacaran sering kali diawali oleh kekerasan emosional dan kata-kata yang kemudian diikuti oleh kekerasan fisik atau kekerasan seksual. Kekerasan yang dilakukan pasangan ini tidak muncul tanpa sebab.
Apabila ditarik garis besar, bisa dikatakan bahwa penyebab terjadinya kekerasan dalam pacaran adalah emosi marah yang tidak bisa dikendalikan dengan baik.
Hubungan kekerasan dalam pacaran erat kaitannya dengan gender.
Kekerasan yang dilakukan wanita adalah cara untuk membela diri, sedangkan pria menggunakan kekerasan sebagai penanaman kontrol.
Meskipun pria dan wanita bisa menjadi korban atau pelaku, perempuan lebih rentan mengalami kekerasan seksual dan penderitaan berat sebagai akibat dari kekerasan dalam pacaran.
Wanita yang mengalami kekerasan memiliki kecenderungan besar untuk memaafkan pelaku dan menjalani hubungan seperti sebelumnya.
Melansir CDC, seseorang yang mengalami tindak kekerasan saat pacaran lebih cenderung:
- Mengalami gejala depresi dan kecemasan.
- Terlibat dalam perilaku yang tidak sehat, seperti menggunakan tembakau, narkoba, dan alkohol.
- Memperlihatkan perilaku antisosial.
- Pikirkan tentang bunuh diri.
Bahkan CDC menghimbau untuk tidak melakukan tindakan kekerasan dalam pacaran ini agar tidak membawa dampak negatif pada kehidupan kedua pihak. (*)
Source | : | The Sun,CDC,BKKBN |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar