GridHEALTH.id - Setiap bulannya, wanita dalam usia subur pasti akan mengalami yang namanya menstruasi.
Bahkan tak sedikit wanita yang dalam periode menstruasi akan mengalami mood swing alias perubahan suasana hati secara tiba-tiba.
Baca Juga: Sering Mood Swing Saat PMS? Bisa Jadi Ini Penyebab Marshanda Bipolar
Perubahan suasana hati atau mood swing ini merupakan salah satu dampak dari adanya Premenstrual dysphoric disorder (PMDD).
Melansir dari Women 's Health, Premenstrual dysphoric disorder (PMDD) adalah masalah kesehatan yang mirip dengan Premenstrual Syndrome (PMS) tetapi lebih serius.
PMDD menyebabkan seseorang merasa cepat marah yang parah, depresi, atau cemas dalam satu atau dua minggu sebelum menstruasi dimulai.
Gejala biasanya hilang dua hingga tiga hari setelah menstruasi dimulai.
Peneliti tidak tahu pasti apa yang menyebabkan PMDD atau PMS, namun adanya perubahan hormon serotonin sepanjang siklus menstruasi dapat memainkan peran.
Kadar zat kimia otak atau serotonin berubah sepanjang siklus menstruasi.
Beberapa wanita mungkin lebih sensitif terhadap perubahan ini.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Women’s Health pada 2009 menyuebutkan bahwa wanita usia subur dapat terpengaruh premenstrual dysphoric disorder (PMDD) sekitar 5%.
Tak ayal bagi wanita di usia subur yang sering mengalami PMDD akan berujung pada depresi.
Hal ini pun terlihat dari gejala PMDD yang mirip dengan depresi, yaitu:
- Kemarahan yang berlangsung lama yang dapat memengaruhi orang lain.
- Perasaan sedih atau putus asa, atau bahkan pikiran untuk bunuh diri.
- Perasaan tegang atau cemas.
- Serangan panik.
- Mendadak sedih atau sering menangis.
- Kurangnya minat dalam aktivitas dan hubungan sehari-hari.
- Pemikiran kesulitan atau fokus.
- Kelelahan atau energi rendah.
- Mengidam makanan atau pesta makan.
- Sulit tidur.
- Merasa di luar kendali.
- Gejala fisik, seperti kram, kembung, nyeri payudara, sakit kepala, dan nyeri sendi atau otot.
Bahkan menurut DR. Dr. Margarita Maria Maramis, SpKJ., mood swing akibat dari PMDD dapat berujung pada rasa depresi.
"Mood swing saat mentruasi memang berpengaruh terhadap kesehatan otak kita. Bahkan dapat mengalami gejala yang hampir sama dengan depresi," ujar Dr. Margarita saat ditemui GridHealth.id disela Press Conference Lundbeck Regional Symposium, pada Sabtu (22/6/2019).
Menurut penuturan Dr. Margarita, ada 2 hal gejala utama yang dapat menyebabkan depresi kronis, yaitu mood (suasana hati) yang berubah dan berkurangnya kesenangan atau minat.
Dr. Margarita juga menyarankan untuk mengatasi depresi selama menstruasi ini dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu:
Baca Juga: 5 Cara Mengeluarkan 'Tlusupan' Serpihan Kayu Agar Tak Infeksi
1. Konsumsi obat antidepresan
"Untuk mengatasi depresi bisa juga menggunakan obat, seperti yang diluncurkan Lundbeck ya," ujarnya.
Salah satu obat antidepresan baru yang diluncurkan Lundbeck adalah Vortioxetine yang dapat memperbaiki gejala-gejala terkait suasana hati, dan mengatasi gejala-gejala kognitif sehingga membantu pasien mencapai pemulihan fungsional.
2. Konsumsi non obat
Dalam hal ini yang dimaksud non obat adalah makanan yang dapat membantu memperbaiki suasana hati.
3. Dukungan keluarga
Hal ini penting dilakukan mengingat, dukungan orang terdekat seperti keluarga dapat menurunkan depresi dan mengambalikan suasana hati menjadi normal.
4. Segera berobat
"Kalau (depresi) sering (terjadi), lebih baik secepatnya mencari pertolongan dengan mendatangi spesialis, terapis, atau pelayanan kesehatan kejiwaan. Jangan sungkan dan merasa malu," pungkasnya.(*)
#gridhealthid #inspiringbetterhealth #gridnetworkjuara
Source | : | ncbi,womens health |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar