GridHEALTH.id - Kematian akan datang pada setiap orang, namun tak satupun dapat mengetahui kapan datangnya.
Baca Juga: Studi: Jutaan Pasien Diabetes Menerima Pengobatan Berlebihan, Ini Dampaknya Bagi Kesehatan
Bahkan seorang dokter yang telah memvonis pasiennya meninggal dunia pun bisa meleset. Tidak sedikit mereka yang justru berumur panjang, meskipun telah terkena penyakit mematikan.
Tapi kini, para peneliti telah mengembangkan tes darah prediksi kematian, yang dapat memprediksi peluang seseorang meninggal dunia dalam kurun waktu 10 tahun ke depan.
Dikutip dari dailymail.co.uk, para penemu berharap jika hasilnya tes darah ini dapat digunakan untuk memandu perawatan pasien, seperti ia terlalu lemah untuk melakukan operasi. Berikut penjelasannya.
Ilmuwan di Jerman menemukan 14 biomarker dalam darah, yang tampaknya memengaruhi risiko kematian, setelah menganalisis 44.000 orang.
Baca Juga: Ternyata Jalan Kaki Lebih Bermanfaat Dibanding Lari, Ini Alasannya
Biomarker dikaitkan dengan segala sesuatu, mulai dari kekebalan dan kontrol gula darah hingga sirkulasi lemak dan peradangan yang termasuk di dalam tes darah prediksi kematian.
Sebuah uji coba biomarker menemukan bahwa, sebanyak 83% akurat dalam memprediksi apakah seseorang akan meninggal dunia dalam dua hingga 16 tahun berikutnya.
Baca Juga: Simak 5 Khasiat Minyak Calendula Untuk Mengatasi Masalah Kulit
Metodologi ini sendiri belum pernah dilakukan dalam tes darah konvensional, seperti yang digunakan untuk memeriksa apakah pasien memiliki infeksi.
Para ahli menyebut, jika tes darah prediksi kematian ini sebagai penelitian 'langkah yang menyenangkan'. Tapi mereka menekankan, dibutuhkan lebih banyak penelitian sebelum tes ini dapat digunakan dalam 'kehidupan nyata'.
Lihat postingan ini di Instagram
Dokter umumnya dapat memprediksi apakah seseorang akan meninggal dunia tahun depan, berdasarkan faktor-faktor seperti tekanan darah dan kadar kolesterol.
Namun, mengukur risiko kematian seseorang selama lima hingga 10 tahun mendatang lebih 'rumit', tulis tim itu dalam Journal of Nature Communications.
Dalam studi ini, pesertanya adalah keturunan Eropa dan diambil dari 12 studi yang ada, atau 'kohort'. Masa tindak lanjut studi ini berkisar antara dua hingga 16 tahun. Selama waktu ini, 5.512 peserta meninggal dunia.
Baca Juga: Fakta, Tidur Setelah Makan Ternyata Tidak Akan Membuat Gemuk
Dalam sampel darah peserta, tim mencari 'biomarker metabolik' yang lebih tinggi pada mereka yang hidup lebih lama.
Mereka mengidentifikasi 14 penanda, yang ditemukan pada pria dan wanita, serta di semua usia. Biomarker ini digabungkan menjadi sebuah tes yang cukup rumit.
Untuk menilai efektivitasnya, para peneliti pertama-tama menilai risiko kematian peserta berdasarkan 'faktor konvensional'.
Ini termasuk BMI, tekanan darah, kolesterol, konsumsi alkohol dan merokok, serta diagnosis kanker atau penyakit jantung.
Tim peneliti kemudian menilai risiko kematian peserta, sesuai dengan biomarker dalam tes darah prediksi kematian.
Skor berkisar dari minus dua hingga tiga, dengan setiap peningkatan satu poin dikaitkan dengan risiko kematian dini yang hampir tiga kali lebih tinggi.
Selama dua hingga 16 tahun masa tindak lanjut, tes darah prediksi kematian ini memperkirakan risiko kematian peserta dengan akurasi 83%. Ini lebih unggul dari 'tes faktor risiko konvensional', yang hingga 79% akurat.
Kevin McConway, profesor statistik terapan emeritus di The Open University, mengatakan: 'Ini adalah penelitian yang solid dan menarik. Tapi itu tidak lebih dari sekadar menyelidiki kemungkinan mendirikan sistem untuk memperkirakan risiko kematian."
Dr Amanda Heslegrave, peneliti di UK Dementia Research Institute di University College London, menambahkan: "Biomarker memberi kita wawasan penting tentang apa yang terjadi dalam kesehatan dan penyakit."
Baca Juga: Anaknya Kena Penyakit Langka CMD, Artis Joanna Alexandra Kebingungan Mencari Sepatu Khusus
Meskipun tes darah prediksi kematian langkah ini disebut menyenangkan, tetapi tampaknya belum siap diaplikasikan saat ini mengingat prosesnya yang cukup rumit.(*)
Source | : | dailymail.co.uk |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar