GridHEALTH.id – Sejak digulirkannya program BPJS terus disoroti publik, juga media.
Mulai dari pembiayaan, pembayaran, hingga kenaikan iuran, dan panjangnya daftar antrian rujukan daftar ke poli di rumah sakit, selalu mendapat kritikan bahkan teguran keras dari masyarakat.
Untuk membuktikannya silahkan search di internet mengenai hal tersebut.
Berita dan aneka pengaduan mengenai pelayanan BPJS akan bermunculan, mulai dari kejadian beberapa tahun lalu hingga yang terbaru.
Asal tahu saja, meski sekarang BPJS telah menerapkan sisitem rujukan online, tetap saja kritikan dan teguran keras diterima BPJS.
Melansir Kontan.co.id, seorang pasien peserta BPJS bernama Tony mengeluhkan tentang pelayanan BPJS
Tony menceritakan pengalamannya. Setelah dari faskes satu dan dirujuk, ia pun tiba di RS yang dirujuk. Setibanya disana, ia langsung melakukan pendaftaran baru, sebagai pasien baru.
Petugas administrasi meminta foto copy surat rujukan, KTP dan Kartu BPJS masing-masing satu lembar.
Ternyata, menurut Tony di RS tersebut belum menerapkan sistem online. Bahkan, foto copy tak disediakan oleh RS dan akhirnya ia harus ke luar mencari layanan foto copy.
Tony balik ke RS untuk mengambil nomor antrian. Ia membayangkan, bagaimana kalau pasien cuci darah yang melakukan demikian, tanpa pendamping, tanpa kendaraan.
“Setega itukah BPJS Kesehatan menerapkan peraturan tanpa memperhatikan kondisi pasien? Sudah jelas, bahwa rujukan lebih banyak mudharat daripada manfaatnya, ditambah tidak adanya kompetensi pelayanan rujukan dalam menangani pasien cuci darah dan cangkok ginjal. Dan satu hal lagi, mana janji BPJS tentang peperless itu?,” protes Tony.
Baca Juga: Sebabkan Ainun Habibie Wafat, Beginilah 9 Tanda Kanker Ovarium yang Sering Diabaikan
Lain lagi cerita dari pemilik akun Moch deffimunandar di Kompasiana.
Dirinya menceritakan rumitnya sistim antrian difaskes satu. Untuk mendapatkan obat ARV suaminya berkali-kali gagal. Pertama datang ke puskesmas pukul 6 pagi. Tapi menurut petugas no antrian sudah habis.
Esok harinya sang suami datang lagi pukul 5.30. Kembali petugas mengatakan nomor antrian sudah habis. “Saya menanyakan ke pada bapa yg berjaga ‘ko jam sgni sudah habis..?’ jawab petugas ‘dtngny harus jm 3 pagi,’…
trnyata bnyak yg lain jga complen sma seperti sya, ibu hamil dh 2x dtng jm 4 pagi z g k bagian,yg mau drawat, smpe ibunya marah dan menangis hanya ingin Surat rujukn untuk anakny ambl obat untuk ke polijiwa & sy jga dnger dr ibu sebelah saya dia berkata ‘ada yg pesen lewat bpa petugas yg jaga no antrian untuk rujukn srta memberikan sejumlah uang untk nomer antrian rujukan’,’ tulis Moch deffimunandar di Kompasiana (19 Maret 2019).
Baca Juga: Gigi Sensitif Selama Masa Kehamilan Itu Normal, Ini Alasannya
Itu baru beberapa contoh kasus, lainnya masih banyak dan beragam.
Tapi lucunya, untuk antrean ke pemgobatan alternatif yang tidak dijamin pemerintah, seperti di pengobatan alternatif Ningsih Tinampi yang viral itu, pasiennya antri hingga 2020 malah tenang saja, “Alhamdulillah.”
Melansir Kumparan.com, diperlukan kesabaran bila berobat ke Ningsih Tinampi di Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur.
Saking banyaknya pasien yang mendaftar, beberapa pasien ada yang bisa diobati oleh Ningsih Tinampi pada 2020.
Salah satu yang mendapat nomor antrean tanggal 7 Februari 2020 adalah Sinta. Perempuan asal Gedangan, Sidoarjo, itu datang bersama suami dan ibu kandungnya. Ketiganya berencana memeriksakan kesehatannya.
Baca Juga: Jangan Sepelekan Gigi Sensitif, Ketahui Penyebab dan Berbagai Cara Mengatasinya Ini
Mereka tiba di lokasi terapi dan menyerahkan fotokopi KTP yang sudah ditulis nomor telepon ke bagian pendaftaran pada Sabtu pagi (14/9).
Pagi mendaftar, malam harinya nama Sinta dan keluarganya baru dipanggil.
"Kita dapat jadwal 7 Februari 2020 atau lima bulan lagi. Mungkin karena yang berobat banyak ya, tapi Alhamdulillah," kata Sinta kepada jatimnow.com di lokasi, Sabtu (14/9).
Banyaknya pasien yang antre itu juga mengejutkan keluarga Ade, asal Subang, Jawa Barat.
Diketahui, Ade bersama 5 orang anggota keluarganya menempuh jalur darat untuk berobat ke terapi Ningsih Tinampi.
"Ke sini naik mobil, tolnya saja habis sejuta," kata Ade.
Baca Juga: Begini Cara Mudah dan Cerdas untuk Mengatasi Gigi Sensitif
Mereka tiba ke lokasi terapi Ningsih Tinampi pada Sabtu pagi. Ade mengantarkan salah satu anggota keluarganya untuk berobat.
"Tadi ada yang datang Sabtu pagi dapatnya beberapa bulan lagi," kata Ade.
Mereka yang datang tidak hanya di berbagai daerah di Nusantara, melainkan ada yang mengaku berasal dari Malaysia. "Saya saat daftar duduk bareng warga Kuala Lumpur," ungkap Sinta.
Diketahui, ribuan orang setiap hari dari berbagai daerah di Nusantara berbondong-bondong untuk berobat dengan keluhan sakit secara medis maupun nonmedis di tempat praktik Ningsih Tinampi ini.(*)
Source | : | kumparan.com,Kontan.co.id,Kompasiana.com,Tribuntimur.com |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar