Akibat dari ini, anak-anak mulai menggemari makanan cepat saji yang faktanya kebanyakan kaya lemak dan kaya gula.
Baca Juga: Begini Cara Mudah dan Cerdas untuk Mengatasi Gigi Sensitif
Tak heran bila angka obesitas pada anak kian meningkat, seiring pola hidup yang tak seimbang.
Dua tahun lalu misalnya, 2015, dikutip dari situs resmi Kementerian Kesehatan, angka obesitas anak naik 11%, menambah problem kesehatan anak selain malnutrisi atau kurang gizi, dan stunting atau tinggi badan di bawah rata-rata.
Januari 2017, Kementerian Kesehatan dalam artikel “Bayi Gendut, Lucu Tapi Belum Tentu Sehat” yang dimuat dalam situs resminya, memperingatkan kembali bahaya obesitas, yang kerap dimulai sejak usia dini.
Masalahnya, kebanyakan ibu Indonesia akan merasa bangga bila memiliki bayi bertubuh gemuk atau gendut, karena dianggap sangat sehat, lucu, dan menggemaskan.
Padahal, kondisi kelebihan berat badan, baik overweight (kegemukan) maupun obesitas (penumpukan lemak) memiliki risiko penyakit tidak menular. Maka perlu adanya perubahan pemahaman di masyarakat, anak yang gemuk belum tentu sehat.
“Dahulu masyarakat bangga jika punya anak gemuk berpipi montok. Tapi saat anaknya sudah besar, (anak itu) malu, ingin kurus, tapi susah,” ujar Doddy Izwardi, Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes.
Source | : | kemenkes.go.id,Investor Daily |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar