Obesitas bukan baru-baru saja jadi perhatian Kemenkes. Pada 2012 pun, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes mengeluarkan “Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas pada Anak Sekolah.”
Dalam pedoman itu dijelaskan, obesitas terjadi akibat energi yang masuk (lewat makanan) lebih tinggi daripada energi yang dikeluarkan (lewat aktivitas fisik).
Asupan energi tinggi terjadi karena konsumsi makanan dengan sumber energi dan lemak tinggi. Sementara pengeluaran energi rendah disebabkan kurangnya aktivitas fisik (sedentary lifestyle).
Pada anak sekolah, obesitas jadi masalah serius karena akan berlanjut hingga dewasa. Obesitas pada anak mengundang setumpuk masalah kesehatan seperti gangguan pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep apnea (henti napas sesaat), dan gangguan pernapasan lain.
Tak hanya itu, di masa dewasa kelak, si anak akan kian diterpa ancaman lebih serius. Ia harus bersiap dihinggapi penyakit metabolik dan degeneratif macam kardiovaskuler (jantung), diabetes melitus (gangguan metabolisme karbohidrat berupa kadar glukosa/gula yang tinggi dalam darah).
Belum lagi ancaman kanker (daging tumbuh pada jaringan tubuh), osteoartritis (nyeri sendi akibat inflamasi ringan yang disebabkan gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi), dan hipertensi (tekanan darah tinggi).
Risiko terjangkit penyakit tersebut bukan main-main. Semisal, profil lipid (zat lemak) pada anak obesitas menyerupai profil lipid pada penderita kardiovaskuler. Ini artinya, bila obesitas dibiarkan dan tak ditangani serius, ia akan menjadi pecetus petaka. (*)
Source | : | kemenkes.go.id,Investor Daily |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar