Nyoman Simpan dan Nengah Sumerti menceritakan, saat masa hamil tak ada tanda keanehan dengan kandungan.
Setelah lahir pun semua tampak normal. tapi memasuki usia tiga bulan, anak-anak ini mulai memberikan tanda-tanda aneh.
Diawali dengan mata tak fokus, tubuh kejang-kejang, demam tinggi. Tangis juga memenuhi rumah keluarga ini, siang dan malam, di Karangasem kala itu, sebelum mereka kemudian pindah ke rumah bantuan di Denpasar.
"Sudah dibawa berobat ke dokter, lain-lain ke mana saja, tapi semakin besar tubuhnya makin mengecil, enggak bisa apa-apa, makan di kasur,buang air di kasur," kata Nengah sumerti menceritakan kondisi Suastika.
Baca Juga: Jangan Sepelekan Gigi Sensitif, Ketahui Penyebab dan Berbagai Cara Mengatasinya Ini
Seluruh keluarga besar ini cuma bisa pasrah dengan keadaan anak-anaknya.
Para suami mencari nafkah dengan menjadi pekerja kebun dengan gaji Rp 2,5 juta di Pemprov Bali.
Ibu menjadi perawat anak-anak ini. Sementara itu, Nyoman Simpan juga harus merawat suaminya, Made Kari, yang stroke sejak empat tahun lalu.
"Kami masih kesulitan membayar air, listrik, beli diapers, dan uang makan untuk satu keluarga. Sementara Bapak stroke. Kami berharap bisa bayar uang makan, listrik, biaya sekolah anak saya yang nomor dua,” kata Nyoman Simpan.
Untuk diketahui bersama, melansir MayoClinic, anak-anak dan orang dewasa dengan cerebral palsy memerlukan perawatan jangka panjang dengan tim perawatan medis.
Selain seorang dokter anak atau ahli fisiologi dan mungkin ahli saraf pediatrik untuk mengawasi perawatan medis anak CP. Tim tersebut mungkin mencakup berbagai terapis dan spesialis kesehatan mental.
Baca Juga: Begini Cara Mudah dan Cerdas untuk Mengatasi Gigi Sensitif
Obat-obatan yang dapat mengurangi keketatan otot dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan fungsional, mengobati rasa sakit dan mengelola komplikasi yang berkaitan dengan kelenturan atau gejala cerebral palsy lainnya.
Untuk mengobati pengetatan otot tertentu, dokter mungkin merekomendasikan suntikan onabotulinumtoxinA (Botox, Dysport) atau agen lain. Anak akan membutuhkan suntikan setiap tiga bulan.
Selain itu penderita CP pun membutuhkan penanganan terapi, mulai dari; physical therapy, occupational therapy, speech and language therapy, hingga recreational therapy.(*)
Source | : | Mayo Clinic,cdc.gov,Kumparan |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar