GridHEALTH.id – Baru-baru ini, seorang pria bernama Reynhard Sinaga tengah ramai diperbincangkan di kancah internasional.
Pria asal Indonesia tersebut dihukum seumur hidup oleh Pengadilan Manchester di Inggris atas kasus pemerkosaan dan serangan seksual yang dilakukannya.
Reynhard Sinaga diketahui melakukan 159 kasus pemerkosaan dan serangan seksual terhadap 48 korban pria dalam rentang waktu dua setengah tahun sejak 1 Januari 2015 sampai 2 Juni 2017.
Menurut keterangan Kepolisian Manchester, Reynhard Sinaga mengajak korban yang tampak rentan setelah mabuk di dekat apartemennya.
Baca Juga: Berita Kesehatan Diabetes : Jaga Kadar Gula Darah dengan Mengatur Asupan Gula
Reynhard Sinaga kemudian memasukkan obat yang dicurigai adalah GHB (gamma-hydroxybutyrate).
Pakar adiksi dan peneliti obat-obatan terlarang dari Institute of Mental Health Addiction and Neuroscience (IMAN) Jakarta, dr Hari Nugroho, mengatakan bahwa GHB marak digunakan di Eropa sekitar tahun 1990-an.
“Biasanya digunakan di klub atau tempat hiburan malam,” tutur Hari pada Selasa (7/1/2020), dilansir dari Kompas.com.
Hari menjelaskan, GHB merupakan zat psikoaktif yang menyerang saraf (neurotransmitter). Efeknya sama seperti ketika orang minum alkohol.
“Efeknya bikin teler, bikin rileks. Kalau digunakan sampai overdosis bisa mengganggu tingkat kesadaran, juga mengganggu pernapasan yang berakibat kematian,” tambahnya.
Bagaimana cara kerja obat GHB? Menurut WebMD, fungsi alami GHB dalam tubuh ialah untuk memperlambat aktivitas otak selama tidur.
Baca Juga: Berantas Stunting: Beras Fortifikasi, Simpan Segudang Nutrisi Penting Cegah Stunting
GHB mempengaruhi beberapa jalur saraf di otak, termasuk mengaktifkan sistem penghilang rasa sakit tubuh (opioid) dan meningkatkan kadar hormon pertumbuhan.
GHB dapat menyebabkan banyak efek samping yang serius termasuk sakit kepala, halusinasi, pusing, kebingungan, gairah seksual, mati rasa pada kaki, masalah penglihatan, perubahan detak jantung, kehilangan ingatan, hingga kematian.
Secara medis, GHB dulu pernah digunakan sebagai obat narkolepsi (gangguan sistem saraf yang memengaruhi aktivitas tidur).
Namun, Hari menyebutkan, saat ini GHB sudah tidak pernah lagi digunakan dalam ranah medis.
GHB tidak aman dan ilegal untuk digunakan karena bisa menyebabkan kecanduan.
Dalam kasus Reynhard Sinaga, Hari menganalisis, pelaku menggunakan GHB agar para korban tidak sadarkan diri.
“Mereka (para korban) sengaja dibikin overdosis sehingga tidak sadar, dan akhirnya dilakukan pemerkosaan seperti itu,” lanjutnya.
Baca Juga: Penyanyi Adele Sambut 2020 Dengan Bobot Turun 20 Kilogram, Ini Diet Sirtfood yang Dijalaninya (3)
Hari menjelaskan bahwa di Eropa, adalah hal yang cukup biasa GHB digunakan oleh seorang yang gay dalam chemsex (chemical sex) untuk pengalaman seksual.
Obat GHB yang digunakan Reynhard Sinaga ini biasanya digunakan di pub atau klub-klub malam dan juga digunakan untuk menyebabkan gairah seksual. (*)
#berantasstunting
Source | : | Kompas.com,WebMD |
Penulis | : | Deva Norita Putri |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar