GridHEALTH.id - Meski, organisasi kesehatan dunia atau WHO belum menetapkan status darurat, kekhawatiran akan wabah akibat corona demikian tinggi.
Soalnya, meski disampaikan keterangan dari sejumlah kalangan di Cina yang menyatakan kalau corona berasal dari penularan oleh kelelawar dan sebangsanya, banyak kalangan yang meragukan anggapan itu.
"Kami biasa memakan sup kelelawar, daging biawak, hingga ular yang dimasak sebagai makanan, tapi kami tidak pernah mengalami hal yang seperti ini. Ini benar-benar menakutkan. Kami dibuat tak berdaya,"kata seorang penduduk Wuhan yang enggan disebut namanya seperti dikutip dari South China Morning Post. (25/01/20).
Sejumlah spekulasi terkait virus corona mengemuka terkait dengan daya jangkau virus mematikan yang tidak kalah dari SARS atau Ebola.
Sebab Wuhan adalah lokasi pengembangan dan penelitian dengan fasilitas laboratorium, yang diduga sedang meneliti virus baru.
Ternyata virus yang seharusnya bisa dilokalisasi hanya di wadah yang tertutup rapat di laboratorium itu malah bocor, sehingga menjangkiti manusia dan menular ke manusia lainnya.
Asal tahu saja, virus ini telah diidentifikasi sebagai jenis virus corona yang baru. Virus corona adalah keluarga besar patogen, yang sebagian besar menyebabkan infeksi pernapasan ringan seperti flu biasa.
Tetapi coronavirus juga bisa mematikan. SARS, atau sindrom pernapasan akut yang parah, disebabkan oleh coronavirus dan menewaskan ratusan orang di China dan Hong Kong pada awal 2000-an.
Baca Juga: Akan Dimakamkan Secara Islam, Jhony Indo Sempat Jalani Operasi Hernia Sebelum Meninggal
Sejauh ini virus corona telah menyebabkan 26 orang meninggal setelah dites positif mengidap virus itu.
Gejalanya biasanya berupa demam, batuk, dan sulit bernapas, tetapi beberapa pasien menderita pneumonia, infeksi yang berpotensi mengancam jiwa yang menyebabkan peradangan kantung udara kecil di paru-paru.
Orang yang membawa coronavirus novel mungkin hanya memiliki gejala ringan, seperti sakit tenggorokan.
Virus corona adalah infeksi pada saluran pernapasan yang dapat menyebabkan penyakit seperti pneumonia atau pilek.
Mereka mungkin berasumsi hanya memiliki flu biasa dan tidak mencari pertolongan medis. Inilah yang membuat para ahli khawatir.
Baca Juga: Sebelum Berhubungan Badan, Ketahui Durasi Sperma Bertahan di Dalam Organ Intim Wanita
Sebagian kalangan menilai, kecerobohan Cina untuk mengembangkan senjata biologi layak dikecam.
Demikian pula dengan kasus sebelumnya seperti flu burung atau SARS, yang juga berasal dari China dan menular ke banyak pihak, bahkan memicu kepanikan dengan banyaknya pemusnahan unggas atau hewan lainnya.
Baca Juga: Obat Pengencer Darah Tidak Boleh Diminum Sembarangan, Ini Risikonya
Pakar senjata biologi Dany Shoham menduga kalau Virus Corona adalah program senjata biologi rahasia China.
Hal ini terungkap dari data rekaman milik Radio Free Asia yang menyiarkan ulang laporan televisi lokal Wuhan pada 2015.
Kala itu, Pemerintah Kota Wuhan memperkenalkan laboratorium penelitian virus paling maju di China, atau Wuhan National Biosafety Laboratory, satu-satunya dinyatakan mampu mengerjakan virus-virus mematikan oleh China.
Bahkan, China sesumbar jika laboratorium ini disebut telah menerapkan P4 atau Pathogen Level 4, yakni status yang mengindikasikan fasilitas itu menggunakan standard keamanan terketat untuk mencegah penyebaran mikroba paling berbahaya.
Menurut Shoham, para peneliti di sana telah mempelajari Virus Corona sebelumnya, termasuk strain penyebab Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS), virus influenza H5N1, encephalitis Jepang, dan demam berdarah. Selain itu mereka juga mempelajari kuman penyebab antrax.
Baca Juga: Asam Urat Tak Diobati Bisa Sebabkan Komplikasi Penyakit Gagal Ginjal
"Virus Corona yang sudah dipelajari di laboratorium itu mungkin disimpan di sana. SARS juga termasuk dalam program senjata biologi China. Virus itu diteliti di beberapa fasilitas terkait," kata Shoham dikutip dari The Telegraph (25/01/20).
Lebih lanjut, mantan perwira menengah intelijen militer Israel itu menjelaskan bahwa senjata biologi ini termasuk dalam bagian riset militer yang bersifat sangat rahasia dan tertutup.
Baca Juga: Tertawa Terbahak-bahak Bisa Sebabkan Kematian, Mitos atau Fakta?
Kecurigaan bertambah terhadap laboratorium ini karena lokasinya yang terletak 32 kilometer dari Pasar Seafood Huanan, tempat asal virus ini menjangkiti manusia.
Meski dirancang dengan standard biosafety level 4, tidak menutup kemungkinan jika ada virus yang lolos dari laboratorium tersebut.
"Begini, pada prinsipnya infiltrasi virus keluar dari sarangnya (laboratorium) bisa terjadi karena ada kebocoran atau infeksi tanpa disadari di dalam ruangan pada seseorang yang secara normal keluar dan masuk fasilitas tersebut.
Itu termasuk di Wuhan National Biosafety Laboratory. Tapi sejauh ini belum ada bukti," imbuh Shoham.
Terkait dengan itu, daya rusak corona memang sangat mengerikan. Sebagaimana diungkap Daily Mail, dikutip Warta Kota, Sabtu (25/1/2020), pakar kesehatan terkemuka Amerika Serikat (AS) memperkirakan, coronavirus dapat membunuh 65 juta orang dalam setahun.
Baca Juga: Ini Tips Menghilangkan Kantung Mata dengan Cara Mudah dan Murah
Peringatan senyap ini sebenarnya sudah diungkap, tiga bulan sebelum wabah di China terjadi.
Para ilmuwan di Johns Hopkins Center for Health Security membuat prediksi menakutkan, virus corona bisa membunuh puluhan juta orang dengan memodelkan pandemi hipotetis di komputer sebagai bagian dari penelitian Oktober lalu, tiga bulan sebelum wabah mematikan di Wuhan benar-benar muncul.
Baca Juga: Secangkir Kopi di Jakarta Lebih Mahal dari Roma dan Milan, Padahal Banyak Sekali Manfaat Kopi
Jika benar merupakan senjata biologi, maka corona memang mematikan dengan sangat cepat.
Sejauh ini virus corona di China telah menewaskan 41 orang dan menginfeksi lebih dari 1.200 - tetapi para ahli memperkirakan jumlah sebenarnya adalah ribuan jiwa yang sudah terjangkit.
Apalagi sejumlah video menjelaskan, banyaknya orang Cina bergelimpangan di banyak tempat, di jalan umum, hingga tidak terurus di rumah sakit.
Sementara itu, tenaga medis juga sudah kewalahan dan dilanda stres berat soalnya jumlah pasien terus meningkat dengan cepat, bahkan mereka tidak bisa buang air saking banyaknya pasien.
Sejumlah dokter dan perawat terpaksa menggunakan pembalut atau nappy untuk orang dewasa yang populer disebut pampers.
Baca Juga: Lengan Kiri Atas Terasa Nyeri, Waspadai Munculnya Gangguan Jantung
Dr Eric Toner, seorang peneliti senior di Johns Hopkins, mengatakan, dia tidak terkejut ketika berita tentang wabah coronavirus di Wuhan pada akhir Desember.
Sejauh ini lebih dari 900 orang telah terinfeksi di seluruh dunia di 10 negara berbeda. Tetapi para ahli mengatakan jumlah sebenarnya mungkin mendekati 10.000
Baca Juga: Tanda Tulang Lemah, Salah Satunya Kebugaran Menurun dan Cepat Lelah
"Saya sudah lama berpikir bahwa virus yang paling mungkin menyebabkan pandemi baru adalah virus corona
"Kami belum tahu seberapa menularnya. Kita tahu bahwa itu sedang menyebar dari orang ke orang, tetapi kita tidak tahu sampai sejauh mana.
Kesan pertama awal adalah bahwa ini secara signifikan lebih ringan daripada SARS. Jadi itu meyakinkan.
Di sisi lain, itu mungkin lebih mudah ditransmisikan daripada SARS, setidaknya dalam pengaturan komunitas," katanya kepada Business Insider.
Simulasi komputer Dr Toner menunjukkan bahwa setelah enam bulan, hampir setiap negara di dunia akan memiliki kasus virus corona. Dalam 18 bulan, 65 juta orang bisa mati bila vaksin tidak ditemukan.
Hingga kini, wabah di Wuhan tidak atau belum dianggap sebagai pandemi, tetapi virus ini telah dilaporkan di 10 negara berbeda.
Baca Juga: Pantas Disiplin, Ternyata Anak-anak Jepang Tak Boleh Masuk Sekolah Kalau Belum Kuasai Hal Ini
AS, Thailand, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Vietnam, Singapura, Hong Kong, Makau, dan Nepal memiliki semua kasus yang dikonfirmasi. (*)
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar