GridHEALTH.id - Ashraf Sinclair meninggal dunia akibat serangan jantung di usia 40 tahun.
Suami dari penyanyi Bunga Citra Lestari (BCL) itu diketahui meninggal dunia pagi hari, Selasa (18/2/2020) pukul 04.51 WIB setelah adzan subuh berkumandang.
Kabar duka tersebut tentu mengagetkan publik pecinta hiburan di tanah air, pasalnya kematiannya dinilai sangat mendadak.
Apalagi Ashraf Sinclair dikenal beberapa tahun terakhir ini rutin berolahraga, dan juga usianya bisa dibilang masih muda.
Terkait serangan jantung pada usia muda, dilansir dari Mayo Clinic kondisi ini sering sekali terjadi lantaran adanya kecacatan jantung tersembunyi atau kelainan jantung yang diabaikan.
Serangan jantung di usia muda disebut lebih sering terjadi saat atau setelah melakukan aktivitas fisik seperti bekerja juga berolahga.
Sementara itu untuk penyebabnya sendiri serangan jantung di usia muda bervariasi alias ada beberapa macam, diantaranya;
Baca Juga: Viral Pesan Berantai Penyebab Kematian Ashraf Sinclair, Bukan Serangan Jantung Tapi GERD, Benarkah?
Baca Juga: Terus Bercucuran Air Mata, BCL Sebut Kematian Ashraf Sinclair Mimpi Buruk: Saya Masih Syok
1. Hypertrophic cardiomyopathy (HCM)
Ini adalah penyakit jantung yang muncul akibat adanya penebalan abnormal otot jantung (miokardium), sehingga sulit bagi jantung untuk memompa darah.
Meski biasanya tidak berakibat fatal pada kebanyakan orang, tapi HCM ini menjadi penyebab paling umum kematian mendadak yang berkaitan dengan serangan jantung pada orang berusia muda.
HCM juga umum menjadi penyebab kematian jantung mendadak pada atlet. Terlebih kondisi ini memang seringkali tidak terdeteksi.
2. Kelainan arteri koroner
Ini adalah kelainan jantung bawaan, di mana seseorang dilahirkan dengan arteri jantung (arteri koroner) yang tidak normal.
Kondisi ini dapat mengganggu aliran darah menuju ke jantung. Sehingga ketika kelainan arteri terjadi seseorang bisa mengalami kematian mendadak.
3. Long QT syndrom
Ini adalah kondisi peradangan jantung yang disebut miokarditis akut, yakni adanya gangguan irama jantung bawaan yang menyebabkan detak jantung menjadi kacau.
Dentak jantung yang kacau ini disebabkan oleh adanya perubahan bagian di dalam jantung yang menyebabkan jantung berdetak dan membuat pingsan, bahkan mengancam jiwa.
Penyebab lainnya adalah radang otot jantung yang bisa disebabkan oleh virus dan penyakit lain.
Dalam beberapa kasus, irama jantung mungkin sangat sulit untuk dideteksi sehingga menyebabkan kematian serangan jantung mendadak.
Orang-orang dengan long QT syndrome memiliki risiko kematian mendadak yang lebih tinggi.
Baca Juga: Terus Bercucuran Air Mata, BCL Sebut Kematian Ashraf Sinclair Mimpi Buruk: Saya Masih Syok
Baca Juga: Minum Banyak Air Putih Dipercaya Bisa Turunkan Berat Badan, Benarkah?
Untuk gejala berbagai penyebab serangan jantung tersebut juga bervariasi, juga tanpa peringatan sebelumnya.
Namun ada tiga yang umumnya mesti diperhatikan dengan serius.
Berikut gejala umum yang mesti diperhatikan;
- Pingsan tanpa sebab, Tiba-tiba pingsan tanpa sebab saat sedang melakukan aktivitas fisik, bisa menjadi tanda adanya masalah dengan jantung.
- Adanya riwayat keluarga kematian jantung mendadak, Tanda lain yang harus diperhatikan adalah jika ada anggota keluarga meninggal mendadak sebelum usia 50 tahun.
Ini memang bukan gejala fisik, tetapi penting diperhatikan. Akan lebih baik, jika berkonsultasi dengan dokter untuk melakukan skrining.
- Sesak napas atau nyeri dada, kedua hal ini bisa menjadi tanda bahwa seseorang berisiko mengalami serangan jantung mendadak, tetapi bukan tidak mungkin ini merupakan gejala penyakit lainnya, seperti asma.
Melihat penjelasan tersebut, lantas bagaimana cara untuk mencegah serangan jantung mendadak di usia muda ini?
Sebelum menjawab hal tersebut, perlu diketahui serangan jantung di usia muda memang kondisi yang sulit untuk diprediksi sebab ia bisa muncul kapamn saja dan dimana saja.
Baca Juga: Heboh Pabrik Kosmetik Ilegal di Depok, Begini Cara Tentukan Produk yang Aman
Namun dokter biasanya akan menyarankan mereka yang berisiko mengalami serangan jantung di usia muda agar menghindari olahraga yang bersifat kompetensi atau intens.
Selain itu, tergantung juga dari kondisi pasiennya, perawatan medis atau bahkan pembedahan bisa direkomendasikan oleh dokter untuk menurunkan risiko kematian serangan jantung di usia muda.
Pilihan lainnya, bagi mereka yang berisiko seperti yang menderita HCM bisa dilakukan pemasangan alat implantable cardioverter-defibrillator (ICD) untuk memonitor detak jantung.
Jika aritmia yang mengancam jiwa terjadi, secara otomatis alat akan memberikan sengatan listrik untuk mengembalikan detak jantung ke irama normal.
Oleh karena itu, jika seseorang berisiko terkena serangan jantung di usia muda, sebaiknya selalu konsultasikan ke dokter setiap akan melakuklan aktivitas fisik yang cukup menghabiskan tenaga.
Sebab penting bagi mereka mengetahui sebatas mana dirinya bisa berolahraga, juga jenis olahraga apa yang tepat untuk kondisi kesehatannya.
Hal ini juga bukan berarti kita diharuskan untuk menghindari semua aktivitas fisik dan hanya berdiam diri saja. (*)
Baca Juga: Minum Banyak Air Putih Dipercaya Bisa Turunkan Berat Badan, Benarkah?
#berantasstunting
Source | : | Kompas.com,Mayo Clinic |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar