GridHEALTH.id - Dunia sedang berperang melawan wabah virus corona yang sekarang bernama Covid-19.
Baca Juga: Hadapi Corona, Menkes Terawan Usul Gunakan Obat Tradisional Indonesia
Selain negara yang warganya terinfeksi virus ini semakin bertambah, yang membuat sedih adalah sampai sekarang belum ditemukan vaksin untuk menyembuhkannya.
Ditambah, pihak berwenang di China dan para pakar sejauh ini belum sepakat soal bagaimana Covid-19, bermula. Mereka belum tahu, siapa pasien pertama penyakit ini, pasien yang kemudian menyebarkan penyakit.
Ketika terjadi wabah, baik karena virus maupun bakteri, orang pertama yang terkena biasanya disebut sebagai 'pasien nol'.
Menemukan orang pertama yang terkena penyakit yang kemudian mewabah dianggap penting karena bisa membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan penting seperti bagaimana, kapan, dan mengapa suatu wabah bermula.
Jawaban-jawaban ini penting untuk mencegah orang-orang terkena penyakit dan juga bisa menjadi pembelajaran serta sumber informasi ketika terjadi wabah serupa di masa mendatang.
Baca Juga: Studi : 1 dari 10 Wanita Tidak Menikmati Hubungan Intimnya
Sampai sekarang si pasien nol ini belum diketahui keberadaannya, bahkan apakah masih ada atau sudah tewas, masih menjadi pertanyaan besar.
Awalnya, pihak berwenang di China mengatakan kasus pertama virus corona diketahui pada 31 Desember 2019.
Ketika itu, infeksi yang gejalanya mirip dengan pneumonia tersebut diyakini berasal dari pasar dan hewan dan ikan laut di Wuhan, Provinsi Hubei.
Baca Juga: Ini Dia Alasan Dokter Melakukan Tes EKG Bagi Penderita Jantung
Data statistik yang dikumpulkan oleh John Hopkins University di Amerika Serikat menunjukkan hampir 82% dari sekitar 75.000 kasus virus corona berasal dari kawasan ini. Dengan kata lain, inilah episentrum atau pusat virus corona.
Namun, satu kajian yang dilakukan para peneliti China, yang diterbitkan jurnal medis The Lancet, mengklaim kasus pertama virus corona terjadi pada 1 Desember, jauh lebih awal dari keterangan resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah China.
Dikatakan pula orang yang terkena virus corona tersebut "tak punya kontak" dengan pasar hewan di Wuhan.
Wu Wenjuan, dokter senior di Rumah Sakit Jinyintan di Wuhan dan salah seorang penulis hasil penelitian kepada BBC pasien pertama pertama diduga berusia lanjut dan mengidap Alzheimer.
Baca Juga: 7 Penyakit Berisiko Muncul Bila Gangguan Diabetes Tidak Dikelola
"Pasien ini tinggal sekitar empat atau lima halte bus dari pasar hewan di Wuhan ... karena ia sakit, ia tidak keluar rumah," jelas Wu Wenjuan.
Wu menambahkan bahwa tiga orang lainnya menunjukkan tanda-tanda terkena virus corona, dua di antaranya tidak ke pasar hewan di Wuhan.
Baca Juga: 4 Cara Mencegah Kutu di Rambut Kemaluan yang Sering Mengganggu
Meski demikian, peneliti juga menemukan 27 orang dari 41 sampel pasien yang dirawat di rumah sakit pada awal wabah pernah ke pasar hewan di Wuhan.
Sementara WHO mengatakan, sangat mungkin diterima hipotesis bahwa wabah berawal dari pasar tersebut dan mungkin ditularkan dari binatang hidup ke manusia sebelum menyebar dari manusia ke manusia.
Sementara sebagian lagi peneliti tidak setuju dengan istilah 'pasien nol' karena tidak mungkin satu orang dapat menularkan wabah sedemikian besar.
Mereka khawatir orang tersebut akan mengalami akan dianggap sebagai sumber masalah. Selain itu, identifikasi seseorang bisa saja tidak sepenuhnya akurat.
Misalnya dalam kasus wabah AIDS. Gaetan Dugas, seorang pramugara berkewarganegaraan Kanada, menjadi sasaran kemarahan setelah dinyatakan sebagai sumber penyebaran AIDS di Amerika pada 1980-an.
Namun tiga dekade kemudian, para saintis menyimpulkan Dugas tak mungkin sebagai pasien pertama AIDS.
Baca Juga: 8 Keunggulan Air Mawar, Selalu Sediakan di Rumah Untuk Manfaat Ini
Studi pada 2016 menunjukkan bahwa virus penyebab AIDS bergerak dari Karibia ke Amerika pada awal dekade 1970-an. Jadi bukan Dugas ternyata penyebabnya, namun ia menjadi tumbal kemarahan orang akibat istilah 'pasien nol (0)'. (*)
#berantasstunting
Source | : | WHO,Daily Express,Kompas Health,BBC Indonesia |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar