Lebih lanjut, Zheng mengatakan bahwa vaksin corona ini hanya akan digunakan dalam kondisi darurat saja, dalam artian jika manfaatnya lebih besar ketimbang risikonya.
Menurut Zheng hal ini dilakukan agar vaksin yang sedang dikembangkan ini sesuai dengan persyaratan teknis standar dan ilmiah.
Perlu diketahui, suatu produk memang dapat dikatakan sebagai obat atau vaksin jika telah melewati beberapa tahapan dimulai dari mengindentifikasi zat aktif yang terkandung, menemukan cara kerjanya, melakukan uji praklinik sampai uji klinis.
Serta waktu yang dibutuhkan pun memang tidak sedikit, bahkan bisa bertahun-tahun.
Sebab meski kita sudah mendapatkan dosisnya melalui uji praklinis, saat dalam uji klinis atau percobaan pada manusia akan memakan waktu yang sangat panjang.
Dimana dalam uji klinis ini terdapat empat fase yang harus dilalui suatu produk sebelum dinyatakan sebagai obat atau vaksin.
Pada fase I, dosis produk akan diuji pada manusia sehat (melibatkan sedikit subjek penelitian), untuk melihat bagaimana tubuh manusia memetabolisme vaksin tersebut. Apakah hasilnya sama dengan apa yang terjadi pada hewan. Jika lolos uji klinis 1 maka produk boleh melanjutkan ke uji klinis fase 2.
Baca Juga: Benarkan Dalih Sang Asisten, Ririn Ekawati Muntah Usai Telan Setengah Butir Happy Five
Source | : | Kompas.com,Gridhealth.id |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar