GridHEALTH.id - Dalam berbagai kesempatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan masyarakat harus bisa berkompromi, hidup berdampingan, dan berdamai dengan Covid-19 agar tetap produktif.
Untuk itu, pemerintah akan mengatur agar kehidupan masyarakat agar dapat kembali berjalan normal. Dia pun menyebutnya dengan istilah new normal.
Pandemi Covid-19 tak dipungkiri menimbulkan dampak bagi kehidupan umat manusia, baik dari segi kesehatan maupun ekonomi.
Bahkan, pandemi Covid-19 juga berdampak pada rutinitas sehari-hari manusia yang biasanya menjalankan aktivitas seperti bekerja, sekolah, berolahraga, dan lainnya, kini dipaksa untuk berdiam diri di rumah.
Oleh karenanya, istilah new normal hadir sebagai kehidupan baru dari adanya pandemi Covid-19.
Namun tampaknya Presiden Joko Widodo harus memikirkan ulang wacana meminta masyarakat Indonesia untuk 'berdamai' dengan virus corona selama vaksin yang efektif belum ditemukan.
Baca Juga: Pangkas Kalori Hingga 75%, Air Fryer Jadi Alat Masak Paling Diburu Penyuka Gorengan
Sebabnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam berita terkininya mengutuk konsep herd immunity atau kekebalan kelompok yang mulai digaungkan berbagai negara dalam mengelola pandemi Covid-19.
Menurut Direktur Eksekutif Program Kedaruratan kesehatan WHO, Dr. Michael Ryan, negara-negara yang berpikir bahwa 'berdamai' dengan virus corona akan secara ajaib menciptakan kekebalan kelompok adalah pemikiran yang keliru.
Langkah-langkah melonggarkan lockdown di mana pemerintahan suatu negara belum benar-benar melakukan sesuatu dalam memerangi Covid-19 disebutnya amat berbahaya.
Dr. Ryan menjelaskan, konsep herd immunity sejatinya digunakan untuk menghitung berapa banyak vaksin yang harus disebar di suatu populasi untuk melindungi orang-orang yang tidak divaksinasi.
"Kita perlu hati-hati saat menggunakan istilah-istilah ini di sekitar infeksi alami pada manusia," kata Dr. Ryan dikutip dari laman WHO (17/05/2020).
"Karena hal ini justru dapat menyebabkan akibat yang sangat brutal, yang tidak menempatkan orang, kehidupan, dan penderitaan di tempat semestinya," tambahnya.
Konsep herd immunity bisa diartikan sebagai upaya untuk menghentikan laju penyebaran virus dengan membiarkan populasi terpapar.
Baca Juga: Puasa Ramadan Mampukan Membuat Tubuh Kita Kuat #Hadapi Corona?
Baca Juga: Virus Corona di Sekitar Kita, Ini Kiat Aman ke Puskesmas atau Rumah Sakit di Tengah Pandemi Covid-19
Mereka diharapkan bisa mendapatkan imunitas atau kekebalan alami sehingga virus hilang dengan sendirinya.
Namun, konsep yang kini mulai digaungkan berbagai negara, mendapat kritik dari para peneliti.
Sebabnya, strategi herd immunity dinilai bakal menimbulkan banyak korban meninggal sebelum kekebalan kelompok bisa tercapai.
"Ini adalah penyakit serius, ini adalah musuh publik nomor satu. Kami telah mengatakan ini berulang kali. Tidak ada yang aman sampai semua orang aman," tegas Dr. Ryan.
"Satu-satunya cara aman kita akan bisa mendapatkan herd immunity terhadap virus ini adalah vaksin," kata Natalie Dean, seorang ahli biostatistik di University of Florida yang berspesialisasi dalam epidemiologi penyakit menular, dikutip dari New York Post (04/05/20)
Ahli lain pun berpendapat setidaknya untuk saat ini, herd immunity bukanlah tujuan yang dapat dicapai.
Melakukan herd immunity seperti pada kasus cacar air dan campak adalah ide yang mengerikan, para ilmuwan menjelaskan.
Baca Juga: Kepala Kiano Baim Wong Digigit Tungau, Ini Tempat-tempat Tak Disadari Serangga Ini Bersembunyi
Baca Juga: Berbuka Puasa dengan Gorengan, Padahal 1 Potong Setara 200 Kalori!
Tidak hanya karena Covid-19 jauh lebih berbahaya daripada cacar air, tetapi juga karena seseorang tidak hanya membahayakan diri sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitarnya.
"Kami telah mendengarkan dengan prihatin terhadap suara-suara yang keliru menyarankan bahwa herd immunity dapat segera memperlambat penyebaran Covid-19," tulis David Dowdy dan Gypsyamber D'Souza, dari Departemen Epidemiologi di Sekolah Kesehatan Publik Johns Hopkins Bloomberg, dikutip dari Reuters (07/05/20).
"Covid-19 100 kali lebih mematikan daripada cacar air. Misalnya, di kapal pesiar Diamond Princess, tingkat kematian di antara mereka yang terinfeksi SARS-CoV-2 adalah 1%," jelas mereka.
Baca Juga: Viral, Eksperimen Sosial Tunjukkan Bagaimana Virus Corona Menyebar di Restoran
Sehingga seseorang yang pergi ke "pesta virus corona" untuk terinfeksi tidak hanya akan secara substansial meningkatkan peluang mereka sendiri untuk mati di bulan berikutnya, efek dari herd immunity ini juga akan membahayakan keluarga dan teman-teman mereka. (*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Reuters,WHO,New York Post,Center for Disease Control and Prevention |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar