GridHEALTH.id - Selama ini, masyarakat Indonesia telah terbuai dengan kenikmatan rasa dari susu kental manis.
Padahal diketahui, susu kental manis bukanlah produk turunan dari susu, sebagaimana menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Berdasarkan Data Komposisi Pangan Indonesia, dalam 100 gr susu kental manis mengandung 343 Kal, 10 g lemak, 3 g protein, 55 g gula, 275 mg kalsium, dan 0 g serat.
Artinya, tanpa kandungan serat, susu kental manis tidak bisa dijadikan sebuah minuman atau makanan yang mengenyangkan dan melancarkan pencernaan.
Selain itu, susu kental manis dapat menyebabkan anak mengalami kenaikan berat badan (obesitas).
Kita tahu obesitas adalah masalah gizi yang bisa mengantarkan seseorang menderita banyak penyait kronis, semisal diabetes.
Bahkan parahnya, susu kental manis juga dapat menjadi penyebab stunting.
Baca Juga: Baca Label Produk Susu Harus Jeli, Walau Pada Kemasan SKM Tertulis Susu, Isinya Diluar Dugaan
Kandungan gula yang terlalu banyak dalam susu kental manis inilah yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Tak hanya itu, susu kental manis juga dapat menyebabkan penurunan berat badan ekstrem pada balita.
Hal ini terjadi di Kabupaten Tangerang di mana tercatat, ada sebanyak 36 anak usia di bawah 5 tahun berada dalam status gizi kurang.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang, tercatat ada sebanyak 28,8 persen warganya menderita kurang gizi.
"Stunting ini masih dianggap biasa, padahal ini berdampak pada pertumbuhan anak, masyarakat harus tahu masalah stunting supaya bisa diminimalisir keberadaannya," ujar Ahmed Zaki, dikutip dari Nova.id.
Sementara itu, Dirjen Gizi Masyarakat Kemenkes RI, Dr. Dhian Proboyekti Dipo, MA juga menuturkan bahwa bantuan susu kental manis tidak diperuntukkan bagi anak-anak.
"Jadi saya mengingatkan, kalau nanti ada bantuan sosial yang terdapat di dalamnya makanan instan seperti SKM, itu bukan untuk balita," ungkapnya.
Menurut Dhian, susu kental manis justru memiliki kandungan gula yang terlalu tinggi dan sangat membahayakan jika dikonsumsi bayi dan anak-anak.
Dhian juga menuturkan, susu kental manis bukan termasuk menu makanan single (utama).
"Jadi bukan seperti minum susu biasa. Harus dicampur buah, dicampur havermout (oatmeal), dan sebagainya," ungkap Dhian.
Perlu digaris bawahi, meski dapat dicampur dalam makanan atau minuman, pastikan untuk tidak memberikan susu kental manis pada anak-anak di bawah 5 tahun.
Dirjen Gizi Masyarakat Kemenkes ini menyatakan jika stunting bukan hanya tugas orangtua saja, melainkan tugas Kementerian Kesehatan RI hingga organisasi terbawah di masyarakat.
Namun sayangnya, Dinkes Provinsi dan kabupaten/kota untuk tingkat daerah dan BPOM dengan Balai POM Provinsi, dan Puskesmas dinilai kurang aktif melakukan sosialisasi kepada pra orangtua terkait bahaya susu kental manis pada bayi dan balita.
Nyatanya, masih banyak orangtua di berbagai daerah di Indonesia yang memberikan susu kental manis sebagai minuman penambah gizi.
Padahal, Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 49 tahun 2014 tentang standar mutu gizi, pelabelan, dan periklanan formula pertumbuhan dan formula pertumbuhan anak usia 1-3 tahun, karena susu kental manis bukan termasuk susu karena tidak bernutrisi.
Karenanya, sosialiasi bahaya dan informasi susu kental manis bukan susu dan tidak untuk anak harus digenjarkan hingga Puskesmas juga Posyandu.
Menurut Asisten Deputi Ketahanan Gizi, KIA dan Kesling, Kemenko Kesra/PMK (2010-2019), Meida Octarina, sosialisasi mengenai hal tersebut bisa dilakukan dengan cara berkoordinasi dengan Puskesmas dan kader Posyandu.
"Ini perlu monitor dari Kemkes dan BPOM sebagai institusi yang bertanggung jawab dalam penanggulangan gizi buruk dan stunting,” ujar Meida Octarina dalam keterangan pers, yang diterima Selasa (18/8/2020), seperti dikutip dari Investor Daily (25 Agustus 2020).
Meida menegaskan, Dinkes Provinsi dan kabupaten/kota untuk tingkat daerah dan BPOM dengan Balai POM Provinsi, harus aktif mengawasi semua Puskesmas, untuk aktif melakukan sosialisasi bahwa kental manis itu bukan susu sehingga tidak baik jika diberikan kepada bayi dan anak-anak.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | GridHealth.ID |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar