GridHEALTH.id - Seorang mahasiswa resident kedokteran, yang berarti seorang calon dokter spesialis meninggal akibat bunuh diri.
Peserta Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di RS Soetomo Surabaya tersebut diisukan bunuh diri meminum cairan vixal, imbas korban bullying para senior.
Wakil Ketua Pengurus Besar IDI dr Slamet Budiarto mengaku belum mendapat laporan langsung dari Surabaya. Menanggapi isu bullying yang beredar, dr Slamet menyinggung ketentuan perlindungan yang harusnya ditetapkan sesuai dengan UU pendidikan kedokteran.
"Iya sesuai dengan UU Pendidikan Kedokteran Nomor 20 Tahun 2013, itu peserta didik itu harus mendapat perlindungan hukum atau perlindungan dari kekerasan fisik maupun mental," ungkapnya seperti dikutip dari detik.com (03/08/2020).
Di dalam UU tersebut dipastikan, semua institusi yang terlibat dalam pendidikan kedokteran wajib memastikan setiap mahasiswa tidak terkena kekerasan fisik maupun mental. Termasuk dalam hal ini, kasus bullying.
"Jadi iya yang bertanggung jawab adalah institusi pendidikannya, kalau benar ada bullying berarti ada kekerasan mentail. Ini berarti ada yang melanggar UU tersebut. Kan di UU pendidikan kedokteran sudah jelas kan bahwa peserta didik itu harus mendapat perlindungan," lanjutnya.
Baca Juga: Sering di Bully, Personil Duo Semangka Clara Gopa Nekat Potong Urat Nadi
Baca Juga: Waduh, Bisa Berteman Dengan Mantan Ternyata Malah Tanda Psikopat
Sementara itu, Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Kementerian Kesehatan Prof dr Abdul Kadir mengaku telah mendapat informasi mengenai kejadian tersebut.
Saat ini telah dilakukan pendalaman dan investigasi untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai penyebab pasti kematian AB.
Perilaku bullying, dalam bentuk apapun, tentu tak dapat diterima. Terlebih bullying bisa dilakukan secara verbal, fisik, dan psikologis yang mengakibatkan korban merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya.
Atas kejadian ini banyak pihak yang menuntut agar kasusnya ditindak lebih lanjut agar tak ada korban lain yang berjatuhan. Namun sampai saat ini disebut belum ada laporan resmi yang masuk baik di polres maupin polsek jajaran Surabaya.
Berikut fakta-fakta dugaan bullying dokter muda di Surabaya seperti dikutip dari detik.com dan CNN Indonesia;
1. Masih menjalani stase bedah
Rektor Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof Moh Nasih mengatakan, AB baru saja menjalani stase bedah, atau bertugas di RSUD dr Soetomo selama tiga hari.
Baca Juga: HR-Positif, HER2-Negatif, Subtipe Kanker Payudara Metastatis Tertinggi di Dunia
Baca Juga: Tahap Awal Alzheimer Bisa Diketahui, Ini Dia Aneka Gejalanya
2. Diduga meninggal usai tenggak cairan pembersih
Berdasarkan informasi yang dihimpun, mahasiswa AB meninggal dunia usai meminum cairan pembersih kimia. Aksi tersebut ia lakukan lantaran mendapat bullying dari seniornya.
3. IDI belum dapat laporan resmi
Wakil Ketua Pengurus Besar IDI dr Slamet Budiarto mengaku belum mendapat laporan langsung dari Surabaya.
Menanggapi isu bullying yang beredar, dr Slamet menyinggung ketentuan perlindungan yang harusnya ditetapkan sesuai dengan UU pendidikan kedokteran.
Institusi disebut wajib memastikan setiap mahasiswa, tidak terkena kekerasan fisik maupun mental. Termasuk dalam hal ini, kasus bullying.
"Jadi iya yang bertanggung jawab adalah institusi pendidikannya, kalau ada yang melanggar UU tersebut. Kan di UU pendidikan kedokteran sudah jelas kan bahwa peserta didik itu harus mendapat perlindungan," ujar dr Slamet.
Baca Juga: Minuman Untuk Kesehatan Jantung, Dari Air Putih Hingga Teh Daun Kelor
Baca Juga: 6 Tanda Hubungan yang Sehat Dengan Pasangan, Dari Tidur Berdekatan Hingga Rutin Berhubungan Intim
4. RS Soetomo enggan beri komentar
AB diketahui sedang menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Airlangga (Unair) dan menjalani praktik di RSUD dr Soetomo.
Pihak RSUD dr Soetomo enggan memberikan komentar apapun soal meninggalnya AB. "Enggak ada konfirmasi, enggak boleh, itu masalah etik," kata Humas RSUD dr Soetomo, dr Pesta Parulian, saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com.
Pihak RS juga tidak mengungkap sakit yang diderita AB karena berkaitan dengan privasi pasien. (*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | detik.com,CNN Indonesia |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar