GridHEALTH.id - Boraks dan Formalin adalah dua zat yang tidak boleh ada pada makanan.
Kenapa? Karena peraturan di Indonesia dan dunia melarangnya.
Baca Juga: Adakan Razia Rapid Test, 50 Wisatawan di Puncak Reaktif Covid-19 Diminta Pulang ke Rumah
Keduanya bukan masuk kategori BTP (Bahan Tambahan Pangan).
Dari sisi kesehatan, boraks menyebabkan keracunan.
Sedangkan formalin dinyatakan sebagai karsinogen alias penyebab kanker.
Sedihnya banyak produsen mi tetap saja menggunakannya.
Baca Juga: Puluhan Warga Korea Selatan Meninggal, Pemerintah Singapura Hentikan Penggunaan Vaksin Ini
Salah satunya seperti yang dilakukan oleh pemilik pabrik mi yang seorang residivis di Cianjur, Jabar.
Sebab dari sisi ekonomi penggunaan boraks dan formalin pada mi, khususnya mi basah menjanjikan.
Baca Juga: Tembus Pedalaman Papua, Pasukan Elit TNI Hadapi Penyakit Mematikan
Mi yang menggunakan kedua bahan pengawet ini akan terasa lebih elastis tak mudah putus, teksturnya lebih baik dan terasa lebih kenyal.
Nah, masyarakat banyak yang menyukai mi seperti ini.
Selain memperbaiki tekstur makanan, boraks juga kerap dipakai sebagai pengempuk, pengembang, sekaligus penahan pengendapan.
Baca Juga: 3 Bahan Alami Ampuh Untuk Atasi Masalah Bau Kaki, Gampang Dibuat Sendiri di Rumah
Sedangkan formalin digunakan supaya mi bisa tahan lama.
Sedihnya di pasaran kita acap kali tidak bisa dengan mudah mendeteksi mana mi yang baik, dan mi yang menggunakan formalin dan boraks.
2018 Pabrik Mi Menggunakan Boraks dan Formalin Digerebek Polisi
Satuan Reserse Narkoba Polres Cianjur menggerebek tempat pembuatan mi yang diduga mengandung formalin dan boraks di Kampung Gelar, Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur.
Kasat Reserse Narkoba Polres Cianjur, AKP Indra Sani, menjelaskan informasi adanya pabrik mi rumahan yang diduga mengandung formalin dan boraks ini dari warga Desa Pamoyanan sendiri, pada Senin (10/12/2018).
"Hasil pengecekan ditemukan indikasi, patut diduga mi mengandung bahan kimia berformalin dan borak," ujar Indra yang dihubungi tim Kompas.com, pada Jumat (14/12/2018).
Diketahui, pemilik pabrik rumahan tersebut berinisial DLH (47).
Menurut Indra, DLH ini sebelumnya pernah ditangkap petugas Mapolda Jabar dalam kasus serupa.
"Dulu pernah ditangkap Polda Jabar dalam kasus yang sama, dia diperiksa dan diamankan, bahkan perkaranya pun lanjut," katanya.
Saat itu, lokasi pabrik pembuatan mi yang diduga berformalin berbeda lokasi, namun tidak jauh dari lokasi pabrik rumahan yang saat ini digerebek Satnarkoba Polres Cianjur.
Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, DLH mengakui bahwa mi yang diproduksinya saat ini masih menggunakan formalin.
Padahal, pada penangkapan pertama, polisi dengan tegas melarang memproduksi mi dengan bahan formalin, borak, dan bahan campuran kimia lainnya.
Nah, dari kasus tersebut kita sebagai konsumen harus jelis memilih mi yang sehat dan mengandung formalin di pasaran.
Bahkan jangan segann dan takut melaporkannya ke pihak berwajib jika mendapati ada mi mengandung boraks dan formalin.
Agar tahu, baca ciri-ciri mi yang mengandung formalin dan boraks di bawah ini, melansir Kompas.com.
1. Tahan Sangat Lama
Pelaksana Tugas Deputi Pengawasan Pangan BPOM Tetty H Sihombing mengungkapkan, ada beberapa ciri yang membedakan mi basah berformalin dengan yang tidak berformalin.
"Biasanya mi basah yang ada formalinnya itu tahan lama. Ia tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar 25 derajat Celcius," ujar Tetty.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Belum Aman, BPOM Tegas Tidak Akan Berikan Izin Edar
"Kalau di suhu lemari es sekitar 15 derajat Celcius, mi berformalin bisa tahan lebih dari 15 hari," kata Tetty.
2. Baunya Menyengat
Sementara, ada juga ciri utama yang paling kentara dalam membedakan mi berformalin, yakni dikenali melalui baunya.
Menurut Tetty, mi yang mengandung formalin sering kali tercium bau yang menyengat, seperti bau formalin.
Baca Juga: Ahli Epidemiologi UI; PSBB Ketat Memang Tak Perlu Diterapkan Lagi Saat Ini
3. Mi Tidak Lengket
Adapun ciri lain yang membedakan mi berformalin adalah dengan cara melihat tekstur mi tersebut.
"Mi yang ada formalinnya biasanya tidak lengket dan mi lebih mengkilap dibandingkan mi normal," ujar Tetty.
Baca Juga: Bayi di Bawah 6 Bulan Tidak Butuh Air Putih dan Lainnya, Cukup ASI, Ginjalnya Bisa Rusak
Selain dilakukannya pengecekan kandungan formalin menggunakan indera tubuh, bisa juga pengecekan dilakukan dengan test kit.
"Ada test kit. Sederhana operasinya, namun memerlukan keahlian. Biasa kami pakai di mobil laboratorium keliling Badan POM. Tentu di lab lebih komprehensif. Lab kantor BPOM kami di seluruh Indonesia sudah biasa melakukannya," ujar Tetty.
Baca Juga: Fakta, Masker Medis Paling Ampuh Halau Covid-19, Satgas ; Efektifitasnya 70%
Tetty pun mengimbau kepada masyarakat untuk tidak tergiur dengan tampilan mi yang menarik, karena bisa jadi mi tersebut mengandung formalin dan perlu diwaspadai.
Sebetulnya kandungan boraks dalam makanan bisa dirasakan oleh lidah kita.
Setelah mengonsumsi mi mengandung formlin dan boraks, biasanya ada after taste atau rasa tak enak yang tertinggal di mulut setelah mengonsumsi beberapa kali makanan tersebut.
Baca Juga: Fakta, Masker Medis Paling Ampuh Halau Covid-19, Satgas ; Efektifitasnya 70%
Penting juga diketahui, Sebetulnya melansir GridHEALTH.id (11 Maret 2019) papar Dr. Ir. Ratih Dewanti-Hariyadi, MSc., peneliti dari Fakultas Industri dan Teknologi Pangan, IPB, boraks bisa diganti dengan soda kue..
Baca Juga: Doni Monardo; Masih Ada 44,9 Juta MAsyarakat Indonesia yang Merasa Kebal Covid-19
Tapi dalam kasus mi basah bukan hanya soal boraks dan formalin saja yang harus diperhatikan.
Ada juga persoalan membenahi kondisi sanitasi proses produksi, peralatan pro-duksi, perilaku pekerja, dan distribusi pangan.
Sanitasi buruk menjadi kontaminan produksi mi basah yang akhirnya mendorong penggunaan bahan pengawet berbahaya.
Baca Juga: Sariawan di Mulut Walau Bisa Sembuh Sendiri, Jika Kondisinya Seperti Ini Bisa Jadi Kanker!
Dalam proses pembuatan mi basah tak jarang ditemukan jumlah mikroba yang tumbuh sudah melebihi ambang batas kesehatan dan Standar Nasional Indonesia (SNI), yakni satu juta mikroba.
Sedangkan jumlah mikroba dalam mi basah sering dijumpai mencapai lebih dari 10 juta.
Baca Juga: Bahaya Jika Gula darah Sampai Drop, Risikonya Kematian, Stabilkan dengan 4 Cara Mudah Ini
Pertumbuhan mikroba seperti kapang, kamir, bakteri dan virus yang tinggi inilah yang menyebabkan pangan cepat rusak dan busuk.(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
Source | : | kompas,GridHealth.ID |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar