GridHEALTH.id - Gula Gram Lemak (GGL) sebenarnya bukan masalah. Justru karena GGL hidup menjadi indah, nikmat.
GGL bisa menjadi masalah manakala dikonsumsi berlebih. Maksudnya melebihi batas yang direkomendasikan.
Baca Juga: Tidak Lakukan Hal Penting Ini Saat Bekerja Dari Rumah Risikonya Terkena Serangan Jantung, Hati-hati!
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, rekomendasi GGL harian adalah;
* Gula maksimal 5 sdm
* Garam maksimal 1 sdt
Baca Juga: Menkes Terawan Beri Peringatan Keras Perihal Limbah Medis, Pemerintah Daerah Diminta Proaktif
* Lemak maksimal 5 sdm
Nah, jika dalam sehari dan setiap hari mengonsumsi GGL berlebih, jangan heran jika kemudian hari akan menderita penyakit tidak menular.
Melansir Jurnal Kedokteran dan Kesehatan dengan judul; Kemitraan Pemerintah-Swasta dalamIndustri Pangan untuk Menurunkan Kandungan Gula, Garam dan Lemak dalam Pangan Olahan, yang ditulis oleh Asep Kusnali (1), Herti Windya Puspasari (2), Rustika (3) dari Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan, Badan Litbangkes, Kemenkes RI, data WHO (2014) menyebutkan sekitar 71% kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit tidak menular, meliputi;
Baca Juga: Anies Baswedan Apresiasi Gerakan 5 Juta Masker, Bantu Masyarakat DKI Terhindar dari Covid-19
* Diabetes sekitar 6%
* Penyakit pernapasan kronik sekitar 5%
* Kanker sekitar 13%
* Penyakit tidak menular lainnya sekitar 10%
Baca Juga: Studi: Pasien Sembuh Covid-19 Berisiko Hadapi Beragam Masalah Kehidupan
* Paling banyak kematian disebabkan penyakit kardiovaskular dengan proporsi sekitar 37%.
Data tersebut ternyata tercermin di data Riset Kesehatan Dasar (2013), menunjukkan perilaku konsumsi makanan berisiko pada penduduk umur ≥10 tahun paling banyak adalah konsumsi adalah;
* Bumbu penyedap 77,3%
* Makanan dan minuman manis 53,1%
Baca Juga: Studi: Pasien Sembuh Covid-19 Berisiko Hadapi Beragam Masalah Kehidupan
* Makanan berlemak 40,7%.
3 hal ini menyebabkan peningkatan prevalensi hipertensi dari 7,6% di 2007, menjadi 9,5% pada 2013.
Hal yang sama terjadi pada penyakit stroke, meningkat dari 8,3 per1000 pada 2007, menjadi 12,1 per1000 di 2013.
Baca Juga: Virus Corona Ditemukan Pada Daging Beku Impor, China Imbau Konsumen Berhati-hati
Begitu pula diabetes, terjadi peningkatan dari 1,1% menjadi 2,1%4.
Asal tahu saja, tingginya prevalensi penyakit tidak menular telah berdampak pada meningkatnya biaya kesehatan dan pertumbuhan beban penyakit.
Sehingga beban ekonomi akibat penyakit tidak menular ini harus menjadi perhatian dari pelaksanaan Jaminan KesehatanNasional (JKN), kini BPJS.
Baca Juga: Ibu Menyusui Mengonsumsi Gula Berlebih Berisiko Membuat Anaknya Diabetes
Untuk itu Pemerintah dalam melindungi kesehatan masyarakat mengedukasi masyarakat, melalui informasi kandungan gula, garam, dan lemak, serta pesan kesehatan yang dicantumkan dalam kemasan pangan olahan.
Itu diperkuat dengan diterbitkannya Permenkes No. 30 Tahun 2013, tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji.
Jadi dengan adanya Permenkes tersebut, mewajibkan industri pangan olahan untuk menginformasikan kandungan total dari gula, garam, dan lemak, serta pesan kesehatanpada label pangan olahan yang berbunyi “Konsumsi Gula lebih dari 50 gram, Natrium lebih dari 2000 miligram, atau Lemak total lebih dari 67 gram per orang per hari berisiko hipertensi, stroke, diabetes, dan serangan jantung”.
Tapi sayang, berlakunya kebijakan tersebut dianggap menjadi hambatan bagi industri pangan olahan baik nasional maupun internasional.
Baca Juga: Waspada, Obat Anti Nyamuk Ada yang Bisa Sebabkan Penggunanya Terkena Kanker Darah
Semuanya kembali ke iri kita masing-masing, ingin sehat dan kuat sampai tua dan panjang umur? #BijakGGL mulai sekarang!(*)
View this post on Instagram
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL
Source | : | Jurnal Kedokteran dan Kesehatan |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar