GridHEALTH.id - Penghadangan terhadap jenazah pasien virus corona (Covid-19) kembali lagi terjadi.
Kali ini kejadian tersebut terjadi di di kompleks pondok pesantren di Kecamatan Bongas, Kabupaten Indramayu pada 8 November 2020 lalu.
Akibat aksi penghadangan ini muncul klaster baru di Indramayu, yakni klaster pesantren.
Baca Juga: Wulan Guritno Mengaku Berhenti Konsumsi Gula Supaya Awet Muda
Hal ini diungkap langsung oleh Juru Bicara Satgas Covid-19 Kabupaten Indramayu, Deden Bonni Koswara seperti dilansir dari TribunJabar.id.
Menurut keterangan Deden, penghadangan ini dipicu karena hasil swab pasien yang merupakan tokoh agama setempat belum juga keluar, meski sudah meninggal dunia.
Menurut Mayo Clinic, tes swab sendiri merupakan proses pengambilan sampel lendir dari saluran pernapasan.
Caranya dengan mengusap tenggorokan melalui mulut dan hidung.
Hal ini dilakukan karena virus corona sama seperti flu, yaitu menyerang saluran pernapasan, sehingga hasil dari sampel tersebut akan diuji kebenarannya di laboratorium.
Baca Juga: Wulan Guritno Mengaku Berhenti Konsumsi Gula Supaya Awet Muda
Baca Juga: 5 Fakta Tentang Haid yang Belum Banyak Diketahui Para Wanita
Meski hasilnya lebih akurat, namun tes ini cukup memakan waktu, bisa sampai satu minggu.
Hal ini pun sempat memicu perselisihan setelah warga dan para santri pondok pesantren setempat menghadang petugas yang mengurusi jenazah Covid-19 saat hendak dimakamkan.
"Mereka saat itu ingin menghormati pimpinannya atau pasien tersebut," ujar Deden, Selasa (24/11/2020).
Masih dijelaskan Deden, petugas pemulasaran yang saat itu bertugas tidak bisa berbuat banyak.
Warga dan para santri tetap memaksa dengan menghadang dan meminta jenazah di bawa dahulu ke pondok pesantren.
Di sana, petugas kembali memberi pengertian, warga pun akhirnya setuju pemakaman jenazah dilakukan dengan protokol Covid-19, dengan catatan mereka ingin menyolatkan jenazah terlebih dahulu.
Baca Juga: Setelah Sembuh dari Covid-19, Calon Wali Kota Dumai Malah Ini Meninggal Dunia
Jenazah pun disalatkan di depan mobil ambulance.
"Di pondok pesantren tersebut mereka mengharapkan agar jenazah disolatkan di depan mobil sehingga tidak langsung ke pemakaman," ujarnya.
Sayang imbas dari kejadian ini, 20 orang dilingkungan kompleks pondok pesantren itu positif Covid-19 sesuai hasil tracing Satgas.
Baca Juga: #BijakGGL, Wanita Suka Minuman Manis Berisiko Terkena Serangan Jantung
Terdiri dari 18 santri dan dua pengurus pondok. Satgas Covid-19 Kabupaten Indramayu kini tengah melakukan tracing ulang terhadap seluruh santri untuk menekan penyebaran.
"Kami sudah berkoordinasi dengan pak camat selaku Ketua Satgas Kecamatan, kami meminta untuk dilakukan disinfeksi terhadap dan memisahkan orang-orang yang tidak terpapar," ujar dia.(*)
Baca Juga: Jawa Tengah Jadi Episentrum Covid-19, Gubernur Ganjar Pranowo Salahkan Input Data Pusat
View this post on Instagram
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | Mayo Clinic,TribunJabar.id |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar