Menurut berbagai literatur, kata Ma'ruf, intervensi gizi sensitif memiliki peran lebih besar yakni sebanyak 70 % dalam upaya penurunan stunting.
Oleh karena itu, Ma'ruf pun berharap agar dilakukan konvergensi atau penyatuan berbagai program sebagai upaya memastikan program-program intervensi yang dapat diterima dan dimanfaatkan di satu wilayah.
Baca Juga: Beredar Video Bukti Para Elit Global Menggunakan Jarum Suntik Palsu Saat Divaksinasi, Ini Faktanya
"Tujuannya agar masing-masing program bersinergi untuk penurunan prevalensi stunting. Hal ini diperlukan karena sesungguhnya sebagian besar program intervensi tersebut telah tersedia tetapi belum konvergen (memusat)," kata dia.
Ma'ruf mengatakan, penurunan prevalensi stunting akan efektif apabila suatu wilayah menerima keseluruhan program tersebut.
Baca Juga: Khasiat Dahsyat Makan Kangkung Untuk Mencegah Penuaan Dini dan 4 Manfaat Lainnya
Ma'ruf Amin menaruh perhatian khussu pada berantas stunting di Indonesia, karena permasalahan stunting bukan hanya masalah pendek semata.
Tapi lebih luas dan banyak, yaitu masalah kecukupan gizi, dan optimal tumbuh kembang anak.
Berantas stunting tidak hanya meluku fokus di masalah gizi. Tapi harus melihat dari sisi lainnya.
Asal tahu saja, pernikahan di usia muda dan perceraian bisa menjadi penyebab anak-anak mengalami stunting.
Hal itu diutarakan oleh dokter sekaligus kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Hasto Wardoyo dalam acara Kompas Talks with Tonoto foundation "Smart Parenting to Fight Against Stunting".
Baca Juga: Masih Jadi Pertanyaan Awam, Apa Sebenarnya Penyebab Diabetes?
Source | : | WHO |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar