GridHEALTH.id - Lebih dari tiga perempat orang yang dirawat di rumah sakit karena virus corona masih menderita setidaknya satu gejala Covid-19 setelah enam bulan, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada 9 Januari 2021.
Para ilmuwan percaya penelitian tersebut menunjukkan perlunya penyelidikan lebih lanjut terhadap efek virus corona yang masih ada.
Penelitian tersebut, yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet dan melibatkan ratusan pasien di kota Wuhan di China, adalah di antara sedikit yang melacak gejala jangka panjang infeksi Covid-19.
Ditemukan bahwa kelelahan atau kelemahan otot adalah gejala yang paling umum, sementara orang juga melaporkan kesulitan tidur.
"Karena Covid-19 adalah penyakit baru, kami baru mulai memahami beberapa efek jangka panjangnya pada kesehatan pasien," kata penulis utama Bin Cao, dari National Center for Respiratory Medicine.
Profesor tersebut mengatakan penelitian tersebut menyoroti perlunya perawatan berkelanjutan bagi pasien setelah mereka keluar dari rumah sakit, terutama mereka yang mengalami infeksi parah.
Baca Juga: Tahun Ke-2 Pandemi Covid-19 'Bisa Lebih Sulit', WHO Memperingatkan
Baca Juga: Penyandang Diabetes Ternyata Boleh Makan Enak Asalkan Menjaga Porsi
"Pekerjaan kami juga menggarisbawahi pentingnya melakukan studi lanjutan yang lebih lama pada populasi yang lebih besar untuk memahami spektrum penuh dari efek Covid-19 terhadap manusia," tambahnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan virus itu menimbulkan risiko bagi beberapa orang dari efek berkelanjutan yang serius - bahkan di antara orang muda, orang sehat yang tidak dirawat di rumah sakit.
Lihat postingan ini di Instagram
Studi baru ini melibatkan 1.733 pasien Covid-19 yang dipulangkan dari Rumah Sakit Jinyintan di Wuhan antara Januari dan Mei tahun lalu.
Pasien, yang memiliki usia rata-rata 57 tahun, dikunjungi antara bulan Juni dan September dan menjawab pertanyaan tentang gejala Covid-19 dan kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan.
Peneliti juga melakukan pemeriksaan fisik dan tes laboratorium. Studi tersebut menemukan bahwa 76% pasien yang berpartisipasi dalam tindak lanjut (1.265 dari 1.655) mengatakan mereka masih memiliki gejala.
Kelelahan atau kelemahan otot dilaporkan sebesar 63%, sedangkan 26% mengalami masalah tidur.
Studi ini juga mengamati 94 pasien yang tingkat antibodi darahnya tercatat pada puncak infeksi sebagai bagian dari percobaan lain.
Baca Juga: 7 Penyebab Terlambat Haid Pada Wanita, dari Kehamilan Hingga Stres
Baca Juga: Lebih Praktis Menyeduh Dengan Teh Celup, Berapa Lama yang Aman?
Ketika pasien ini diuji ulang setelah enam bulan, tingkat antibodi penetralnya adalah 52,5% lebih rendah.
Para penulis studi mengatakan ini menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan infeksi ulang Covid-19, meskipun mereka mengatakan sampel yang lebih besar akan diperlukan untuk menjelaskan bagaimana kekebalan terhadap virus berubah dari waktu ke waktu.
Dalam artikel komentar yang juga diterbitkan di Lancet, Monica Cortinovis, Norberto Perico, dan Giuseppe Remuzzi, dari Italia Istituto di Ricerche Farmacologiche Mario Negri IRCCS, mengatakan ada ketidakpastian mengenai konsekuensi kesehatan jangka panjang dari pandemi.
"Sayangnya, hanya ada sedikit laporan tentang gambaran klinis dan gejala Covid-19 yang tersisa setelah terinfeksi" kata mereka, seraya menambahkan studi terbaru itu "relevan dan tepat waktu."
Baca Juga: Paling Dinanti Saat Bercinta, 4 Tips Cara Mencapai Orgasme Bersamaan
Baca Juga: Lebih Praktis Menyeduh Dengan Teh Celup, Berapa Lama yang Aman?
Mereka mengatakan penelitian multidisiplin jangka panjang yang dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris akan membantu meningkatkan pemahaman dan membantu mengembangkan terapi untuk mengurangi konsekuensi jangka panjang Covid-19 pada banyak organ dan jaringan di tubuh. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Source | : | New Strait Times,The Lancet |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar