Menurut frontiersin.org, dalam artikel ilmuah judul; 'Human Dendritic Cells: Their Heterogeneity and Clinical Application Potential in Cancer Immunotherapy', disebutkan DC adalah sel penyaji antigen profesional, yang secara unik mampu menginduksi aktivasi naïve T cell dan diferensiasi efektor.
DC pun terlibat dalam induksi dan pemeliharaan toleransi kekebalan dalam kondisi homeostatis.
DC memiliki banyak proses sitoplasma, DC memiliki luas permukaan tinggi yang memungkinkan kontak intim dengan sejumlah besar sel di sekitarnya, mis. Sel T, sel pembunuh alami, neutrofil, sel epitel, dll.
Baca Juga: Vaksin Nusantara Meragukan, Ahli Epidemiologi UI: 'Itu Akal-akalannya Terawan'
Sebagai contoh, secara eksperimental, hanya satu DC matang (mDC) yang diperlukan untuk merangsang 100–3000 sel T. Prekursor DC bermigrasi dari BM melalui aliran darah ke hampir setiap jaringan non-limfoid, di mana mereka berada dalam keadaan belum matang (iDC), terus menerus mengambil sampel lingkungan mereka dengan endositosis, makropinositosis, dan fagositosis.
Karenanya DC dapat memperluas proses mereka melalui persimpangan epitel yang ketat untuk meningkatkan penangkapan antigen bahkan ketika tidak ada infeksi / peradangan yang nyata.
DC hingga saat ini digunakan sebagai salah satu metode pengobatan atau terapi bagi pasien kanker yang bersifat individual.
Saat ini DC tengah dipromosikan dan diproyeksikan menjadi sebuah vaksin Covid-19 bagi penduduk bumi, khususnya masyarakat Indonesia.
Mantan Menkes RI, dr Terawan Agus Putranto yang menyuarakan mengenai hal ini.
Diketahui, mengenai DC menjadi vaksin Covid-19, Terawan bekerja sama dengan Aivita Biomedical Corporation dari Amerika Serikat dan juga dengan Universitas Diponegoro dan Rumah Sakit Kariadi.
Source | : | Kompas.com,intisari,frontiersin.org,immunology.org |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar